SURABAYA, KOMPAS.com - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ( Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo berharap, lulusan Akademi Desa 4.0 dapat menjadi motor penggerak perekonomian desa. Mereka bisa menjadi pelatih pemberdayaan ekonomi desa.
"Tak cuma itu, saya juga berharap mereka dapat menjadi pendamping desa dan di masa depan akan menjadi pengusaha menengah maupun besar yang lahir dari desa,” tutur Menteri Eko usai mewisuda 90 penggiatan desa di Gedung Techno Park Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Surabaya, Selasa (18/9/2018).
Menteri Eko menambahkan, para wisudawan dan wisudawati tersebut berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Mereka adalah angkatan pertama dari Akademi Desa 4.0.
Sebanyak 90 penggiat desa tersebut berhak di wisuda karena telah mendapatkan pelatihan. Dengan rincian, 60 wisudawan dan wisudawati telah mendapatkan pelatihan di Balai Besar Latihan Masyarakat (BBLM) Yogyakarta, sementara 30 dari Balai Latihan Masyarakat (BLM) Denpasar, Bali.
Adapun, materi ajar untuk di angkatan pertama ini menyesuaikan kebutuhan masing-masing daerah.
(BACA JUGA: Mendes PDTT Minta Kades Berdayakan Ekonomi Desa)
Terkait soal metode pelatihan, Menteri Eko menyatakan, model pelatihan di Akademi Desa 4.0 tak lagi menggunakan metode lama yang mendatangkan orang daerah ke pusat. Tapi dilakukan secara virtual.
Untuk itu, materi yang diberikan dalam bentuk dokumen PDF melalui email maupun sarana virtual lain. Bahkan materi kuliah juga diunggah ke dalam kanal YouTube.
Lebih lanjut, Eko mengatakan metode pembelajaran ini sedang terus dikembangkan bekerja sama dengan balai-balai pelatihan Kemendes PDTT dan Forum Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides).
"Diharapkan bisa lebih murah dan lebih banyak diakses. Setiap enam bulan akan ada proses ujian untuk sertifikasi. Sekarang baru kerja sama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Ke depan, saya minta yang sertifikasi adalah universitas," lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Forum Pertides yang juga Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsyah Suryadi mengatakan, hadirnya Akademi Desa 4.0 merupakan jawaban bagi tantangan baru di era saat ini.
Tantangan itu, lanjutnya, adalah demokratisasi akses informasi, teknologi digital dan sumber daya manusia.
"Demokratisasi akses pengetahuan artinya kami bisa memperoleh informasi dari manapun. Sementara teknologi digital memperkuat itu tadi. Oleh karenanya Akademi Desa 4.0 menjadi jawaban penting untuk dua hal itu tadi sekaligus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di desa," katanya.
Kadarsyah meyakini, era 4.0 saat ini dapat menghemat biaya serta mempercepat pesan yang ingin kita sampaikan. Dengan perkembangan dan akselerasi kapasitas sumber daya manusia tersebut, perpindahan warga desa ke kota akan semakin sedikit.
(BACA JUGA: Pendamping Desa Galang Dana untuk Pemulihan Pasca-gempa Lombok)
Sementara itu, Rektor UPN Veteran Jawa Timur, Teguh Sudarto mengapresiasi Wisuda Perdana Akademi Desa 4.0 ini. Menurutnya, apa yang dijadikan bahan ajar dalam akademi tersebut sangat menyentuh ke lapisan masyarakat.
"Akademi Desa ini murni gagasan dari Kementerian yang didukung oleh perguruan tinggi, yakni Forum Pertides. Program yang disampaikan sangat menyentuh masyarakat dan sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. Semoga wisuda perdana ini akan terus berkelanjutan dan alumni Akademi Desa akan menjadi pionir pembangunan desa," tuturnya.
Sebagai informasi, Akademi Desa 4.0 resmi diluncurkan pada akhir Mei lalu. Akademi ini merupakan ekosistem pembelajaran bagi masyarakat desa dengan pendekatan yang inklusif dan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini.
Terdapat sembilan kurikulum dasar pelatihan, yakni materi mengenai Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades), BUMDes, Perencanaan dan Musyawarah Desa, Good Village Government, Keuangan dan Akuntansi Desa, Kepemimpinan Desa, Kewirausahaan Desa, Strategi Pertumbuhan Usaha Desa, dan Teknologi Tepat Guna Desa.
Selain wisudawan dan wisudawati, turut hadir pula pada acara ini perwakilan penggiat desa dari Ambon, Banjarmasin, Jakarta, Makassar, Papua, dan Pekanbaru.