KOMPAS.com - Belum lama ini, Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokkan) di Desa Kawali, Ciamis, Jawa Baratj mendapatkan penghargaan prestisius dari Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono pada acara Silaturahmi dan Apresiasi Masyarakat Kelautan dan Perikanan, di Sentul Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/9/2024)
Penghargaan itu tak lepas dari program Smart Fisheries Village ( SFV) atau Desa Perikanan Cerdas yang telah dilaksanakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP) di Desa Kawali. Program SFV merupakan implementasi program Ekonomi Biru.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM) I Nyoman Radiarta mengatakan, SFV merupakan pembangunan desa perikanan dari hulu ke hilir.
Pembangunan tersebut desa tersebut berbasis kepada penerapan teknologi informasi, komunikasi, dan manajemen tepat sehingga kegiatan usaha dapat berkelanjutan, untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
“Belum lama ini Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokkan) di Desa Kawali memperoleh penghargaan dari Bapak Menteri KP. Ini merupakan bukti nyata bagaimana BPPSDM berkolaborasi bersama dengan masyarakat kelautan dan perikanan, khususnya pembudidaya ikan nila di Desa Kawali," katanya dalam siaran resmi Kementerian KP di Jakarta, Rabu (16/10/2024).
Baca juga: Berkat Pemanfaatan Aset SFV UPT, Kementerian KP Raih PNBP Rp 32,05 Miliar
Ketua Gapokkan Kampung Nila Kawali Iim Gala Permana bersyukur atas penghargaan tersebut yang menjadi motivasi untuk meningkatkan produksi secara berkelanjutan.
"Saya sebagai perwakilan dari SFV Kampung Nila Kawali mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri Sakti Wahyu Trenggono yang telah memberikan penghargaan dan apresiasi kepada kelompok kami Gapokkan Kampung Nila Kawali. Ini merupakan suatu motivasi bagi kami ke depannya untuk lebih maju dan berkembang lagi," ungkapnya.
Saat ini, gabungan pembudidaya ikan di Desa Kawali mampu memanen ikan nila hingga 300 kuintal per hari, meningkat 400 persen dibanding tahun sebelumnya.
Rata-rata produksi ikan nila di SFV Kampung Nila Kawali mencapai 3 kuintal per hari. Dengan asumsi nilai pasar 1 kilogram (kg) ikan nila sekitar Rp 30.000, rata-rata omzet per hari sekitar Rp 9 juta dan per tahun sekitar Rp 3,2 miliar.
"Itu baru dari ikan konsumsinya saja, belum termasuk pendapatan dari hasil yang non konsumsi di SFV Kawali ini," ujar Iim.
Gapokkan, kata Iim, memenuhi pesanan yang tak hanya berasal dari domestik namun juga mancanegara.
"Sekarang permintaan sudah ada dari luar negeri. Misalnya kemarin Korea minta beberapa ton kami tolak dulu, karena kami belum mampu mengerjakan ukuran ton. Kualitas sudah dicek, namun kontinuitas juga diperlukan,” papar Iim.
Baca juga: Genjot Produksi Ikan Patin di Tanah Bumbu, Kementerian KP Kembangkan SFV Seluas 157 Hektar
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ciamis Giyatno menerangkan, program SFV telah membuat budidaya ikan nila menjadi lebih produktif, sehingga dapat meningkat hingga 400 persen.
"Dari sisi pendapatan maupun perolehan dari keuntungan itu sangat luar biasa. Dan tentunya uang yang beredar di sini juga sangat besar. Karena dari segi pengunjung juga," sebutnya.
Peningkatan ini, jelas Giyatno, dipengaruhi strategi pengembangan ikan Sistem Budidaya dengan Sentuhan Kincir Air (Sibudikuncir) yang dapat meningkatkan ketahanan pangan di suatu kawasan.
"Ini menjadi satu kawasan terpadu yang terintegrasi dari mulai pembenihan, budidaya, pemanenan, pemasaran, termasuk pengolahan ikan," ujarnya.
