KOMPAS.com - Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP), I Nyoman Radiarta menekankan pentingnya menjaga ekosistem laut dalam membangun sektor kelautan dan perikanan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Poin 14.
Ia menjelaskan bahwa SDGs Poin 14 menyerukan konservasi dan pemanfaatan laut secara berkelanjutan.
“Mencapai SDGs Poin 14 bukan sekadar tujuan, tetapi komitmen mendasar untuk menjaga ekosistem laut dan kesejahteraan generasi mendatang,” ujar Nyoman dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (2/7/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Nyoman saat mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) Sakti Wahyu Trenggono, sebagai pembicara utama pada Simposium Nasional XI dan Internasional VII Kelautan dan Perikanan (KP), Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Baca juga: Keberhasilan UU KIA dan Tantangan DPR Sahkan UU Perlindungan PRT
Dalam kesempatan itu, Nyoman juga mengidentifikasi sejumlah tantangan signifikan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia, seperti overfishing, illegal fishing, perusakan habitat, pencemaran laut, dan dampak perubahan iklim.
Masalah-masalah tersebut tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati laut, tetapi juga mengganggu mata pencaharian masyarakat pesisir dan manfaat ekonomi yang luas dari sumber daya laut.
Untuk mengatasi tantangan itu, Kementerian KP telah mengimplementasikan lima program prioritas, termasuk memperluas kawasan konservasi laut, penangkapan ikan terukur dengan kuota, pembangunan budi daya laut yang berkelanjutan, pengawasan kawasan pesisir, dan gerakan pembersihan sampah plastik melalui Bulan Cinta Laut.
"Perjalanan menuju pencapaian SDGs Poin 14 memang sulit, tetapi kita harus menghadapinya bersama-sama. Ini membutuhkan kerja sama dari semua pemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, dan komunitas lokal," ujar Nyoman.
Baca juga: Marak PHK, Klaim JHT Industri Tekstil, Garmen, dan Alas Kaki Tembus Rp 385 Miliar
"Dengan bekerja secara kolaboratif, berbagi pengetahuan, dan memperkuat kekuatan kolektif, kita dapat mengatasi tantangan ini dan mengoptimalkan potensi penuh sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia," sambungnya.
Nyoman menegaskan bahwa pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia harus mengutamakan ekologi sebagai prinsip utama untuk menjamin masa depan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Para stakeholder harus menjadikan ekologi sebagai prinsip utama untuk menjamin masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang, sehingga Indonesia dapat dikenal sebagai poros maritim dunia yang berkomitmen untuk mencapai SDGs Poin 14.
Baca juga: Alasan Deklarasi Djuanda Menjadi Tanda Kebangkitan Maritim Indonesia
“Mari kita tegaskan kembali komitmen kita terhadap pengelolaan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Mari kita bersama-sama melindungi lautan, mendukung masyarakat, dan menjamin masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan bagi semua," tutur nya.
"Bersama-sama, kita dapat mencapai target SDGs Poin 14 dan memastikan bahwa kehidupan di bawah air terus terjaga,” sambung Nyoman.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Simposium, Profesor Mukti Zainuddin,menjelaskan bahwa kegiatan Simposium Nasional XI dan Internasional VII KP bertujuan untuk menyediakan forum ilmiah bagi ilmuwan kelautan, perikanan, dan mereka yang terlibat dalam studi kemaritiman.
Untuk diketahui, kegiatan tersebut mengangkat tema “Exploring The Main Problems and Effective Solutions in The Marine and Fisheries Sector toward The Achievement of SDGs 14 (life below water)”.
Baca juga: Oknum Kadep Fisip Unhas Diberhentikan Sementara Usai Dilaporkan Pelecehan Seksual
Sementara itu, Rektor Unhas Profesor Jamaluddin Jompa menekankan pentingnya peran akademisi, praktisi, dan pemerintah dalam mencari solusi terhadap tantangan di sektor kelautan dan perikanan.
Ia berharap simposium tersebut dapat mengidentifikasi masalah utama serta menemukan solusi efektif untuk mendukung pencapaian SDGs Poin 14.
Menurut Jamaluddin, simposium ini bukan hanya sebagai ajang untuk pertukaran informasi dan pengetahuan, tetapi juga sebagai platform untuk membangun jaringan kerja yang kuat antara berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian laut dan perikanan.
"Harapannya, hasil dari simposium ini dapat segera diimplementasikan untuk menciptakan laut yang sehat dan perikanan yang berkelanjutan," katanya.
Baca juga: BSI Catat Pembiayaan Berkelanjutan Rp 59,19 Triliun Per Maret 2024
Simposium Nasional XI dan Internasional VII menandai langkah penting dalam upaya bersama untuk mengatasi tantangan di sektor kelautan dan perikanan.
Melalui diskusi yang mendalam dan solusi yang inovatif, diharapkan sektor tersebut mampu menghadapi berbagai tantangan serta memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan pada masa depan.
Sebelumnya, Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono mengajak partisipasi berbagai pemangku kepentingan global untuk mendukung program tata kelola perairan berkelanjutan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hal tersebut bertujuan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan dalam SDGs Poin 14.
“Ekosistem perairan yang sehat akan berkontribusi dalam menanggulangi perubahan iklim global yang menjadi isu krusial saat ini,” ujarnya pada Dialog G20 Global Blended Finance Alliance dalam acara Sustainable Freshwater and Ocean Wealth yang merupakan side event dari The 10th World Water Forum (WWF) pada Mei 2024 di Bali.