KOMPAS.com – Perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini tidak pernah padam. Jika dahulu Kartini memperjuangkan emansipasi perempuan, kini semangat itu diteruskan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Rini Widyantini.
Ia membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan mampu memperkuat reformasi birokrasi di pemerintahan.
“Pemikiran, idealisme, dan perjuangan R.A. Kartini menginspirasi jalan hidup saya. Terutama untuk membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan bisa membawa perubahan positif bagi negeri,” ungkap Rini melalui siaran persnya, Senin (21/4/2025).
Bagi Rini, emansipasi bukan sekadar soal kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.
Lebih dari itu, perempuan harus diberikan ruang seluas-luasnya untuk bersuara dan berkontribusi.
Baca juga: Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan dan Pengasuhan Anak Usia Dini
“Emansipasi itu bagi saya bukan sekadar kesetaraan tetapi lebih kepada diberikan ruang yang luas supaya perempuan itu bisa memberikan kontribusi dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam lingkup kecil dalam kehidupan bermasyarakat,” tambah Rini.
Perjalanan karier Rini dimulai dari posisi paling dasar sebagai CPNS pada 1990.
Wanita kelahiran Bandung, 29 Mei 1965 ini telah dipercaya mengemban berbagai jabatan struktural.
Dari 2013 hingga 2021, Rini menjabat sebagai Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana di Kemenpan-RB. Kemudian, ia dipercaya menjadi Sekretaris Kemenpan-RB .
Tidak mudah baginya mengurai benang kusut birokrasi di negeri ini, terutama sebagai pemimpin perempuan.
Baca juga: Debt Collector Perempuan Dikeroyok Rival di Depan Polsek Bukitraya Pekanbaru, Ini Faktanya
Meski meja birokrasi kerap dianggap rumit dan kurang penting, Rini meyakini bahwa kebijakan dan pelayanan publik yang dirasakan masyarakat bermula dari birokrasi yang bersih.
Hal itu termasuk dari gaya kepemimpinan para birokrat yang selayaknya tidak menciptakan iklim birokrasi yang rumit.
Rini percaya, bekerja dengan jujur adalah bentuk syukur kepada Sang Pencipta.
“Ini adalah ungkapan terima kasih saya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas segala nikmat dan karunia. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini, terutama untuk mengabdi dan memberikan pelayanan terbaik bagi negeri tercinta,” ucapnya.
Nilai-nilai dasar yang ditanamkan keluarga menjadi fondasi kuat bagi Rini. Baginya, ibadah adalah dasar dari setiap langkah, termasuk dalam pekerjaan.
Baca juga: PBB: AI Akan Pengaruhi 40 Persen Pekerjaan di Dunia
Kejujuran, kedisiplinan, dan integritas juga ditanamkan sejak kecil. Rini percaya bahwa integritas membentuk karakter kuat pada setiap individu.
Kedua orangtua Rini sangat menekankan pentingnya pendidikan. Sebelum merantau ke Jakarta sebagai CPNS, ia menempuh pendidikan di Bandung.
Rini mengaku disiplin tinggi yang dimilikinya terbentuk saat belajar di SMP dan SMA Santa Angela, sebuah sekolah yang dikenal ketat dalam kedisiplinan.
Rini sempat bercita-cita melanjutkan pendidikan di luar kota Bandung. Namun orangtuanya tidak mengizinkan ia kuliah di luar Bumi Parahyangan.
Jalan hidupnya menuntun Rini melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjajaran.
Akhirnya, ia menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD). Keputusan ini membentuk jalur karier yang dilaluinya kini.
Baca juga: Pemkot Bandung Gaet Unpad Terkait Penataan PKL Dipati Ukur
“Saya tertarik dengan dunia hukum karena ingin memahami bagaimana aturan membentuk masyarakat dan memengaruhi kehidupan sehari-hari,” jelas Rini.
Ia lulus lebih cepat dibandingkan rekan-rekan seangkatannya. Suatu ketika, ia bertemu perwakilan dari Sekretariat Negara yang sedang mencari talenta untuk bergabung.
