KOMPAS.com — Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal ( Mendes PDT) Yandri Susanto melepas ekspor perdana produk gula kelapa ke Hungaria di Desa Langgongsari, Kabupaten Banyumas, Kamis, (1/5/2025).
Ekspor tersebut menandai keberhasilan badan usaha milik desa ( BUMDes) Kabul Ciptaku asal Banyumas dalam menembus pasar internasional.
Nilai ekspor gula kelapa kali ini mencapai 35.000 dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 586,4 juta, dengan volume sebanyak 18,5 ton.
“Kami ucapkan selamat kepada Kabul Ciptaku yang telah berhasil menembus pasar Hungaria untuk produk gula kelapa. Kabul Ciptaku menjadi BUMDes yang menginspirasi karena menjadi desa yang produknya berhasil merambah pasar ekspor,” ujarnya dalam siaran pers.
Menteri yang akrab disapa Busan itu berharap, ekspor tersebut memotivasi BUMDes lain untuk melihat potensi besar dari pasar mancanegara.
Baca juga: Marah Importir-Distributor Gula Ditunjuk Kemendag, Hakim Perkara Tom Lembong: Luar Biasa Ini
Busan mengungkapkan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 7,1 persen pada 2025 untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen.
Untuk itu, Kemendag berfokus pada tiga program kerja utama, yakni pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, dan peningkatan usaha, mikro, kecil menengah (UMKM) Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) ekspor.
“Program Peningkatan UMKM BISA Ekspor adalah yang sedang dilakukan BUMDes Kabul Ciptaku di Desa Langgonsari. Mereka mempersiapkan produk unggulan untuk menembus ekspor,” kata Busan.
Sementara itu, Mendes PDT Yandri mengungkapkan, BUMDes Kabul Ciptaku akan menjadi contoh bagi BUMDes di ribuan desa lainnya.
Ia pun berpesan agar BUMDes yang berhasil melakukan ekspor dapat menjaga nama baik Indonesia dengan menjaga kualitas produk yang dikirimkan.
Baca juga: Realisasi Impor Bawang Putih Masih Rendah, Kemendag: Pengusaha Masih “Wait and See” Tarif Trump
“Komoditas ini akan bernilai dan memberi nilai ekonomi asal memiliki pangsa pasar. Pemerintah akan bergerak secara sistematis agar produk desa dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat desa,” ucap Yandri.
Sementara itu, Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono menyampaikan, pelepasan ekspor ini bukan hanya wujud kegiatan usaha, tetapi mencerminkan kolaborasi masyarakat desa, pemerintah, dan dunia usaha dalam membangun ekonomi desa yang kuat mandiri dan berorientasi global.
“BUMDes Kabul Ciptaku merupakan salah satu BUMdes yang bisa menjadi pusat ekonomi, karena mandiri dan berdaya saing tinggi. Ini juga menjadi bukti bahwa desa bisa ekspor, desa bisa maju dan menjadi pilar ekonomi bangsa,” tegas Sadewo.
Di sisi lain, perwakilan BUMDes Kabul Ciptaku mengungkapkan, pada ekspor perdana ini, pihaknya bermitra dengan agregator CV Java Agro Mandiri sebagai mitra untuk ekspor gula kelapa ke negara Hungaria, Spanyol, Yunani, Australia, dan Afrika Selatan.
Agregator tersebut telah bekerja sama dengan Kemendag sejak 2021, melalui Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Budapest dalam mencari buyer potensial.
Baca juga: Soal Arahan Prabowo yang Restui Ekspor Beras ke Berbagai Negara, Ini Tanggapan Kemendag
Terkait hal itu ITPC Budapest telah membantu mencari dan memvalidasi kredibilitas buyer sehingga BUMDes Kabul Ciptaku berhasil menembus pasar Hungaria.
BUMDes Kabul Ciptaku adalah BUMDes yang berlokasi di Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
BUMDes tersebut bertujuan meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) dengan memanfaatkan komoditas unggulan Desa Langgongsari.
BUMDes Kabul Ciptaku memiliki beberapa unit usaha, di antaranya air bersih, industri agro bulak barokah, peternakan sapi, dan agro wisata.
Beberapa produk unggulan dari BUMDes tersebut, yakni gula kelapa organik, madu klanceng, durian, dan kelengkeng.
Turut hadir pada acara itu Wakil Mendes PDT Ahmad Riza Patria, Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Fajarini Puntodewi, dan Anggota Komisi V DPR RI Yanuar Arif Wibowo.
Baca juga: Soal Kelapa, Kemendag Bahas Strategi Pengamanan Stok Dalam Negeri dan Ekspor
Dalam peluncuran program kali ini, Menteri Busan mengapresiasi semua pihak yang terlibat, termasuk Kemendes PDT, yang telah berkomitmen meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui program Desa Ekspor.
Adapun kerja sama antara Kemendag dan Kemendes PDT telah terjalin melalui nota Kesepahaman (MoU).
Melalui program ini, Kemendag telah memetakan 2.332 desa menjadi dua klaster, yaitu desa siap ekspor dan desa belum siap ekspor.
Dalam pemetaan tersebut, sebanyak 734 desa masuk dalam klaster siap ekspor yang akan dipromosikan melalui Ina Export agar memiliki akses langsung ke buyers internasional dan melakukan presentasi bisnis (pitching) dan penjajakan kerja sama bisnis (business matching) dengan calon buyer dari para perwakilan perdagangan.
“Diharapkan semakin banyak desa yang dapat memanfaatkan potensi ekspor dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Busan.
Sementara itu, 1.598 desa terpetakan masuk dalam klaster belum siap ekspor.
Baca juga: Stok Beras Menuju 4 Juta Ton, Apakah Saatnya RI Ekspor ke Tetangga?
Untuk desa yang belum siap ekspor, akan diberikan pendampingan untuk naik kelas menjadi desa siap ekspor.
Program tersebut juga bertujuan memperkuat ekosistem penunjang desa ekspor, di antaranya rantai pasok, promosi, sumber daya manusia (SDM) ekspor, pemasaran, logistik, akses keuangan, dan teknologi.
Pada acara pelepasan ekspor tersebut, Busan juga menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) antara Kemendag dan Gabungan Pemuda (GP) Ansor.
Hal tersebut merupakan bentuk sinergi Kemendag dengan organisasi masyarakat dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat.
Kerja sama itu sejalan dengan Program UMKM BISA Ekspor. PKS ditandatangani Sekretaris Jenderal Kemendag Isy Karim dan Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin.
Baca juga: Bapanas Ungkap Alasan Prabowo Restui Indonesia Ekspor Beras
Pada perjanjian itu, keduanya sepakat melakukan kerja sama fasilitasi peningkatan kapasitas, promosi, dan kemitraan usaha bagi pelaku usaha.
Busan mengatakan, kolaborasi dan dukungan dari Kemendes PDT serta pemangku kepentingan lainnya sangat diperlukan dalam mempercepat pelaksanaan program Desa Bisa Ekspor.
“Kerja sama Kemendag dan GP Ansor merupakan bentuk konkret dalam sinergi pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat, yang tentunya juga sejalan dengan program UMKM BISA Ekspor," terangnya.