KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melakukan kegiatan diseminasi hasil riset kajian arkeologi maritim situs ‘ Kapal Tenggelam’ pada Desember 2021.
Riset arkeologi maritim tersebut bertujuan untuk pengelolaan wisata bahari berkelanjutan dan penguatan narasi sejarah dan budaya maritim di Kota Tidore, Kepulauan Maluku Utara.
Kepala Pusat Riset Kelautan (Pusriskel), Nyoman Radiarta mengatakan, salah satu potensi pengembangan pariwisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia adalah wisata selam kapal tenggelam.
“Wisata selam kapal tenggelam akan menawarkan petualangan baru bagi para penyelam dan memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan masa lalu manusia karena kapal karam adalah time capsule bersejarah,” imbuhnya seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (10/12/2021).
Baca juga: Wisatawan Sepi, Pelaku Wisata Selam Mulai Terdampak Wabah Corona
Menurut Nyoman, pengembangan wisata kapal karam yang sustainable dan bertanggung jawab memerlukan riset.
Oleh karena itu, BRSDM melalui Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) - Pusriskel melakukan riset pada 2019 dan 2021 sebagai dasar ilmiah untuk bahan pijakan para decision maker di pemerintah pusat maupun daerah.
Lebih lanjut Nyoman mengatakan, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pernah menyebut bahwa sumber daya kapal karam sangat penting untuk sejarah maritim negara bersangkutan.
Sebab, selain menarik para penyelam, wisata kapal karam dapat membuat penggemar sejarah bisa merasakan pengalaman dan mempelajari situs warisan bawah laut secara langsung.
“Itu kenapa shipwreck diving dapat memberikan pengalaman berbeda yang unik, tidak biasa, spektakuler, inspiratif, dan mempesona kepada seluruh wisatawan laut,” ucap Nyoman.
Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Wali Kota Bidang Kemaritiman dan SDM, Yakub Husain berharap, BRSDM dapat mendalami lebih jauh terkait dengan situs sejarah yang ditemukan guna mendukung Sail Tidore 2022.
“Diharapkan Tidore nantinya memiliki bukti fisik yang kuat adanya barang-barang peninggalan sejarah dari berbagai bangsa. Hal ini untuk memperkuat potensi situs kapal tenggelam terkait dengan arkeologi maritim,” ucapnya mewakili Wali Kota Tidore Kepulauan, Ali Ibrahim.
Seperti diketahui, nilai tinggi yang dikandung benda muatan kapal tenggelam (BMKT) mendasari pemerintah untuk mengelola situs tersebut. Sebab, BMKT adalah milik bangsa dan identitas tanah air sebagai negara maritim.
Baca juga: Terpilih Jadi Ketum Iskindo, Riza Damanik Ingin Jadikan Indonesia Sebagai Negara Maritim yang Kuat
Tak hanya itu, kata Yakub, BMKT memiliki nilai yang kompleks, tidak saja secara ekonomi tetapi juga sejarah dan ilmu pengetahuan.
Teka-teki mengenai perdagangan, teknologi perkapalan, dan hubungan antar bangsa dapat terjawab melalui temuan kapal dan BMKT.
Oleh karenanya, kekayaan laut termasuk benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam perlu dikelola untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan pembangunan nasional.
“Kapal yang tenggelam merupakan sumber daya sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, dan ekonomi,” ujar Yakub.
Baca juga: Kementerian KP Ajak Generasi Muda Kembangkan Ekonomi Biru
Tak lupa ia mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Kementerian KP yang telah melakukan riset terkait dengan situs-situs sejarah bawah laut.
Termasuk, kata dia, riset kapal tenggelam bangsa Eropa, baik Spanyol maupun Portugis dalam pelayaran mengelilingi dunia.
“Kami juga berterima kasih karena Kementerian KP telah melengkapi riset dengan narasi sejarah dan rekonstruksi Kapal Trinidad ke Museum Sonyine Malige,” ucap Yakub.
Begitu pula dengan sejumlah artefak yang diangkat berupa keramik dan gerabah juga ditempatkan di Museum Sonyine Malige untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Tidore Kepulauan.
Sementara itu, Kepala LRSDKP Bungus, Nia Naelul Hasanah Ridwan mengatakan, pariwisata bahari merupakan segmen pariwisata terbesar.