Salah satu rekan Iim yang berperan dalam mendirikan Kampung Nila, Wahyu mengatakan, terdapat tiga faktor berdirinya Kampung Nila Kawali,
Tiga faktor itu yaitu adanya sumber daya air, SDM, yang didukung oleh budaya gotong royong masyarakat.
"Awal-awal tidak mulus. Konsep ingin budidaya ikan yang baik dan benar dan menguntungkan selalu ditolak masyarakat karena masyarakat sudah mencoba gagal. Tapi setelah terbukti Pak Iim berhasil di budidaya dengan pendampingan penyuluh, masyarakat mulai tergerak untuk bergabung," ujara Wahyu.
"Dulu budidaya belum produktif, sekali setahun atau hanya saat momen-momen penting saja seperti lebaran, kenduri, hajatan. Sekarang setelah Pak Iim mencoba usaha, bisa tiga sampai empat kali panen setahun," katanya.
Baca juga: BPPSDM Pamerkan Budi Daya Ikan Hias dan Maggot sebagai Program Unggulan SFV Berbasis UPT
Wahyu menceritakan alasan memilih nila untuk dibudiyakaan dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi dan didukung persediaan air yang melimpah.
“Pada waktu itu saya ajak teman pembudidaya. Saya tawari konsep. Panen eh dua kolam dua hari habis. Gimana ini perlu kolam lebih. Makanya ajak gabung yang lain, akhirnya banyak yang ikut, dengan pendampingan penyuluh,” ujarnya.
Iim menambahkan, Setelah sukses dengan budidaya nila, barulah Kampung Nila tersebut dijadikan SFV oleh BPPSDM dengan serangkaian proses yang tidak mudah.
Berbagai upaya pun dilakukan melalui kolaborasi Kementerian KP dari pusat hingga penyuluh perikanan, bersama masyarakat dan stakeholder.
“Cerita SFV awalnya info dari penyuluh. Ada program dari pusat nih kami tidak langsung terima begitu saja tapi dipelajari dulu. Apa sih SFV itu? Setelah dipelajari ternyata menarik ya," kata Lim.
"Melalui proses panjang, lalu pada acara RIFA Fest di Bogor (Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan) kami bertemu Kepala Badan (BPPSDM) dan berdiskusi. Ini sebuah program kalau didalami sangat luar biasa dan sejalan dengan visi misi kampung nila,” kenang Iim.
Hasil dari SFV tidak hanya sekadar budidaya ikan nila, tetapi juga meliputi kegiatan perikanan lainnya dari hulu ke hilir, seperti pengolahan produk hasil perikanan, kuliner perikanan, wisata perikanan, pelatihan perikanan, hingga pemasaran.
Untuk diketahui, selain kepada Gapokkan, Menteri KP Trenggono dalam acara silahturahmi tersebut juga memberikan penghargaan kepada pihak lain yang telah berjasa di sektor KP, salah satunya penyuluh perikanan.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM) I Nyoman Radiarta.
"Kami sangat mengapresiasi terhadap kinerja penyuluh, di mana BPPSDM ada tiga penyuluh yang mendapat penghargaan secara nasional oleh Bapak Menteri," kata dia.
"Ini merupakan bukti nyata bagaimana penyuluh berperan aktif dalam mendukung program prioritas kelautan dan perikanan dalam mengawal ekonomi biru untuk Indonesia maju," tambah Nyoman.
Baca juga: Kukuhkan 4 Guru Besar Vokasi, Menteri Trenggono Dukung Transformasi Pendidikan KP
Adapun penyuluh perikanan terbaik pertama diraih oleh Fahmi Lubis Rhafsanzani dari Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, kedua oleh Meiske Sipasulta dari BPPP Ambon, dan ketiga oleh Fridudin dari Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Menteri atas apresiasi yang telah diberikan. Semoga bisa memacu kami untuk terus dan terus meningkat kinerja untuk bidang kelautan dan perikanan,” ungkap Fahmi.