Kurangi Ketergantungan terhadap Bahan Bakar Fosil, Pemerintah Terus Kembangkan "Green Fuel" Berbasis Sawit

Kompas.com - 21/07/2020, 17:13 WIB
Inang Sh ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

Pertamina MOR 1 telah melakukan uji coba implementasi program B30 di Provinsi Sumatera Utara sejak 1 sampai 31 Desember 2019KOMPAS.COM/MEI LEANDHA ROSYANTI Pertamina MOR 1 telah melakukan uji coba implementasi program B30 di Provinsi Sumatera Utara sejak 1 sampai 31 Desember 2019

KOMPAS.com – Direktur Bioenergi Andriah Feby Misna mengatakan, pemerintah saat ini tengah melakukan pengujian terhadap B40 (campuran 40 persen biodiesel dalam bahan bakar solar) dan pengembangan green fuel berbasis sawit.

Nantinya, pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100) dan Green Jet Avtur (J100) yang berbasis Crude Palm Oil (CPO).

"Pemerintah tengah menggandeng PT Pertamina untuk mengembangkan green fuel pada kilang-kilang Pertamina di sentra produksi sawit,” kata Feby dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (18/7/2020).

Pengembangan tersebut, baik secara co-processing di kilang-kilang existing, maupun dengan pembangunan kilang baru (stand alone) ke depannya, didedikasikan untuk green fuel.

Baca juga: Pertamina Siap Produksi Solar dari 100 Persen Minyak Sawit

“Produk green fuel karakternya mirip dengan bahan bakar berbasis fosil. Bahkan untuk beberapa parameter, kualitasnya jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil," ujarnya.

Pemerintah pun terus mendorong peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati. Selain sebagai bahan bakar ramah lingkungan, juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan energi fosil.

Saat ini, pemerintah telah menerapkan program mandatori B30 (campuran 30 persen biodiesel dalam bahan bakar solar) yang berlaku efektif per 1 Januari 2020.

Feby menjelaskan bahwa green diesel atau Diesel Biohydrokarbon memiliki keunggulan dibanding diesel berbasis fosil maupun biodiesel berbasis fatty acid methyl ester (FAME).

Baca juga: Sawit Indonesia dan Isu Konservasi di Tengah Kontroversi

Keunggulan tersebut, seperti cetane number yang relatif lebih tinggi, sulfur content yang lebih rendah, oxidation stability-nya juga lebih baik, dan warna yang lebih jernih.

Kemudian, Pertamina juga menggunakan cara co-processing, yaitu cara untuk memproduksi green fuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan.

"Saat ini, Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang existing menggunakan katalis Merah-Putih hasil karya anak bangsa, Tim ITB," ujar Feby.

Ia meneruskan Pertamina juga menguji coba secara bertahap yang dimulai dari campuran 7,5 persen, 12,5 persen, hingga 100 persen untuk Refinery Unit (RU) II, Dumai.

Baca juga: Indonesia Sustainable Palm Oil dan Legalitas Sawit Rakyat

"Kita patut mengapresiasi keberhasilan Pertamina memproduksi green diesel dengan bahan baku 100 persen CPO,” kata Feby.

Perbedaan antara B100 dengan D100DOK. Humas Ditjen EBTKE Perbedaan antara B100 dengan D100

Dia berharap, uji coba itu bisa dilanjutkan di RU lainnya dan diimplementasikan secara berkelanjutan.

“Dengan begitu, kita benar-benar bisa mandiri dalam menghasilkan bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dengan bahan baku dari dalam negeri," tandasnya.

Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap produk-produk bahan bakar nabati, saat ini pemerintah sedang menyusun usulan nomenklatur untuk bahan bakar nabati.

Baca juga: Referendum Tolak Kelapa Sawit Indonesia Masuk Mahkamah Konstitusi Swiss

Nomenklatur tersebut, yaitu Biodiesel dengan kode B100, Bioetanol (E100), Bensin biohidrokarbon (G100), Diesel biohidrokarbon (D100), avtur biohidrokarbon (J100).

Berbagai Istilah Bahan Bakar Nabati

Adapun, Biodiesel/FAME/B100 adalah Bahan Bakar Nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa Ester Metil Asam Lemak (Fatty Acid Methyl Ester, FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi.

Solar/Diesel/B0 adalah bahan bakar jenis destilat yang digunakan untuk mesin diesel “compression ignition”.

Baca juga: 5 Orang Paling Tajir di Indonesia Berkat Sawit

Biodiesel FAME dalam BBM Diesel/Bx adalah Campuran xx%-volume biodiesel (FAME) dalam BBM Solar.

Green-diesel/diesel nabati/D100 adalah minyak hidrokarbon tanpa kandungan oksigenat untuk bahan bakar mesin diesel putaran tinggi yang berasal dari bahan nabati melalui berbagai teknologi proses tertentu.

