KOMPAS.com – Kementerian Ketenagakerjaan ( Kemnaker) bersama International Labour Organization (ILO) terus mengimbau kepada para pekerja untuk selalu menerapkan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) di tempat kerja.
Terlebih, saat ini dunia tengah masuk pada era revolusi industri 4.0. Era di mana terjadinya perubahan pola kerja, hubungan kerja baru dan risiko kerja baru.
Penerapan K3 sebagai budaya bekerja dan aktivitas kehidupan ini dinilai dapat meminimalisasi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Selain itu, juga bisa mengurangi kerugian-kerugian yang bisa saja timbul.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Tenaga Kerja (PPK) dan K3 Kemnaker, Sugeng Priyanto saat mewakili Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri dalam acara Peluncuran Profil K3 Nasional dan Portal K3 Untuk Kaum Muda di Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Baca juga: Hadapi Revolusi Industri 4.0, Kemnaker Kembangkan Aplikasi Database K3
Sugeng mengatakan, kondisi saat ini harus dijadikan tantangan sekaligus peluang melalui pendekatan-pendekatan baru yang kreatif dan inovatif agar kerja semakin terasa efektif.
“Untuk itu kami sebagai pemerintah wajib menjalankan amanat dalam menyusun Profil K3 Nasional dan Strategi K3 Nasional berdasarkan pada Peraturan Presiden No. 34 Tahun 2014 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 187, 2006 mengenai Kerangka Kerja Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,” kata Sugeng.
Selain itu, kata dia, Dewan K3 Nasional (DK3N) juga telah bekerja sama dengan Kantor ILO Jakarta dalam mengembangkan Portal K3 untuk Kaum Muda, yakni OSH Communication Toolboxes.
OSH Communication Toolboxes ini nantinya diharapkan menjadi salah satu instrumen penting dalam pembudayaan K3. Oleh karena itu, perlu dipublikasikan secara luas agar dimanfaatkan secara optimal dan dapat dikembangkan lebih baik lagi.
Berangkat dari hal itu, Sugeng berhatap agar semua komponen dapat menggunakan Profil K3 Nasional tersebut sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, evaluasi dan peninjauan ulang pelaksanaan K3 di masing-masing sektor.
Sektor yang dimaksud Sugeng adalah seperti kementerian, lembaga, instansi, asosiasi pengusaha, konfederasi serikat pekerja atau buruh, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan komunitas kaum muda.
Sugeng berharap dengan adanya berbagai pendukung program K3 tersebut, ke depan peran semua pemangku kepentingan semakin optimal, terkoordinasi dan saling bersinergi.
“Dengan penggunaan potensi sumber daya yang ada, kita dapat mengarah kepada tujuan besar pembudayaan K3 secara efektif dan efisien sehingga makin dirasakan manfaatnya oleh semua warga negara,” jelas Sugeng sesuai rilis yang Kompas.com terima, Kamis (27/6/2019).
Baca juga: Menaker: Masih Banyak Perusahaan Anggap Enteng Fasilitas K3
Di akhir sambutannya, Sugeng pun menyampaikan apresiasi kepada ILO Jakarta dan Timor Leste yang telah mendukung dan memfasilitasi pertemuan ini dengan baik.
“Tak lupa pula kepada seluruh stakeholder yang mendukung penuh penyelenggaraan kegiatan ini,” sambungnya.
Sementara itu, Direktur ILO Jakarta Michiko Miyamoto menyampaikan tujuan dari Peluncuran Profil K3 Nasional dan Portal K3.
Beberapa di antaranya adalah meningkatkan pengetahuan kaum muda tentang K3, memperkuat keterlibatan para stakeholder untuk memberikan perlindungan bagi kaum muda, dan memperkuat dialog nasional tentang K3 dalam mendukung budaya pencegahan tempat kerja yang lebih kuat.
“Ini merupakan bukti bahwa semua pemangku kepentingan K3 nantinya akan terus dapat meningkatkan kualitas implementasi K3 di Indonesia ,” pungkas Michiko.