KOMPAS.com – Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) Ivanovich Agusta mengatakan, aksi global lintas negara dibutuhkan untuk mencapai berbagai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
“(Selain itu) aksi-aksi yang kuat dan transformatif juga dibutuhkan guna mengatasi krisis global multidimensi saat ini,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (11/7/2023).
Untuk diketahui, SDGs disepakati oleh 190 negara dan disahkan melalui sidang umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 25 September 2015 di New York, Amerika Serikat (AS). Sebagai rencana aksi global, SDGs memiliki 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan tercapai pada 2030.
Baca juga: Ijen Dapat Skor Tertinggi Se-Indonesia Saat Penilaian UNESCO Global Geopark
Pernyataan tersebut Ivanovich sampaikan mewakili Indonesia dalam High-Level Political Forum (HLPF) on Sustainable Development 2023 di Ruang Sidang Umum PBB, New York, AS, Senin (10/7/3023).
Mengangkat tema Percepatan Pemulihan dari Pandemi Covid-19, pada pertemuan tingkat menteri 2023 itu juga membahas implementasi penuh agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan di semua tingkatan.
Ivanovich menjelaskan, Indonesia menyadari seringkali tidak menyediakan data penting untuk menginformasikan pengambilan keputusan secara jitu dalam mendukung sebuah aksi.
Oleh karenanya, sebut dia, kolaborasi strategis secara global dan multipihak diperlukan guna memastikan ketersediaan data. Kerja sama ini termasuk perihal praktik terbaik sebagai pendekatan penyusunan kebijakan berbasis data.
Baca juga: Data IQAir: Kualitas Udara di Jakarta pada Selasa Pagi Tidak Sehat bagi Kelompok Sensitif
“Selain data, pencapaian SDGs juga membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perlu melibatkan pendanaan di luar pemerintah,” imbuh Ivanovich.
Menurutnya, pembiayaan inovatif, seperti obligasi hijau dan SDGs Bond, sangat berpotensi menutup kesenjangan pembiayaan.
Indonesia sendiri dalam proses menerbitkan Sukuk SDGs sebagai bentuk pembiayaan syariah yang inovatif. Ia menilai, aksi ini dapat dimanfaatkan secara global.
Menurut Ivanovich, pertemuan tersebut memberikan kesempatan untuk memperkuat komitmen global di tingkat tertinggi.
Baca juga: Penguatan Cadangan Pangan, Bapanas Minta Bulog Siapkan Sarana Prasarana Penyerapan Beras
Komitmen itu, kata dia, dilakukan guna memastikan penyediaan sarana pelaksanaannya, seperti pembiayaan, pengembangan kapasitas, transfer teknologi dan pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, hingga peningkatan kemitraan global.
“Indonesia berharap dapat bekerja sama dengan semua negara dan pemangku kepentingan dalam mempercepat pencapaian SDGs,” imbuh Ivanovich.
Dalam pertemuan yang dihadiri delegasi dari 196 negara itu, Kemendesa PDTT berkesempatan memamerkan hasil-hasil tujuan SDGs Desa dari tingkat nasional sampai desa.
Selain itu, Kemendesa PDTT juga menyajikan seminar bertajuk "Driving Changes at the Local Level: Innovative Approaches to Localize the SDGs".
Baca juga: Media Online Paling Dipercaya Pembaca soal Publikasi SDGs Perusahaan atau Merek
“Di tingkat lokal, Indonesia telah mengoptimalkan Dana Desa (DD) guna mendukung pencapaian SDGs,” jelas Ivanovich.
Lebih lanjut ia mengatakan, Indonesia juga terus mempromosikan kebijakan investasi hijau, meningkatkan iklim investasi, serta memajukan penelitian, pengembangan, hingga teknologi hijau.
Dalam konteks lebih luas, kata Ivanovich, Indonesia menyadari kerawanan pangan masih menjadi ancaman global.
“Guna meningkatkan ketahanan pangan, Indonesia terus memperkuat cadangan pangan, mengoptimalkan pasokan pangan melalui sentra-sentra produksi pangan, dan memperbaiki sistem logistik nasional untuk menutup kesenjangan harga,” ucapnya.
Baca juga: Banyak Jalan Rusak Membuktikan Kesenjangan Infrastruktur, Siapa yang Salah?
Tak hanya itu, lanjut Ivanovich, Indonesia juga memperkuat kemitraan petani dan nelayan dengan pelaku usaha ritel modern guna memperpendek rantai pasok.
"Indonesia juga meningkatkan produksi tanaman pangan nasional melalui strategi membuka lahan tambahan, menggencarkan lahan yang ada, serta menciptakan ekosistem pengganti makanan pokok tradisional," tuturnya.