Green-gasoline/bensin nabati/G100 adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan roda dua, tiga, atau empat.

Secara sederhana, bensin nabati tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C5 (petana) sampai dengan C11 dengan angka oktan atau Research Octane Number (RON) minimal 90.

Baca juga: Pemasaran Produk Kelapa Sawit Indonesia Mulai Ditolak di Swiss

Bioavtur/biojet/Jet-Biofuel/J100 adalah bakar bakar alternatif untuk pesawat terbang bermesin turbin dengan bahan baku dari sumber nabati yang dapat diperbaharui (renewable) melalui berbagai teknologi proses tertentu.

Terkini Lainnya
Gelar EV Fun Day, Menteri ESDM Klaim Penggunaan Motor Listrik Lebih Hemat dan Bebas Polusi
Gelar EV Fun Day, Menteri ESDM Klaim Penggunaan Motor Listrik Lebih Hemat dan Bebas Polusi
Ditjen EBTKE
Kurangi Impor Solar, Pemerintah Tetapkan Alokasi Biodiesel Tahun 2023 Sebesar 13,15 Juta KL
Kurangi Impor Solar, Pemerintah Tetapkan Alokasi Biodiesel Tahun 2023 Sebesar 13,15 Juta KL
Ditjen EBTKE
Tingkatkan Pemerataan Akses Energi, Ditjen EBTKE Teken Perjanjian Kerja Sama dengan TNI dan PLN
Tingkatkan Pemerataan Akses Energi, Ditjen EBTKE Teken Perjanjian Kerja Sama dengan TNI dan PLN
Ditjen EBTKE
Dirjen EBTKE Berikan Apresiasi Badan Usaha Panas Bumi yang Berupaya Tingkatkan Kinerja K3LL Panas Bumi
Dirjen EBTKE Berikan Apresiasi Badan Usaha Panas Bumi yang Berupaya Tingkatkan Kinerja K3LL Panas Bumi
Ditjen EBTKE
Maksimalkan Efisiensi Tenaga Listrik, Ditjen EBTKE Pasang 355 Lampu Jalan Bertenaga Surya di Maluku
Maksimalkan Efisiensi Tenaga Listrik, Ditjen EBTKE Pasang 355 Lampu Jalan Bertenaga Surya di Maluku
Ditjen EBTKE
Kementerian ESDM dan Tim Riset ITB Luncurkan Peta Jalan Strategis Percepatan Implementasi Bioetanol
Kementerian ESDM dan Tim Riset ITB Luncurkan Peta Jalan Strategis Percepatan Implementasi Bioetanol
Ditjen EBTKE
Sosialisasikan Penggunaan Motor Listrik, Menteri ESDM Pimpin Konvoi 200 Motor Listrik di Bandung
Sosialisasikan Penggunaan Motor Listrik, Menteri ESDM Pimpin Konvoi 200 Motor Listrik di Bandung
Ditjen EBTKE
Kurangi Emisi GRK, Indonesia-Inggris Luncurkan Program MENTARI EE
Kurangi Emisi GRK, Indonesia-Inggris Luncurkan Program MENTARI EE
Ditjen EBTKE
PT Indo Kordsa Resmikan PLTS Atap, Ditjen EBTKE: Potensi PLTS Atap Capai 32,5 GW
PT Indo Kordsa Resmikan PLTS Atap, Ditjen EBTKE: Potensi PLTS Atap Capai 32,5 GW
Ditjen EBTKE
Raih Penghargaan HTCA 2022, Komtek 27-08 Energi Surya Ulangi Raihan Tahun 2021
Raih Penghargaan HTCA 2022, Komtek 27-08 Energi Surya Ulangi Raihan Tahun 2021
Ditjen EBTKE
Update Persiapan B40: Sudah Overhaul dan Rating Kendaraan
Update Persiapan B40: Sudah Overhaul dan Rating Kendaraan
Ditjen EBTKE
Bangun Kolaborasi Industri-Akademisi, Kementerian ESDM Gelar Workshop Inovasi Efisiensi Energi
Bangun Kolaborasi Industri-Akademisi, Kementerian ESDM Gelar Workshop Inovasi Efisiensi Energi
Ditjen EBTKE
Pemimpin Negara G20 Sepakati 2 Poin Kesepakatan Sektor Energi dalam Deklarasi Bali
Pemimpin Negara G20 Sepakati 2 Poin Kesepakatan Sektor Energi dalam Deklarasi Bali
Ditjen EBTKE
Upayakan Akselerasi Transisi Energi, Kementerian ESDM Luncurkan ETM Country Platform
Upayakan Akselerasi Transisi Energi, Kementerian ESDM Luncurkan ETM Country Platform
Ditjen EBTKE
Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, Kementerian ESDM Akselerasi Transisi Energi
Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, Kementerian ESDM Akselerasi Transisi Energi
Ditjen EBTKE
Bagikan artikel ini melalui
Oke