"Terutama untuk negara dengan pesisir dan pulau-pulau kecil yang mengandalkan ekosistem laut yang sehat,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Nia, pengembangan pariwisata harus menjadi bagian dari pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Hal ini untuk membantu melestarikan ekosistem yang rapuh dan berfungsi sebagai wahana dalam mempromosikan ekonomi biru.
Rangkaian kegiatan diseminasi sendiri meliputi paparan dan penayangan video bawah air temuan bersejarah Situs Soasio dan Situs Tongowai.
Baca juga: Desa Wisata Sangiran di Sragen Punya Situs Sejarah yang Diakui UNESCO
Kemudian dilanjutkan penjelasan tentang display sampel artefak bawah air atau BMKT yang diangkat dari Situs Soasio di perairan Kelurahan Soasio. Ini diambil dari hasil survei dan ekskavasi bawah air oleh tim LRSDKP.
Untuk penyebarluasan hasil riset, BRSDM juga menyerahkan bahan-bahan materi display berupa poster, booklet, buku, storyline tentang informasi warisan bawah air Tidore.
Penyerahan bahan itu termasuk rekonstruksi kapal Trinidad, salah satu kapal dari lima armada Spanyol ekspedisi Ferdinan Magellan dan Juan Sebastian Elcano.
Kapal Trinidad mempunyai misi menjelajahi bumi mencari rempah ke Spice Islands atau Kepulauan Maluku dan tiba di Tidore 500 tahun lalu pada November 1521.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Tidore
Dalam kegiatan diseminasi juga dilakukan penandatanganan papan deklarasi “Let’s Save Our Underwater Heritage: Warisan Budaya Bawah Air Tidore” oleh Kepala Pusriskel beserta Staf Ahli Wali Kota Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kota Tidore Kepulauan, dan Perdana Menteri Kesultanan Tidore.
Kemudian hadir pula Kepala Dinas (Kadis) Kelautan dan Perikanan Kota Tidore Kepulauan, Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Tidore Kepulauan, Wakil Kejaksaan Negeri (Kajari) Tidore, Kadis Pendidikan Tidore Kepulauan, Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Tidore Kepulauan, Kepala Museum Sonyine Malige Tidore, Camat Tidore, dan Kepala LRSDKP.
Sebagai informasi, riset arkeologi maritim di Tidore dilakukan untuk menindaklanjuti permohonan dari Wali Kota Tidore, Ali Ibrahim pada 2018 tentang dukungan riset bagi pengungkapan ‘Sejarah Maritim terkait Ekspedisi Magellan-El Cano’.
Riset tersebut bertujuan untuk mendukung peringatan Sail Tidore dan peringatan 500 tahun penjelajahan mengelilingi bumi yang dilakukan oleh lima armada kapal Spanyol.
Kegiatan riset juga dilaksanakan untuk mengidentifikasi kondisi, profil, dan potensi situs kapal karam di perairan Kelurahan Tongowai dan Tanjung Soasio beserta kondisi lingkungannya.
Adapun identifikasi tersebut sebagai pengembangan wisata bahari dan penentuan upaya pelindungan maupun pelestariannya serta mengetahui nilai signifikansi situs kapal tenggelam di perairan Tidore Kepulauan.
Hal tersebut sekaligus sebagai baseline data dan informasi dalam rangka penguatan narasi sejarah maritim Nusantara dan peran penting Tidore sebagai salah satu Kosmopolis Rempah di jalur rempah dan jalur sutra laut.
Baca juga: Indonesia-Seychelles Bahas Kerja Sama Ekonomi Biru, Menteri KP Berikan Apresiasi
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) Sakti Wahyu Trenggono mengaku optimistis wisata bahari dapat menjadi pilihan utama masyarakat.
Pasalnya Kementerian KP memiliki pesisir dan ruang laut dari Sabang hingga Merauke yang bisa dimanfaatkan sebagai destinasi wisata bahari.
Pengenalan BMKT sebagai salah satu sumber daya kelautan dan sejarah kemaritiman juga dilakukan sejalan dengan kebijakan yang digaungkan Menteri Trenggono.
Adapun tujuannya sendiri untuk mengelola sumber daya laut secara bijak dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan dan ekonomi.