KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan ( BRSDM) mengadakan Pelatihan Budi Daya Maggot di Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng) pada 6-7 Desember 2021.
Pelatihan tersebut diselenggarakan sebagai solusi atas permasalahan mahalnya pakan ikan yang menjadi kendala industri perikanan budi daya di Tanah Air.
Sebagai informasi, maggot adalah larva lalat black soldier fly (BSF) yang dapat dijadikan bahan baku pakan alternatif karena mengandung nutrisi lengkap dan berkualitas untuk ikan.
Maggot menjadi pilihan alternatif pakan lantaran dapat diproduksi dalam waktu singkat dan berkesinambungan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan.
Baca juga: Larva Lalat Hijau dan Tanaman Ini Jadi Pakan Ikan Alternatif, Studi Jelaskan
Selain itu, maggot juga bisa diproduksi menjadi tepung atau mag meal, sehingga bisa menekan biaya produksi pakan.
Pelaku industri perikanan budi daya dapat dengan mudah mengadopsi teknologi produksi maggot.
Sebelumnya, Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono telah mengajak para pembudidaya untuk berpikir kreatif dan berinovasi.
Tidak hanya andal mengelola tambak, Menteri Trenggono ingin para pembudidaya mampu menghasilkan produk lain yang mendorong pengembangan budi daya perikanan.
Salah satu produk yang dapat dikembangkan adalah bahan baku pakan.
Baca juga: Bisakah Ikan Cupang Diberi Pakan Ikan Mas Koki? Ini Penjelasannya
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BRSDM Kusdiantoro mengatakan, pihaknya terus berupaya menyediakan pakan alternatif berbiaya murah melalui serangkaian hasil riset dan inovasi serta metode pelatihan budi daya.
Kusdiantoro menjelaskan, maggot menjadi respons Kementerian KP atas isu sampah dan pencemaran lingkungan di Indonesia.
Sebab, kata dia, sampah organik dapat diolah menjadi media bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan maggot serta hasil lain seperti pupuk kompos dan cair.
“Sebagai pakan alternatif baru, maggot diharapkan dapat menjadi solusi sebagai pakan dengan harga yang murah dan mudah didapatkan, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan perairan, dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (7/12/2021).
Ia meminta agar seluruh pelatih dan penyuluh perikanan terus mendampingi dan membimbing peserta, baik selama pelatihan maupun setelah pelatihan.
Baca juga: Kementerian KP dan Pos Indonesia Luncurkan Prangko Seri Ikan Hias Endemik
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Firma Soebagyo mengatakan, pelatihan budi daya maggot merupakan wujud komitmen pemerintah dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) KP.
“Lewat pelatihan, seseorang dapat mempunyai pengetahuan atau kemampuan sehingga meningkatkan kualitasnya dan menjadi seorang ahli dalam bidangnya, khususnya di sektor kelautan dan perikanan hingga nantinya dapat membuka peluang untuk masa depan sekaligus jalan menuju pengabdian,” kata Firman.
Ia berharap, pelatihan tersebut dapat membangun sektor KP di Kabupaten Blora.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora Raden Gundala Wejasena mengaku optimistis masyarakat mampu memanfaatkan potensi air untuk meningkatkan subsektor perikanan budi daya.
"Meskipun Blora merupakan wilayah pegunungan kapur dengan curah hujan relatif rendah dan tidak memiliki laut, kami yakin bisa memanfaatkan potensi air untuk subsektor perikanan budi daya," tuturnya.