KOMPAS.com - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menjelaskan bahwa keberadaan Sentra Kreasi Atensi (SKA) merupakan sebuah terobosan agar para penyandang disabilitas dapat berdaya dan mandiri melalui wirausaha.
Oleh karena itu, kata dia, Kemensos selalu berupaya mendorong penyandang disabilitas agar memiliki kemampuan usaha di setiap fasilitas sentra.
"Kalau saya mengandalkan pekerjaan formal, misal di undang-undang (UU) ada minimal 1 atau 2 persen, tapi itu sulit. Apalagi, sekarang pasca-Covid-19 banyak orang kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Jangankan disabilitas, nondisabilitas saja banyak kena PHK. Itu dibutuhkan terobosan,” ujar wanita yang akrab disapa Risma itu dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (22/2/2023).
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat meninjau SKA di Sentra Wyata Guna Bandung, Selasa (21/2/2022).
Setelah meninjau SKA, Risma berkesempatan mengunjungi Sekolah Luar Biasa (SLB) A Padjadjaran.
Baca juga: Risma Sujud di Kaki Guru SLB karena Tak Mampu Tepati Janji Berikan Lahan, Hanya Bisa Perbaiki Gedung
Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari rencana Kemensos untuk merenovasi bangunan di SLB A guna meningkatkan kualitas fasilitas kelas bagi para siswa di sekolah tersebut.
"Oke gedung diperbaiki, ruangan ditambah dan (bagian) yang rusak diperbaiki. Kami selesaikan maksudnya seperti itu. Apa yang bisa dikembangkan," kata Risma berkomitmen membangun kapasitas dan fasilitas SLB.
Ia mengungkapkan bahwa lahan untuk bangunan SLB A Padjadjaran yang sebelumnya dijanjikan akan dihibahkan tidak memungkinkan sebagai lokasi pembangunan.
Selain itu, Risma juga mempertimbangkan perkembangan siswa-siswi di SLB A Padjadjaran, terutama mereka yang memerlukan pekerjaan setelah bersekolah.
Untuk mendukung siswa-siswi tersebut, ia melalui pihaknya membangun kafe dan sentra usaha yang dapat digunakan sebagai arena pembelajaran agar para penyandang disabilitas dapat berwirausaha secara mandiri guna memenuhi kehidupannya.
Baca juga: Universitas Brawijaya Luncurkan Program 1.000 Mahasiswa Berwirausaha
“Tidak sedikit dari mereka yang kemudian mampu menghasilkan uang justru lebih banyak dibandingkan orang yang tidak menyandang disabilitas,” ucap Risma.
Melihat potensi tersebut, Risma melalui pihaknya berupaya membangun program wirausaha di setiap sentra, seperti Sentra Wyata Guna di Bandung.
Ia kembali mengungkapkan bahwa awalnya memang ada permohonan untuk penghibahan bangunan SLB A. Kemensos pun mengaku setuju apalagi menyangkut untuk pendidikan.
“Namun, ternyata perkembangannya anak-anak disabilitas yang sekolah di sini butuh pekerjaan. Akhirnya kami buatkan kafe untuk tuna netra. Ada juga sentra usaha lainnya untuk disabilitas fisik dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ),” kata Risma.
Melalui sentra-sentra Kemensos yang bersifat multi layanan di seluruh Indonesia, ia berharap agar para penyandang disabilitas dapat mengenyam pendidikan hingga mandiri.
Baca juga: Menteri Pendidikan Tinggi Timor Leste Perkuat Kerja Sama dengan President University
“Ketika dihibahkan dalam bentuk bangunan dan hanya dipakai untuk penyandang disabilitas netra, saya khawatir kebutuhan khusus penyandang disabilitas lainnya tidak terakomodasi, khususnya untuk masyarakat di Jabar,” jelas Rimas.
Sebagai informasi, dalam kunjungan tersebut, Risma didampingi beberapa pihak terkait. Mulai dari Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Don Rozano Sigit Prakoeswa, Direktur Jenderal (Dirjen) Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Pepen Nazaruddin.
Kemudian, Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kanya Eka Santi, Kepala Sentra Terpadu Inten Soeweno MO Royani, Kepala Sentra Galih Pakuan Siti Sari Rumayanti, dan Kepala Sentra Wyata Guna Bandung Iri Sapria.