KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP) menanam 1.000 batang pohon mangrove dalam rangka peringatan Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April 2024.
Penanaman dilakukan di kawasan Instalasi Tambak Silvofishery Marana, Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini bertujuan meningkatkan kualitas ekosistem penyerap karbon sekaligus untuk melindungi infrastruktur tambak udang.
Kepala Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros Indra Jaya Asaad mengatakan, pihaknya sebagai insan kelautan dan perikanan mendorong solusi penyerapan karbon menggunakan sistem silvofishery atau wanamina.
“Sistem ini merupakan kegiatan yang mengombinasikan vegetasi hutan bakau dan budi daya tambak untuk meningkatkan kesadaran tentang isu lingkungan secara global," terangnya dalam acara penanaman mangrove, Selasa (23/4/2024).
Indra menjelaskan, sistem wanamina dapat menjadi solusi keseimbangan antara menyejahterakan masyarakat dan menyerap karbon untuk lingkungan.
Baca juga: Kementerian KP Gandeng Kejagung Implementasikan Tata Kelola Penangkapan dan Budi Daya Lobster
Di samping itu, lahan yang ditanami bakau merupakan rekonstruksi dari tambak untuk memperluas kawasan hijau sebagai green belt.
Dalam hal ini, adanya zona green belt pada tambak budi daya udang dapat melindungi tambak dari erosi hingga abrasi yang dapat merusak ekosistem tambak.
Selain itu, green belt berfungsi sebagai biofilter untuk mengurangi patogen hingga kadar zat racun dan logam berat.
"Kawasan green belt juga diharapkan dapat meningkatkan kesuburan tanah dan lingkungan di sekitarnya. Sebab, keberadaan bakau pada tambak udang merupakan simbiosis mutualisme," jelasnya dalam siaran pers.
Indra menyebutkan, penanaman bakau juga dilakukan di lahan pelataran tambak yang disebut model empang parit.
Baca juga: Pastikan Penangkapan Benih Bening Lobster Terlacak, Kementerian KP Siapkan Aplikasi Canggih
Model-model tersebut akan menjadi percontohan wanamina sebagai bentuk integrated aquaculture yang bersanding dengan konservasi lingkungan.
Adapun instalasi Tambak Silvofishery Marana merupakan program Smart Fisheries Village (SFV) berbasis Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dikembangkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) Kementerian KP melalui unit kerja BRPBAP3 Maros.
Pelaksanaan penanaman mangrove di Maros juga merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang dilakukan BRPBAP3 Maros untuk menjaga dan memperluas ekosistem bakau di kawasan instalasi tambak.
Tak hanya memanfaatkan wilayah tambak sebagai green belt, bibit bakau yang ditanam pun berasal dari hasil pembibitan yang tersedia setiap saat sebagai kegiatan rutin SFV Wanamina Marana.
Indra mengatakan, sumber bibit berasal dari kawasan yang sama dan sudah rutin dilakukan pembenihan bibit bakau hingga menjadi semaian.
Baca juga: Serahkan Kapal Rampasan ke Negara, Menpan-RB Apresiasi Program Berdampak Kementerian KP
“Semaian itu selanjutnya ditanam untuk tumbuh dan berkembang menjadi pohon bakau," jelasnya.
Kegiatan pembibitan tersebut melibatkan unsur masyarakat sekitar instalasi, para taruna/taruni satuan pendidikan KP, di antaranya Politeknik KP Bone, Politeknik KP Sorong, dan Politeknik KP Kupang.
Tahapan pembibitan bakau sudah menjadi kegiatan rutin sebagai bagian kegiatan SFV Wanamina.
Selain ditanam di lokasi instalasi, bibit juga diberikan kepada masyarakat, pemerintah daerah (pemda), perguruan tinggi, hingga lembaga pemerhati lingkungan yang mempunyai program penanaman bakau. Saat ini, tersedia 5.000 bibit bakau yang siap tanam.
Pada peringatan Hari Bumi, kegiatan penanaman 1.000 bakau diikuti tim SFV Wanamina, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Manrimisi Jaya, mahasiswa Universitas Hasanuddin, dan siswa SMK 9 Pinrang yang tengah melaksanakan kegiatan magang di BRPBAP3 Maros.
Baca juga: Akselerasi Kerja Sama Lobster dengan Vietnam, Menteri KP: Kualitas dan Harga Untungkan Dua Negara
Kegiatan itu juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain YL Forest, Efishery, serta Indonesia Power yang memiliki atensi untuk menjaga bumi.