KOMPAS.com - Kementerian Ketenagakerjaan ( Kemnaker) menyatakan siap memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Jepang.
Hal itu dikatakan Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Bambang Satrio Lelono, saat menerima kunjungan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Perindustrian (METI) Jepang di ruang kerjanya akhir pekan lalu.
"Saat ini Pemerintah Indonesia memang tengah fokus terhadap program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga Indonesia percaya diri bisa membantu Jepang," kata Dirjen Satrio di Jakarta Senin (18/3/2019, seperti dalam keterangan tertulisnya.
Lebih dari itu, kata dia, saat ini pemerintah Indonesia juga sedang fokus dan memberikan prioritas pada program peningkatan kualitas SDM. Dengan demikian dirinya yakin Indonesia bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Jepang.
Perlu diketahui, Kemnaker memang tengah fokus menggenjot peningkatan kompetensi SDM melalui Balai Latihan Kerja (BLK). Satrio optimistis lulusan BLK mampu bersaing di dunia industri, baik di dalam maupun di luar negeri, termasuk di Jepang.
Baca juga: Jepang Dilanda Kekurangan Tenaga Kerja
"Kami akan menyesuaikan sistem pelatihan di BLK dengan kebutuhan sektor industri, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia," tutur Satrio.
Untuk itu, guna memuluskan langkah pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Jepang, Satrio meminta Negeri Sakura tersebut segera merumuskan standar kebutuhan industri di negaranya agar Indonesia bisa menyesuaikan kurikulum pelatihan di BLK sesuai dengan standar mereka.
"Pemerintah Indonesia akan mengadopsi standar tersebut sebagai standar kompetensi kerja (SKK) khusus yang akan menjadi standar dan pedoman dalam proses pelatihan maupun uji kompetansi bagi calon tenaga kerja yang nantinya akan bekerja di Jepang," ungkap Satrio.
"Selama ini Jepang sangat terbantu dengan program pemagangan, termasuk peserta pemagangan dari Indonesia. Dengan diberlakukannya visa kerja baru tersebut peserta magang yang telah menyelesaikan program pemagangan berkesempatan bekerja di Jepang dengan visa kerja keterampilan khusus atau dalam bahasa Jepang disebut tokuteiginou," kata Ikeda.
Hanya saja, lanjut Ikeda, jika hanya mengandalkan peserta magang, tentu tidak bisa mencukupi kebutuhan tenaga kerja di Jepang. Dalam skema visa kerja tokuteiginou tersebut, Ikeda berharap peserta magang yang telah pulang ke Indonesia bisa kembali bekerja di Jepang.
Baca juga: Jepang Butuh 47.550 Tenaga Kerja, Kemenperin Siap Pasok SDM dari Indonesia
"Selain itu, ada juga jalur melalui pemegang visa pendidikan (ryugakusei),atau tenaga kerja baru yang belum pernah bekerja di Jepang, namun mempunyai kemampuan bahasa dan tingkat keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri di Jepang," ucap Ikeda.
Selain Ikeda, turut hadir pada pertemuan tersebut perwakilan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta Taro Araki, Japan External Trade Organization (JETRO) Hiroki Yoshida, dan Satoshi Miyajima serta Imron Munfaat, selaku Presiden Direktur dan Direktur PT. OS Selnajaya Indonesia.