KOMPAS.com - Dalam menyelesaikan birokrasi yang kaku, berbelit, dan rigid, dibutuhkan pola berpikir yang out of the box untuk melawan arus tata kelola pemerintahan.
Melalui buku Anti Mainstream Bureaucracy, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ( Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas menawarkan perspektif baru.
Selain itu, ia juga menawarkan serta strategi dan seni mentransformasikan birokrasi berdasarkan pengalamannya selama menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Dia menjelaskan, buku itu merangkum dari pekerjaan banyak orang yang menjadi bagian penting Menpan-RB.
Baca juga: Berikan Penghargaan Pelayanan Publik, Menpan-RB Sebut Tren IPP Naik dan Layanan Harus Berdampak
"Kemudian kami tulis supaya menjadi pelajaran buat kita. Saya berterima kasih, karena saya banyak belajar dengan para menteri kolega saya, dan kepala LPNK, LPNS, kepala badan, dan teman-teman di Kemenpan-RB," ujarnya.
Hal itu disampaikan dalam Forum Diskusi Kinerja Reformasi Birokrasi Indonesia, dan Peluncuran Buku Anti Mainstream Bureaucracy di Jakarta, Kamis (10/10/2024).
Dalam buku itu, Anas membahas cara-cara pengelolaan pemerintahan yang kaya akan paradoks, dan mendobrak cara kerja lama yang mengeras puluhan tahun, dan fokus pada pewujudan solusi kepada masyarakat sebagai “konsumen” dan stakeholders utama yang harus dilayani.
Dalam buku dijelaskan, pendekatan anti-mainstream ini bukan sekadar "perlawanan" terhadap tradisi, tetapi lebih kepada penciptaan budaya baru dalam tata kelola pemerintahan.
Birokrat tidak sekadar mengikuti prosedur, tetapi menjadi agen perubahan yang proaktif, produktif, dan berfokus dampak (impact-focused).
Baca juga: ASN Pindah ke IKN 2025, Menpan RB: Januari Infrastruktur Sudah Sangat Siap
Untuk diketahui, Anti Mainstream Bureaucracy adalah seri lanjutan dari beberapa buku selanjutnya, yakni Creative Collaboration, Inovasi Banyuwangi, dan Anti Mainstream Marketing.
Anti Mainstream Bureaucracy merupakan catatan dari perjalanan dan pengalaman yang menggambarkan berbagai langkah konkret dalam reformasi birokrasi dan inovasi pemerintahan.
Selanjutnya, buku tersebut juga menceritakan kepemimpinan Anas sejak awal mendapatkan amanah memimpin Kemenpan-RB.
Anas menggaungkan agenda Birokrasi Berdampak sebagai upaya menerjemahkan tiga arahan Presiden Joko Widodo terkait birokrasi yang berdampak; reformasi birokrasi bukan tumpukan kertas, dan birokrasi harus lincah dan cepat.
Baca juga: Menpan-RB Setujui Usulan Kenaikan Tunjangan Hakim, Selanjutnya Diproses Istana
"Begitu kami masuk kami lihat kami kumpul kepada teman-teman apa skala prioritas, ternyata masalahnya banyak. Maka kami tetapkan 7 skala prioritas, tapi sebelum itu kami kasih kertas kosong kepada semua staf, untuk tulis keluhan tentang kantor Kemenpan-RB, yang kedua harapannya kepada saya dan harapan kedepan kepada kantor ini apa? Supaya masalah itu diselesaikan dengan cepat," ungkap Anas.
Menanggapi arahan Presiden Joko Widodo, Kemenpan-RB menetapkan tujuh program prioritas yang dinarasikan dalam buku itu
Terdapat 12 jurus anti-mainstream yang dibagi ke dalam dua kelompok besar, yang disingkat 2S, yakni STRATEGY: The 7 Anti-Mainstream Actionable STRATEGY; dan STYLE: The 5 Anti-Mainstream Leadership STYLES.
Jurus pertama “STRATEGY” adalah strategi yang merupakan hard aspect dari jurus reformasi birokrasi yang diusung pemerintah.
Baca juga: Kemenlu Berperan dalam Diplomasi dan Pertumbuhan Investasi, Menpan-RB Berikan Apresiasi
"Kenapa disebut hard aspect, karena di dalamnya mengandung prinsip-prinsip strategi yang objektif-teknis-spesifik, yang bisa dirumuskan ke dalam langkah-langkah how to, sehingga mudah direplikasi siapa pun," ungkapnya.
