KOMPAS.com - Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi dapat berjalan sesuai rencana.
Program tersebut menargetkan peningkatan bioetanol dari 5 persen (E5) pada bahan bakar minyak (BBM), menjadi E10, E20, dan seterusnya.
Jokowi mengatakan, program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi diproyeksikan dapat menjadi solusi peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40.000 kiloliter (kl) pada 2022 menjadi 1,2 juta kl pada 2030.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat meluncurkan program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi, Jumat (4/11/2022). Peresmian ini dilaksanakan di sela kunjungan kerja (kunker) Jokowi di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur (Jatim).
Program tersebut, lanjut Jokowi, juga diharapkan menjadi potensi campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin. Menurut studi yang dilakukan di Brazil, diketahui bahwa energi yang dihasilkan dari 1 ton tebu setara dengan 1,2 barrel minyak mentah.
"Kalau tebu ini berhasil, kemudian biodiesel 30 persen (B30) sawit itu bisa ditingkatkan lagi. Ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita, Indonesia," ucap Jokowi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (5/11/2022).
Baca juga: Komitmen Jaga Ketahanan Energi Nasional, Pertamina Sukses Temukan Cadangan Migas
Untuk diketahui, Indonesia terus menggenjot upaya pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk mengurangi impor BBM. Hal ini dilakukan setelah program pencampuran bahan bakar nabati B30 berhasil diterapkan.
Jokowi mengaku, pemerintah saat ini sedang menyusun Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar (Biofuel).
“Produk bioetanol merupakan salah satu produk turunan yang dihasilkan dari industri gula berbasis bahan baku tebu,” imbuhnya.
Baca juga: Jokowi Sebut Butuh Investasi Tak Sedikit untuk Tingkatkan Produktivitas Tebu
Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia pernah menjadi eksportir gula pada tahun 1800-an.
Namun, kata dia, Indonesia kini harus mengimpor gula dengan jumlah yang sangat besar, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.
Oleh sebab itu, Jokowi menginstruksikan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kementerian BUMN) untuk meningkatkan kualitas bibit tebu dengan varietas terbaik di dunia.
“Untuk mencapai target mandiri dalam ketahanan pangan termasuk tidak lagi mengimpor gula dari negara lain. Saya meminta para petani dan pabrik gula di Tanah Air bekerja sama dengan baik,” imbuhnya.
Selain petani, lanjut dia, juga harus ada pembaruan mesin yang ada di pabrik gula. Mesin tersebut perlu diganti dengan perkakas lebih modern dan menggunakan teknologi terkini.
"Jika kami bisa menyiapkan 700.000 hektare (ha), kami (Indonesia) bisa mandiri. Kami akan swasembada gula dalam lima tahun ke depan dan sekarang kita baru 180.000 ha," ujar Jokowi.
Baca juga: Jokowi Optimistis Indonesia Swasembada Gula dalam 5 Tahun
Buka peluang ciptakan ketahanan energi
Pada kesempatan sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang dalam menciptakan ketahanan energi dan menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
Hal tersebut, kata dia, bisa dilakukan melalui pengurangan ketergantungan impor BBM nasional.
Pada 2021, Tim Studi Bioetanol Institut Teknologi Bandung (ITB) telah melakukan kajian pencampuran etanol 5 persen ke dalam Pertalite (RON 90) menjadi kualitas sama dengan Pertamax (RON 92).
Studi ITB tersebut, lanjut dia, konsisten dengan kajian pencampuran etanol 5 persen dengan pertalite RON 90 yang dilakukan oleh PT Pertamina.
Sebagai informasi, peluncuran program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi juga dihadiri Menteri Sekretaris Negara, Wakil Menteri BUMN I, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur (Jatim), Bupati Mojokerto, Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero), dan Dirut PT Perkebunan Nusantara III (Persero).