Setelah melalui serangkaian tes, Rini diterima dan mulai bekerja di sana. Beberapa tahun kemudian, ia ditugaskan ke Kemenpan-RB.
Pada 1997, Rini mendapat beasiswa dari pemerintah Australia untuk melanjutkan pendidikan Program Magister (S2) di The Flinders University of South Australia dengan jurusan Public Management.
Baca juga: Lulusan S2 Hukum, Ini Alasan Fany Pilih Terjun ke Hadapi Bencana
Dengan nilai-nilai yang kuat dan pendidikan yang mendukung, Rini menjadi perempuan pertama dalam sejarah yang menjabat sebagai Menpan-RB.
Ia menyadari bahwa posisi itu merupakan puncak karier birokrasi dan juga jabatan politik yang dinamis.
“Meraih posisi ini bukan sekadar prestasi besar, tetapi juga pencapaian luar biasa. Jabatan menteri adalah bagian dari karier politik yang sangat dinamis,” ucap Rini.
Sebagai perempuan, Rini tidak menampik bahwa ia kerap dipandang sebelah mata.
Namun dengan etos kerja dan idealismenya, ia mampu membuktikan bahwa perempuan bisa menjalankan tugas dengan integritas tinggi.
Baca juga: Ketika Pengawas Duduk di Meja Kuasa: Menggali Liang Kubur Integritas
Kementerian yang dipimpin Rini bertanggung jawab merumuskan, menetapkan, dan mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan bidang PANRB.
Dalam menerbitkan aturan, menurutnya, harus dilakukan dengan cermat, detail, hati-hati, dan tanpa kepentingan sepihak.
“Terkadang ada yang menganggap saya terlalu idealis. Saya sebenarnya berupaya mencurahkan seluruh kemampuan saya dengan sepenuh hati agar peran saya dapat memberikan manfaat,” jelas Rini.
Ia juga berpesan kepada timnya untuk bekerja dengan ikhlas. Perempuan yang memilih berkarier harus siap dengan konsekuensinya.
Sering kali Rini harus memimpin tim yang anggotanya lebih tua atau lebih berpengalaman.
Baca juga: Prabowo Tunjuk Jubir, Jalan Keluar Buruknya Komunikasi Istana?
Ia menyiasatinya dengan memperbaiki pola komunikasi dan tetap tegas dalam kepemimpinan.
Sebagai ibu, istri, dan pejabat publik, Rini harus cermat mengatur waktu.
Ia kerap meninggalkan rumah karena tugas, namun perannya sebagai ibu tidak pernah ditinggalkan. Rini berbagi peran dengan sang suami.
Rini bersyukur atas dukungan keluarga, rekan kerja, dan semua yang membentuknya hingga kini. Setiap langkahnya selalu disertai rasa syukur.
“Perjalanan ini tidak mudah dan penuh perjuangan,” tegasnya.
Pada momen Hari Kartini ini, Rini berpesan kepada seluruh perempuan agar tidak ragu untuk bermimpi.
Baca juga: Peringati Hari Kartini, Maudy Ayunda Soroti Pentingnya Kebebasan Berpikir Lewat Pendidikan
Terutama bagi perempuan yang berkarier di dunia birokrasi, ia menekankan pentingnya idealisme, tanggung jawab, pengabdian, dan integritas.
Ia membuktikan bahwa perempuan bisa melangkah dari ruang keluarga ke ruang kabinet.
Dari tangannya yang kini memimpin reformasi birokrasi, Rini meyakini bahwa birokrasi profesional dan berintegritas adalah kunci pelayanan publik yang berkualitas.
Jika dahulu R.A. Kartini memperjuangkan kesetaraan dalam pendidikan, kini Rini Widyantini memperjuangkan perbaikan birokrasi dari dalam pemerintahan.
“Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk terus mendorong reformasi birokrasi yang lebih inovatif, transparan, dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Jadilah perempuan birokrat yang tidak hanya cerdas bekerja, tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan,” pungkasnya.