KOMPAS.com – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ( Kemendes PDTT) terus menggenjot implementasi Program Inovasi Desa (PID) sebagai upaya percepatan pembangunan di wilayah pedesaan.
Tercatat hingga saat ini sudah ada lebih dari 30.000 inovasi desa yang bisa menjadi inspirasi dan direplikasi bagi desa-desa lainnya.
"Kami memiliki inovasi desa dari seluruh penjuru. Tiap inovasi kami dokumentasikan dalam bentuk tertulis dan video sehingga mudah dilihat oleh masyarakat desa. Sekarang sudah ada lebih dari 30.000 inovasi yang bisa ditiru desa-desa lainnya," tutur Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo.
Dalam rilis yang Kompas.com terima, Senin (15/10/2018), Mendes PDTT menambahkan, implementasi PID tersebut turut dibantu pendampingannya.
Selain itu, kata dia, desa-desa juga diberi insentif agar terstimulan memunculkan inovasi-inovasi baru. Dengan demikian, desa tersebut diharapkan bisa menjadi motor bagi desa-desa lain yang akan mencontoh inovasi yang berhasil dikembangkan.
"Tahun ini kami sediakan 100 ribu dollar AS untuk memberikan insentif. Setiap desa bisa dapat sampai Rp 1,5 miliar untuk mengimplementasikan dan mengembangkan inovasi yang ada di desa,” jelas Eko usai acara Fourt High-Level Meeting on Country-Led Knowledge Sharing HLM 4 “Local Innovation as a Driver for Global Development,” Nusa Dua Bali, Senin (15/10/2018).
Eko menjelaskan, untuk rencana pembuatan desa wisata akan diberikan bantuan berupa pendampingn dan melibatkan stakeholder lainnya, baik pemerintah maupun swasta. Program tersebut juga akan didanai hingga Rp 1,5 miliar agar bisa berjalan.
Dia kemudian mencontohkan Desa Kutuh di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali sebagai desa yang awalnya masuk dalam kategori miskin. Mayoritas penduduknya Bertani rumput laut, tapi mengalami kerugian karena masalah virus.
Namun dengan pengembangan pariwisata yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), salah satunya Pantai Pandawa, Desa Kutuh bisa menjadi desa mandiri. Desa Kutuh bahkan telah memiliki omset lebih dari Rp 34 miliar dengan keuntungan bersih lebih dari Rp 14 miliar.
"Nah akhirnya karena ada pantai di kawasan tebing, lokasi itu kemudian dikelola agar masyarakat bisa turun ke pantai. Itu di Pantai Pandawa. Sebuah proyek besar yang dikerjakan masif oleh desa dan mereka ternyata bisa," ungkap Eko optimistis.
Sementara itu, Senior Director for the World Bank Group’s Social, Urban, Rural, and Resilience Global Practice, Ede Ijjasz-Vasquez mengatakan, pihaknya berkomitmen penuh untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal yang berbasis inovasi.
Selain itu, Bank Dunia juga berkomitmen untuk bekerjasama mendukung rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana yang baru terjadi di Lombok dan Sulawesi Tengah.
“Yang terpenting adalah kita bisa saling bertukar informasi, pengalaman, dan praktik baik pembangunan, salah satunya juga dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan. Pertemuan ini menjadi momentum yang sangat baik untuk mencari solusi berbasis kearifan lokal yang bisa dipelajari dunia internasional,” ucap Ijjasz Vasquez.