KOMPAS.com – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM), Rosan Perkasa Roeslani melakukan lawatan ke China mulai Rabu (18/12/2024) hingga Jumat (20/12/2024).
Pada agenda itu, Rosan melakukan pertemuan dengan delapan perusahaan besar di Hangzhou, Quzhou, dan Beijing. Hasilnya, komitmen investasi baru senilai 7,46 miliar dollar AS atau Rp 120 triliun dibukukan.
Di Hangzhou, Menteri Rosan mengunjungi fasilitas produksi produsen otomotif global Geely Auto Group. Perusahaan ini juga merupakan pemegang saham berbagai merek mobil ternama, seperti Volvo, Daimler, dan Lotus.
Perwakilan Geely menyampaikan rencana kerja sama dalam pengembangan industri otomotif Indonesia, khususnya kendaraan listrik. Selain itu, Geely juga tengah mengembangkan mobil berbahan bakar metanol yang relevan dengan potensi kelapa sawit Indonesia.
“Kami melihat peluang besar untuk mengembangkan mobil berbahan bakar metanol di Indonesia karena sumber daya kelapa sawit yang melimpah,” ujar Menteri Rosan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (29/12/2024).
Baca juga: Menteri Rosan: Tinggal 6 Sektor Industri Indonesia yang Tak Boleh Dimasuki Asing
Pada lawatan itu, Menteri Rosan juga menemui perwakilan Zhenshi Holding Group yang telah berinvestasi di sektor peleburan nikel di Indonesia. Perusahaan ini juga berencana mengalokasikan miliaran dollar AS untuk proyek industri fiberglass yang diperkirakan dapat menyerap 4.500 tenaga kerja.
Chairman Zhang Yuqiang optimistis bahwa fiberglass dapat menjadi solusi inovatif untuk bahan atap rumah. Industri ini diharapkan dapat mendukung program pembangunan 15 juta rumah yang dicanangkan pemerintah Indonesia.
Menteri Rosan juga mengajak Zhenshi Holding Group untuk berkontribusi di sektor lain, seperti energi terbarukan dan pertanian.
Minat investasi juga datang dari Wankai New Materials—bagian dari Zhink Group. Perusahaan ini menyatakan ketertarikan investasi mereka di sektor turunan petrokimia di Cilegon, Banten.
Proyek tersebut diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor polietilena tereftalat (PET) sekaligus mendukung kebutuhan domestik.
“Kami siap mengawal investasi ini dengan memberikan dukungan perizinan yang cepat,” ujar Menteri Rosan.
Selanjutnya, Menteri Rosan juga bertemu dengan Hongshi Holding Group yang berencana untuk berinvestasi pada proyek kawasan industri yang memproduksi silikon, polisilikon (bahan baku solar panel), baterai, dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2 gigawatt.
Baca juga: Menteri Rosan Bertemu Bos Temasek di Singapura, Bahas Apa?
Menteri Rosan menggarisbawahi pentingnya kontribusi sektor tersebut dalam upaya mewujudkan target net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060.
Bertolak dari kota Hangzhou, Menteri Rosan melanjutkan agenda ke kota Quzhou untuk bertemu dengan Huayou Holding Group.
Sebagai bentuk dukungan Huayou dalam pengembangan rantai pasok baterai terintegrasi, Huayou telah berinvestasi di Indonesia dengan 15 proyek yang tersebar di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IWIP), Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), dan Indonesia Pomalaa Industrial Park (IPIP).
Pada kunjungan tersebut, Menteri Rosan mendorong Huayou untuk memperluas investasi ke tahap hilir, termasuk membangun pusat penelitian dan pengembangan di Indonesia.
“Kami akan memberikan insentif berupa super tax deduction hingga 300 persen untuk mendukung riset dan pengembangan di Indonesia,” jelas Rosan.
Di kota yang menjadi destinasi terakhir, yakni Beijing, Menteri Rosan berdiskusi dengan China Energy Engineering Corporation (CEEC) terkait potensi pemanfaatan energi angin lepas pantai, green hydrogen, dan metanol.
Baca juga: Kata Menteri Rosan, RI Butuh Investasi Rp 13.528 Triliun agar Ekonomi Bisa Tumbuh 8 Persen
Kemudian, pertemuan dengan CITIC Group Corporation mendorong potensi kerja sama dalam program pembangunan rumah, ketahanan pangan, dan energi.
Sementara itu, Zhuhai Hongwan Ocean Fisheries menyampaikan komitmen investasinya untuk sektor perikanan di Indonesia bagian timur.
Menteri Rosan mengatakan bahwa lawatan tersebut mencerminkan potensi besar kerja sama Indonesia dengan investor global, khususnya di sektor hilirisasi dan energi terbarukan.
Komitmen investasi yang tercapai menegaskan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi strategis.
“Kami siap mendukung setiap investor yang berkontribusi dalam membangun ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif,” imbuh dia.