KOMPAS.com - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menekankan Sustainabel Development Goals ( SDGs) desa adalah bentuk pembangunan total atas desa.
"Oleh karenanya, seluruh aspek pembangunan harus dirasakan manfaatnya oleh warga desa tanpa ada yang terlewat,” tegas Abdul, Kamis (10/12/2020).
Pembangunan tersebut, lanjut Andul, mengarah pada munculnya poin ke-18 SDGs, yaitu kelembangaan desa dinamis dan budaya desa adaptif
"Dalam hal ini, generasi mendatang tetap menjadi bagian dari pelaksanaan dan pemanfaatan pembangunan," imbuh Abdul yang karib disapa Gus Menteri.
Baca juga: Mendes PDTT: Desa Jadi Penentu Kemajuan Bangsa Indonesia
Gus Menteri mengatakan, munculnya SDGs 18 itu didasari pemikiran dan upaya untuk menghargai bangsa Indonesia yang beragam dalam agama, budaya, bahasa dan adat istiadat.
"SDGs 18 juga bentuk upaya untuk menampung kearifan lokal masyarakat dan kelembagaan desa yang produktif agar bertahan bahkan berkembang," sambung Gus Menteri.
Ia yakin, arah pembangunan desa yang dituangkan dalam SDGs Desa itu dapat berkontribusi 74 persen terhadap pencapaian tujuan nasional berkelanjutan.
Kenyakinan Gus Menteri berdasarkan pada aspek kewilayahan. Pasalnya, 91 persen wilayah Indonesia adalah desa dan 11 tujuan pembangunan nasional berkelanjutan berkaitan erat dengan kewilayahan desa.
Baca juga: Mendes PDTT Akan Fokus Revitalisasi Kawasan Transmigrasi
Optimesme Gus Menteri juga berdasarkan aksi menuju tercapainya 12 SDGs desa yang berkontribusi 91 persen pada pencapaian tujuan pembangunan nasional berkelanjutan.
" Tujuan pembangunan nasional berkelanjutan sendiri berkaitan dengan warga desa dan aksi menuju tercapainya 6 SDGs Desa berkontribusi 43 persen pembangunan nasional," jelasnya.
Gus Menteri mengatakan, penjelasan mengenai SDGs Desa masuk dalam Trilogi Pertama yang dituangkan dalam buku terbitan pertama dengan judul SDGs Desa Percepatan Pencapaian.
Baca juga: Sebelum Pelaksanaan Pilkades, Calon Kades Perhatikan Beberapa Hal Dari Mendes PDTT Ini
Adapun Trilogi Kedua SDGs Desa diterbitkan dalam buku kedua, yaitu SDGs Desa, Metodologi dan Pengukuran.
Gus Menteri mengatakan, adanya metodologi dan pengukuran tersebut bertujuan untuk mengetahui kesuksesan arah pembangunan desa nantinya dengan benar.
"Metodologi adalah apa yang dianggap benar, yaitu tercapainya sasaran-sasaran dari 18 Tujuan SDGs Desa, terpenuhinya mekanisme kerja sama antar pihak dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut dan terwujud ketika diterapkan pada level desa," papar Gus Menteri.
Terlebih metodologi ini, kata dia, telah melewati kontrol akademis dari tiga pergurun tinggi yaitu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Universitas Negeri Surabaya.
Baca juga: Sebelum Pelaksanaan Pilkades, Calon Kades Perhatikan Beberapa Hal Dari Mendes PDTT Ini
"Kontrol akademisi tersebut diberikan dalam bentuk pengecekan kerangka pemikiran, konsep, definisi operasional, dan instrument," kata Gus Menteri.
Bukan hanya pengecekan, Gus Menteri mengatakan, para akademisi juga memberi rekomendasi atas draft-draft yang disusun.
"Selanjutnya, para akademisi melakukan uji validitas internal instrumen seperti kesesuaian dengan konsep SDGs dengan hasil valid," ujar Gus Menteri.
Gus Menteri menambahkan, hasil tersebut valid karena didasarkan pada meta data Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 tahun 2017 tentang pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, diambil yang tepat dibangun pada konteks desa.
Baca juga: Di Ungaran, Mendes PDTT Sempat Singgah di Warung Kaki Lima
Perlu diketahui, berdasarkan uji validitas internal dengan uji kesesuaian dan konsep indikator SDGs Global, tujuan pembangunan nasional dan SDGs desa terdapat 196 indikator dalam SDGs Global.
"Sedangkan untuk tujuan pembangunan nasional ada 241 Indikator," kata Gus Menteri seperti dalam keterangan tertulisnya.
Kemudian, sambung Gus Menteri, saat diturunkan ke SDGs Desa, ada 222 indikator yang bisa diterapkan di desa.
"Dari jumlah tersebut, 210 indikator SDGs Global dan nasional serta 12 indikator yang merupakan penjabaran poin 18 SDGs Desa.
Baca juga: Mendes PDTT: Pertides Dibentuk untuk Memberikan Pendampingan di Desa
Gus menteri mengatakan, selain uji validitas internal, juga dilakukan uji Instrumen Lapangan yang digelar Kamis (26/12/2020) hingga Senin (30/12/2020 di Desa Sumberagung, Kecamatan Perak dan Desa Bawangan Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
"Dalam uji instrumen lapangan tersebut, jumlah kuesioner yang diuji, yaitu dua kuesioner desa, 18 kuesioner rukun tetangga, 77 kuesioner keluarga, dan 216 kuesioner individu," katanya.
Dari jumlah tersebut, lanjut dia, kuesioner desa hanya dua buah dan seluruh pertanyaan dapat dijawab perangkat desa.
Pada kesempatan yang sama, Gus Menteri mengungkapkan, empat Desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur dipilih menjadi pilot studi SDGs Desa yang dimulai tahun 2021.
Baca juga: Pasarkan Produk Unggulan Desa di Mandalika, Gus Menteri Usulkan Pembangunan Homestay
"Output dari pilot studi keempat desa sebagai bahan penyusunan Trilogi SDGs Desa buku ke-3," imbuhnya.
Adapun desa yang dimaksud Gus Menteri yakni Desa Kemojing, Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Desa ini berpenduduk 744 Kepala Keluarga (KK).
Kemudian, Desa Tempel Sari, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jateng. Desa ini berpenduduk 732 Kepala Keluarga (KK).
"Desa Mlaten, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur (Jatim) dengan penduduk 751 KK, juga menjadi pilot studi SDGs," sambungnya.
Baca juga: Program Community Development Prasetiya Mulya Bantu Berdayakan Masyarakat Desa
Lalu Desa Kretek, Kecamatan Taman Krocok, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jatim dengan jumlah penduduk 746 KK juga menjadi pilot studi SDGs.
"Konsentrasi yang dilakukan kepada empat desa pilot studi itu berupa sensus untuk seluruh penduduk, keluarga dan rukun tetangga," tuturnya.
Lebih lanjut, Gus Menteri mengatakan, dari sensus itu akan muncul hasil berupa profil desa, profil kependudukan, masalah kewargaan, masalah kewilayahan.
"Dari sensus itu juga kan muncul rekomendasi mengenai masalah level individu, keluarga, wilayah, tingkat capaian SDGs Desa serta laju pemenuhan sasaran SDGs Desa," jelasnya.
Baca juga: Mendes Sebut Dana Desa Berkontribusi 74 Persen terhadap Pembangunan Nasional
Gus Menteri menilai, sensus dilakukan di empat desa tersebut karena semuanya memiliki tipologi desa yang berbeda, yaitu pesisir dan pegunungan di Jawa Tengah dan Jawa Timur