Tujuh jurus pertama yang kemudian dikembangkan menjadi 20 strategi turunan. Jurus-jurus ini digali dan didapatkan wisdom dari lapangan. Tujuh strategi aksi yaitu, kompetensi, simplifikasi, digitalisasi, performansi, agility, kulturasi, dan orkestrasi.
Sementara, “STYLE” merupakan soft aspect karena sifatnya yang lebih personal-universal-situasional, lebih merupakan art ketimbang science.
Lima jurus kepemimpinan diimplementasikan untuk menyukseskan reformasi birokrasi berdampak, yaitu Inspirasi: “Menginspirasi dengan Bukti”; Kecepatan: “Momentum untuk Mempercepat Eksekusi”; Eksekusi: “Ini adalah Tentang Detail”; Kolaborasi: “Superteam Lebih Super dari Superman”; dan Winning Mentality: “Setiap Insan adalah Pemenang."
Baca juga: Prabowo Bakal Tambah K/L Baru, Menpan-RB Siapkan Skema Penambahan ASN
Anas menjelaskan, salah satu implementasi orkestrasi adalah saat ia menghadapi tantangan dalam memimpin Kemenpan-RB.
Diceritakan bahwa meyakinkan stakeholder adalah hal yang tidak mudah. Menurutnya, kewenangan dirinya sebagai Menpan-RB tidak cukup untuk mengatur kementerian lain.
Mengatasi hal itu, Anas merangkul menteri lainnya agar lebih powerful.
"Maksudnya adalah kita ini jangan sedikit-sedikit minta ditambah kewenangan, padahal kita bisa menggunakan kewenangan yang lain untuk mempercepat pencapaian target yang diberikan pimpinan kepada kita," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan apresiasinya atas peluncuran buku Anti Mainstream Bureaucracy.
Baca juga: Berhasil Pangkas Ratusan Aplikasi, Menpan-RB Pastikan Tukin Kemenhub Naik
"Saya bangga saya pernah bekerja sama dengan Pak Anas. Saya kira tim di kantor saya, kami senang bekerja dengan Pak Anas. Kami bersyukur bahwa Anda menulis buku ini dan melakukan banyak reformasi dalam birokrasi dan itu mempermudah kita semua, akan mengurangi korupsi di Indonesia, membawa efisiensi, dan membawa nama indonesia lebih bagus kedepan," ujar Menko Luhut.
Lebih lanjut, Luhut berharap agar ke depannya Anas terus berkarya. Semuanya harus dilakukan dengan hati agar profesionalisme bisa maksimal.
Sementara itu, Expert Management Yuswohady menyampaikan pandangannya mengenai gaya kepemimpinan Anas. Dikatakan, anti-mainstream yang dimaksud dalam buku tersebut adalah refleksi dari pendekatan paradoks.
"Pendekatan paradoks itu adalah pendekatan yang seolah-seolah kayak bertentangan, tetapi bisa dikoneksikan dan kemudian menghasilkan sesuatu yang extraordinary. Jadi, menurut saya, maestro paradoks itu Pak Anas," ujarnya.
Baca juga: Menpan-RB Kritik Buang-buang Anggaran Pemda Modus Perjalanan Dinas
Yuswohady menambahkan bahwa Menteri Anas jika melakukan sesuatu dimulai dari akhir bukan dari awal.
"Jadi, end destination itu ada dimana, dia sudah petakan. Terus ada juga the more you give the more you get. Pak Anas semakin sering memberi maka justru rezekinya makin melimpah," ungkapnya.
Adapun Anas disebut memiliki keahlian dalam membuat skala prioritas. Diibaratkan, jika semuanya ingin prioritas, tidak akan ada prioritas.
"Ini seni memimpin yang kayak begini dibikin Pak Anas. Kalau kita mengharapkan kualitas , biasanya kuantitasnya sedikit, begitu juga sebaliknya. Tapi, sama Pak Anas di-break, dia bisa banyak, tapi kualitasnya bagus," pungkasnya.
Baca juga: Menpan-RB Ungkap Kendala Rekrut Talenta Digital Jadi PNS, Sebut Gajinya Lebih Besar dari Menteri