JAKARTA, KOMPAS.com – Ikan segar asal Kabupaten Berau di Kalimantan Timur dan Kabupaten Sorong di Papua Barat sebentar lagi bisa dinikmati di seluruh wilayah Indonesia.
Kemudahan pengiriman dibutuhkan untuk mempermudah distribusi produk unggulan khas daerah tertentu, seperti ikan segar atau buah segar.
Oleh karenanya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bekerja sama dengan PT Pos Indonesia untuk meningkatkan sistem logistik hasil produksi di daerah tertinggal.
Hal tersebut dibutuhkan agar keterbatasan aksesibilitas dan transportasi tidak menghambat distribusi hasil produksi daerah tertinggal menuju pusat pertumbuhan.
Baca juga: Gandeng E-Commerce, Bisnis PT Pos Indonesia Terdongkrak
Dalam skema kerja sama yang terbangun, PT Pos Indonesia diharapkan dapat membantu menyediakan box untuk mengangkut hasil produksi di daerah tertinggal, seperti buah segar.
"Untuk memperlancar proses distribusi, petani akan diajarkan cara untuk menyortir buah-buahan dengan kualitas terbaik. Kemudian petani tinggal memasukkan mangga ke dalam box yang sudah disediakan,” kata Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kemendes PDTT Samsul Widodo dalam pernyataan tertulis, Selasa (25/9/2018).
Samsul menambahkan, PT Pos Indonesia nantinya akan mengangkut hasil produksi tersebut dan mengirimkan ke konsumen di seluruh Indonesia.
Tidak hanya buah-buahan, ia melanjutkan, skema distribusi produk daerah tertinggal ini juga akan diterapkan di komoditas lain, seperti sayur mayur, ikan segar, bahkan ikan hias. Pasalnya, potensi produk unggulan di daerah tertinggal sangat beragam.
“Pilot project kerja sama dengan PT Pos Indonesia ada di 4 titik, yakni di Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Berau, dan Sorong. Khusus Kabupaten Berau dan Sorong komoditas yang dipilih adalah ikan segar mengingat besarnya potensi ikan segar yang dimiliki kedua kabupaten tersebut,” ujar dia.
Baca juga: Menteri Susi: Nelayan Tradisional Papua Barat Sudah Bisa Ekspor pada Mei 2018
Selain aksesibilitas dan transportasi, Samsul menilai permasalahan lain yang berkaitan dengan produksi komoditas unggulan tidak hanya daerah tertinggal tapi hampir terjadi di seluruh daerah di Indonesia adalah ketersediaan lahan perkebunan yang masih minim.
Umumnya daerah tidak memiliki banyak perkebunan mangga, alpukat, pisang, dan manggis. Namun, pohon buah-buahan tersebut dapat tumbuh subur di pekarangan-pekarangan rumah penduduk dengan jumlah yang tidak sedikit.
“Artinya ke depan akan dikembangkan teknologi untuk melakukan pendataan pohon-pohon tersebut sehingga hasil panennya dapat dikonsolidasi bahkan dapat diprediksi waktu panen. Hal ini akan memudahkan konsumen untuk mendapat kepastian produksi,” ujar dia.