KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyampaikan bahwa sebanyak 119,5 juta orang berpotensi melakukan perjalanan, baik di luar maupun dalam provinsi, pada masa libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru 2025/2026).
Data tersebut merujuk pada hasil survei Potensi Pergerakan Orang pada Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 yang telah dilakukan Kementerian Perhubungan ( Kemenhub) melalui Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), serta akademisi.
Hasil survei menunjukkan bahwa pergerakan masyarakat secara nasional berpotensi meningkat sebesar 2,71 persen, dari 39,30 persen pada Nataru 2024/2025 menjadi 42,01 persen pada masa angkutan Nataru 2025/2026.
“Menurut survei, 42,01 persen penduduk Indonesia atau sekitar 119,5 juta orang berpotensi melakukan perjalanan pada masa libur Nataru 2025/2026,” ujar Dudy dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (6/12/2025).
Baca juga: Prediksi Puncak Arus Mudik Nataru 2025/26: 24 Desember
Pernyataan tersebut disampaikan Dudy dalam rapat koordinasi Persiapan Penyelenggaraan Angkutan Nataru 2025/2026 di Kantor Kemenhub, Jakarta, Jumat (5/12/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan perjalanan pada masa Nataru 2025/2026 disebabkan oleh beberapa faktor, seperti waktu libur yang panjang akibat libur sekolah yang bersamaan dengan libur Nataru 2025/2026.
Faktor lainnya adalah kondisi infrastruktur transportasi yang semakin membaik dan tingginya minat masyarakat untuk berwisata.
Selain itu, aspek budaya, terutama keinginan masyarakat untuk merayakan Hari Natal di kampung halaman, serta aspek ekonomi, turut mendorong peningkatan perjalanan pada Nataru 2025/2026.
Baca juga: Libur Nataru 2025/2026 Tanggal Berapa Saja? Ini Jadwalnya
Terkait pemilihan moda transportasi, Dudy mengatakan bahwa penggunaan mobil pribadi tetap mendominasi dengan hasil survei mencapai 42,78 persen atau 51,12 juta orang.
Moda terbanyak berikutnya adalah sepeda motor 18,41 persen atau 22,00 juta orang, bus 8,17 persen atau 9,76 juta orang, mobil sewa 7,43 persen atau 8,87 juta orang, serta mobil travel 6,39 persen atau 7,64 juta orang.
Masyarakat juga mempertimbangkan moda transportasi lain, seperti pesawat sebesar 3,57 persen atau 4,27 juta orang, kereta api jarak jauh 3,29 persen atau 3,94 juta orang, kapal penyeberangan 3,14 persen atau 3,75 juta orang, kapal laut 2,20 persen atau 2,62 juta orang, dan commuter line 1,93 persen atau 2,30 juta orang.
“Tingginya minat masyarakat terhadap penggunaan kendaraan pribadi mengindikasikan perlunya manajemen lalu lintas yang lebih intensif, khususnya pada ruas tol dan akses menuju simpul transportasi,” jelas Dudy.
Baca juga: Catat, Tarif 6 Ruas Tol Trans Sumatera Ini Didiskon saat Nataru
Sebagai informasi, rapat koordinasi tersebut dihadiri sejumlah stakeholder, antara lain pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Hadir pula pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Pimpinan Tinggi Madya di lingkungan Kemenhub, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), serta Asosiasi Transportasi.