KOMPAS.com – Pertanian merupakan roda penggerak ekonomi nasional. Selain bertujuan memenuhi hajat hidup masyarakat, sektor itu juga berguna untuk mendongrak citra Indonesia di mata dunia.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan II 2017, sektor pertanian terus memberi kontribusi positif untuk perekonomian Indonesia.
Menurut BPS, terlihat bahwa besaran produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp 3.366,8 triliun.
Jika dilihat dari sisi produksi, pertanian merupakan sektor kedua paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan. Posisi sektor pertanian masih di atas sektor lainnya, seperti perdagangan maupun konstruksi.
Geliat sektor pertanian itu membuat ekonomi Indonesia pun kian kompetitif di dunia internasional.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, pencapaian pertumbuhan ekonomi kali ini relatif baik. “Kita hanya di bawah China dengan pertumbuhan 6,9 persen. Dengan kondisi ketidakpastian ekonomi global dan penurunan harga komoditas, hasil Indonesia cukup bagus,” ucap Suhariyanto, di Jakarta, Senin (7/8/2017).
Baca: Kepala Bappenas: Daya Beli Tidak Turun, Hanya Perubahan Pola Konsumsi
Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor pertanian menjadi sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,44 persen. Peningkatan ini diperoleh dari naiknya produksi sejumlah komoditas tanaman perkebunan seperti kopi dan tebu serta dari hortikultura.
Bergairahnya sektor pertanian menjadi angin segar bagi pemerintah untuk mendongrak kondisi ekonomi makro tanah air.
Dalam Forum Merdeka Barat 9, Jumat (8/9/2017), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah tengah berjuang untuk mengatasi kemiskinan dan angka pengangguran terbuka.
Berdasarkan data Kementerian PPN/ Bappenas per Maret 2017, tingkat pengangguran terbuka 5,4 persen dan ditargetkan turun pada 2018 menjadi 5,0-5,3 persen. Adapun angka kemiskinan per Maret 2017 adalah 10, 64 persen dan ditargetkan turun menjadi 10 persen tahun depan.
“Kesejahteraan terus meningkat namun masih ada persoalan bagi penduduk miskin. Negara berupaya mengeluarkan masyarakat dari kondisi kemiskinan ekstrem,” tegasnya.
Terkait geliat di sektor pertanian, kondisi itu tak lepas dari berbagai program pemerintah guna mewujudkan swasembada sejumlah komoditas pertanian strategi. Seperti diketahui, pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia pada 2045.
Berdasarkan peta jalan lumbung pangan dunia, tahun ini Kementerian Pertanian menargetkan swasembada jagung, dilanjutkan tahun 2019 swasembada bawang putih dan gula konsumsi.
Tak berhenti di sana, pemerintah Indonesia juga terus berupaya mencapai swasembada untuk komoditas lainnya.
Pada 2020, komoditas yang ditargetkan mencapai swasembada adalah kedelai, tahun 2024 gula industri, tahun 2026 daging sapi, dan pada 2045 diharapkan Indonesia sudah menjadi lumbung pangan dunia.
Jadi rujukan
Suksesnya Indonesia melakukan swasembada pangan, khususnya beras, membuat negara-negara lain terpincut untuk belajar dari kesuksesan Indonesia tersebut.
Menurut Mentan Amran Sulaiman, paling tidak ada tiga negara yaitu Malaysia, Jerman, dan Taiwan, yang ingin mempelajari jurus jitu Indonesia dalam meningkatkan produksi padi secara cepat setelah dilanda el-nino dan la-nina.
"Mereka apresiasi Indonesia bisa swasembada beras dan kami terharu karena mereka ingin belajar dari Indonesia. Mereka bertanya kenapa Indonesia produksinya secepat itu," ujar Amran di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Senin (11/4/2017).
Amran pun membuka rahasia kesuksesan Indonesia dalam hal swasembada beras. Salah satu faktor tersebut karena besarnya peran penyuluh pertanian lapangan (PPL). Sebab, PPL memberikan pembinaan dan informasi kepada para petani bagaimana cara meningkatkan produksi.
Selain itu, PPL juga memberikan informasi terkait teknologi pertanian terbaru dan cara menggunakannya.
"Kami sampaikan yang bekerja adalah rakyat indonesia, mulai kepala desa, bupati dan PPL juga," katanya.