KOMPAS.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM) resmi meluncurkan Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform di Nusa Dua Bali, Senin (14/11/2022).
“Dengan adanya ETM Country Platform menunjukkan capaian dari semua pihak yang telah berusaha dengan maksimal untuk mendukung transisi energi dalam mengejar target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Rida Mulyana saat mewakili Kementerian ESDM dalam peluncuran ETM Country Platform tersebut.
Rida Mulyana mengatakan, pemerintah telah mengkaji berbagai macam pendekatan dalam pembiayaan transisi energi, khususnya peralihan dari batubara menjadi energi lebih bersih dan skema kemitraan pembiayaan transisi energi yang terjangkau.
Adapun untuk mencapai NZE tahun 2060, Rida mengatakan, pengurangan emisi karbon pada enhanced nationally determined contribution (E-NDC) ditargetkan sebesar 32 persen di tahun 2030.
Oleh karena itu, pemerintah akan menggunakan energi baru terbarukan ( EBT) dan teknologi rendah emisi, seperti menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel menjadi gas.
Baca juga: Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, Kementerian ESDM Akselerasi Transisi Energi
Tidak hanya itu, kata dia, pemerintah juga akan menggunakan teknologi co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap ( PLTU), pengembangan teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilizations and Storage (CCUS) untuk mencapai keseimbangan antara target produksi gas dan penurunan emisi, serta pembangunan pembangkit EBT secara masif hingga 700 gross weight (GW).
"Kemudian dengan melakukan pensiun dini 33 PLTU dengan total kapasitas sebesar 16,8 GW,” ucap Rida dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (17/11/2022).
Meski demikian, Rida menjelaskan, untuk mengembangkan EBT membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk itu, keterlibatan pihak swasta mutlak diperlukan.
“Total investasi yang dibutuhkan akan lebih dari 1 triliun dolar Amerika Serikat (AS) sampai tahun 2060,” kata Rida.
Baca juga: Menteri ESDM Bakal Pensiunkan 33 PLTU untuk Kurangi Emisi Karbon
Selain RIda, hadir dalam peluncuran tersebut adalah Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, President Asian Development Bank, President Islamic Development Bank, dan President Word Bank.
Selain mereka turut hadir juga Menteri Keuangan dan Ekonomi dari beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Afrika Selatan.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, ETM Country Platform menunjukkan kesiapan Indonesia untuk menganalisis sumber pendanaan di sektor energi untuk menyediakan energi yang handal dan terjangkau.
“Hal ini yang menunjukkan komitmen yang kuat dari Indonesia terhadap Perjanjian Paris terkait perubahan iklim,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan, platform inilah yang akan memobilisasi dukungan pendanaan dari mitra internasional, termasuk multilateral, bilateral, filantropi, serta sektor swasta untuk mencapai transisi energi yang adil dan terjangkau.
“ETM Country Platform memfasilitasi untuk Indonesia menyiapkan rencana investasi transisi energi dan pendanaan investasi iklim untuk mempercepat mempensiunkan PLTU yang berbahan baku batubara. Hal ini menjadi salah satu dari pendanaan multilateral terbesar di dunia untuk aksi perubahan iklin di negara berkembang,” ucap Sri Mulyani.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan, ETM telah mengalokasikan dana sebesar 500 juta dolar AS dan akan menggerakan lebih dari 4 miliar dolar AS untuk mempensiunkan dua GW dari beberapa PLTU batubara.
“Dana yang telah dialokasikan tersebut akan mengurangi 50 juta ton karbondioksida (CO2) pada 2030 atau 160 juta ton pada 2040,” jelasnya.
Baca juga: Menteri ESDM: Indonesia Butuh Investasi Rp 750 Triliun Garap Pembangkit EBT 22 GW
Sebagai informasi, Kementerian ESDM telah menunjuk PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI sebagai ETM Country Platform Manager untuk mengembangkan kerangka kerja pembiayaan dan investasi untuk program ETM.
SMI berkolaborasi dengan berbagai mitra institusi yang telah menandatangani memorandum of understanding (MoU) untuk secara bersama mendukung agenda pemerintah dalam mempercepat transisi energi yang adil dan terjangkau di Indonesia. Adapun mitra tersebut adalah sebagai berikut ini.
1. Mitra hibah, yakni Bloomberg Philanthropies & ClimateWorks Foundation’s Global Energy Transition Initiative, UK Mentari, dan Global Energy Alliance for People and Planet.
2. Mitra pembiayaan, yakni ADB, World Bank, Islamic Development Bank, Climate Investment Funds, HSBC, Standard Chartered, dan Japan Bank for International Cooperation.
3. Mitra pengetahuan dan teknis, yakni United States Agency for International Development, Global Green Growth Institute, Climate Policy Initiative, United Nations Development Programme, Rocky Mountain Institute, dan Climate Bonds Initiative.
4. Mitra investasi, yakni Indonesia Investment Authority.