KOMPAS.com - Beroperasinya Bandar Udara Morowali bakal mendukung konektivitas masyarakat di Kabupaten Morowali dengan kota-kota besar di Pulau Sulawesi, seperti Palu, Poso, Kendari, dan Makassar.
Setelah dikebut selama tiga tahun, pembangunan Bandar Udara Morowali di Sulawesi Tengah akhirnya rampung. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menilai bandara tersebut laik beroperasi dan siap diresmikan.
"Selama tiga tahun terakhir kami kebut sehingga kini sudah bisa dioperasionalkan untuk membuka konektivitas di kawasan Kabupaten Morowali menuju kota-kota besar di sekitarnya," kata Dirjen Perhubungan Udara, Agus Santoso, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (15/3/2018).
Ia menegaskan, keberadaan Bandara Morowali sangat diperlukan untuk menunjang konektivitas masyarakat Morowali menuju kota-kota besar lain yang jaraknya sangat jauh.
(Baca: Menengok Kesiapan Bandara Maleo Morowali Sebelum Diresmikan Jokowi)
Dengan semakin terbukanya konektivitas transportasi di daerah tersebut, diharapkan potensi daerah bisa semakin dikembangkan dan dipasarkan sehingga perekonomian masyarakat Morowali juga ikut meningkat.
Bandara Morowali mulai dibangun pada 2007 dengan dana APBD oleh inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali, setelah sempat terhenti.
Pembangunan dilanjutkan kembali pada 2010 yang meliputi pembangunan fisik bandara, baik sisi udara seperti landasan pacu, taxiway, dan apron maupun sisi darat seperti terminal penumpang dan gedung perkantoran.
Pembangunan fisik tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dengan menggunakan dana APBN. Meski pun pembelanjaan tidak begitu lancar saat itu, namun dalam tiga tahun terakhir pembangunan digenjot hingga tuntas.
(Baca juga: Bandara Morowali, Cerita Perkembangan Transportasi di Sulteng)
Total dana APBD yang sudah digunakan hingga 2018 sebesar Rp 21 miliar. Sementara itu, dana APBN yang digunakan sebesar Rp 345,591 miliar.
Bandar Udara Morowali kini siap diresmikan oleh presiden Joko Widodo. Saat ini, fasilitas penerbangan baik dari sisi darat dan udara sudah terpasang dengan baik. Bahkan, beberapa maskapai sudah melakukan operasional penerbangan di bandara ini.
"Fasilitasnya sudah berfungsi dengan baik dan sumber daya manusianya juga sudah siap untuk mendukung keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penerbangan,” ujar Agus.
Kebutuhan masyarakat
Dirjen Perhubungan Udara mengapresiasi kebijakan pengelola bandara setempat yang mengambil tenaga kerja kerja bandara dari masyarakat sekitar. Hal itu sesuai dengan kebijakan Presiden Joko Widodo agar seluruh proyek infrastruktur bisa mendayagunakan masyarakat sekitar.
“Saat ini ada 28 personil sumber daya manusia di Bandara yang sebagian berasal dari masyarakat sekitar. Dengan demikian juga ada rasa memiliki dari masyarakat terhadap kehadiran bandara ini,” katanya.
Keberadaan Bandara Morowali ternyata amat dinantikan masyarakat setempat. Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Morowali Jafar Hamid, transportasi udara yang cepat diperlukan oleh masyarakat Morowali untuk menuju kota-kota besar terdekat mengingat jarak yang sangat jauh.
Dari Morowali ke Palu, masyarakat mesti menempuh perjalanan sejauh 520 kilometer yang membutuhkan waktu 11 hingga 12 jam dengan mobil. Sedangkan, jarak dari Morowali ke Poso dan Kendari lebih dari 300 kilometer yang bisa ditempuh 7 hingga 8 jam dengan mobil.
"Kalau naik pesawat, waktunya hanya 30 menit sampai satu jam perjalanan. Jadi masyarakat di sini sangat antusias kalau ada penerbangan,” ujar Jafar.
Tingginya minat masyarakat terbukti dengan antrian panjang saat penerbangan carter Transnusa mulai beroperasi pada akhir 2017. Calon penumpang mesti memesan tiket seminggu sebelum perjalanan. Pesawat yang digunakan berjenis ATR 42 dengan kapasitas 42 kursi.
Fasilitas pendukung
Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali juga telah menyiapkan segala fasilitas pendukung, jika Bandara Morowali diresmikan dan beroperasi secara komersial. Angkutan darat lanjutan dari bandara menuju kota Morowali yang jaraknya sekitar 50 kilometer telah tersedia.
Selain itu, pemerintah daerah telah melakukan pembebasan lahan untuk pengembangan bandara. Salah satunya, pembebasan lahan untuk landasan pacu sehingga bisa diperpanjang mencapai 2.200 meter.
Pemerintah Kabupaten Morowali juga sudah mengusulkan nama yakni Bandara Maleo. Nama itu merujuk pada nama burung langka yang endemik wilayah Morowali.
Dengan dibukanya bandara itu, Jafar optimistis perekonomian Morowali yang ditopang dari sektor pertambangan, pertanian, kelautan dan pariwisata akan lebih berkembang lagi.
Bandara Morowali berada di lahan seluas 158 hektar. Bandara ini mempunyai panjang landasan pacu berukuran 1.050 meter x 30 meter, apron 80 meter x 70 meter, dan taxiway 192 meter x 18 meter.
Bandara juga memiliki gedung terminal seluas 1000 meter persegi dengan kapasitas pelayanan untuk 100 orang. Di dalam gedung terminal terdapat fasilitas dua gerbang X-ray, dua unit conveyor belt (band berjalan) untuk bagasi penumpang keberangkatan dan kedatangan serta dua unit konter check-in.
Selain itu, bandara juga dilengkapi beberapa gedung lain seperti gedung perkantoran dan gedung fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).
Menurut Kepala Satuan Kerja Bandara Morowali, Iskandar, saat ini tengah dilakukan perpanjangan runway sepanjang 450 meter yang diharapkan selesai pada Maret hingga April tahun ini.
“Dengan demikian panjang runway nantinya menjadi 1.500 meter dan bisa melayani penerbangan pesawat yang lebih besar yaitu ATR 72. Saat ini sudah ada dua maskapai yang berminat membuka penerbangan ke sini dengan menggunakan pesawat tersebut, yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air,” ujarnya.