KOMPAS.com – Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, Kementerian KP terus berusaha mewujudkan keseimbangan ekologi, ekonomi, dan inovasi teknologi dengan menerapkan konsep blue economy atau ekonomi biru.
Hal tersebut disampaikan Trenggono dalam acara “Indonesia-Seychelles Blue Economy Workshop: Opportunities for Collaboration and Invesment” di Gedung Mina Bahari IV Kantor Pusat Kementerian KP, Jakarta Pusat, Selasa (30/11/2021).
Untuk diketahui, acara tersebut merupakan tindak lanjut rencana kerja sama strategis Republik Indonesia (RI) dengan Republik Seychelles di bidang pengembangan blue economy, wisata bahari, pengelolaan pesisir, perikanan bertanggungjawab, dan kawasan konservasi perairan.
“Beragam program terobosan dilakukan oleh Kementerian KP dengan menerapkan prinsip ekonomi biru,” tutur Trenggono, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (1/12/2021).
Adapun beberapa program yang dimaksud meliputi penerapan penangkapan ikan yang terukur di setiap wilayah untuk keberlanjutan ekologi, serta peningkatan kesejahteraan nelayan dan juga peningkatan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
Selanjutnya, pengembangan budi daya berbasis ekspor dengan empat komoditas unggulan di pasar global, yaitu udang, lobster, kepiting, dan rumput laut, serta pembangunan kampung perikanan budi daya berbasis kearifan lokal di perairan tawar, perairan payau, dan laut.
Baca juga: Kelola Potensi Perikanan di Ende, Kementerian KP Gelar Pelatihan Pembuatan Pancing Gurita
Menurut Trenggono, berbagai program terobosan Kementerian KP tersebut memberikan dampak bagi pembangunan nasional.
Ia berharap, melalui program tersebut, peluang investasi pada aktivitas KP primer dan sekunder meningkat, salah satunya dengan mengelola wisata bahari dengan menjaga ekologi.
“Saya sangat mengapresiasi dukungan serta kerja sama Pemerintah Seychelles yang mendorong minat dan partisipasi publik dalam upaya percepatan transformasi ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan dan kemitraan strategis,” katanya.
Adapun pemerintah Indonesia mengusulkan adanya kerja sama pengembangan destinasi wisata potensial, sinergi aktif dalam menarik investasi asing, pengembangan sumber daya manusia (SDM) KP, serta pengembangan wisata bahari.
Menanggapi hal tersebut, utusan khusus Presiden Republik Seychelles untuk Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Nico Barito mengatakan, pihaknya mengusulkan kolaborasi bidang kelautan, secara khusus di pulau-pulau kecil dan pariwisata bahari berkelanjutan.
Baca juga: Ingin Cetak SDM Unggul, Kementerian KP Gencarkan Program Alumni Mengajar
Selain itu, kolaborasi yang ingin dilakukan juga termasuk perikanan yang bertanggung jawab serta pelestarian dan monitoring keanekaragaman hayati untuk ekonomi dan lingkungan.
“Dalam membangun blue economy, kami berfokus pada kualitas ketimbang kuantitas. Seperti pada pengembangan pariwisata, perlu diterapkan konsep pembangunan yang dapat meminimalkan dampak negatifnya, yaitu melalui konsep pariwisata berkelanjutan,” papar Nico.
Ia menilai, konsep berkelanjutan harus diperhatikan, baik oleh masyarakat, wisatawan, komunitas tuan rumah, maupun pemerintah setempat.
“Begitu juga (konsep berkelanjutan) pada zonasi penangkapan, perlu diatur pula kuota ikan yang boleh ditangkap untuk industri, nelayan tradisional, dan kuota untuk hobi atau wisata untuk menghindari over-fishing,” jelas Nico.
Lebih lanjut, kata dia, Republik Seychelles juga ingin berkolaborasi perihal investasi ekonomi biru, penyusunan rekomendasi kebijakan untuk mencapai koherensi ekonomi biru, eksplorasi sarana dan prasarana, dan peningkatan kapasitas SDM KP.
Baca juga: Menteri Trenggono Sebut SKPT Rote Ndao Berpotensi Jadi Wisata Kuliner Ikan
Turut serta dalam workshop, Presiden ketiga Republik Seychelles James Alix Michel. Ia menyebut bahwa Seychelles dan Indonesia memiliki semangat yang sama dalam dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam (SDA).
Keduanya, kata Michel, adalah negara kepulauan yang sangat bergantung pada sumber daya laut.
Untuk diketahui, di bawah kepemimpinan Michel, Seychelles memulai perjalanan menjadi negara pertama di dunia yang memiliki rencana tata ruang laut yang komprehensif di seluruh wilayah lautnya.
Seychelles juga menjadi negara pertama yang meluncurkan obligasi biru berdaulat di dunia atau sovereign blue bond di sela-sela Our Ocean Conference pada 28 Oktober 2018 di Bali.
Michel juga menulis buku berjudul Rethinking the Oceans-Towards the Blue Economy yang diterbitkan oleh Paragon House pada Juni 2016.
“Saya yakin bahwa baik Seychelles dan Indonesia dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat, ekosistem, dan negara masing-masing dengan menerapkan prinsip blue economy,” kata Michel.
Baca juga: Seychelles Jajaki Kerja Sama Bidang Pariwisata dengan Bangka Belitung
Sebagai informasi, saat ini sama Indonesia dan Seychelles masih sebatas perdagangan produk perikanan.
Tercatat, nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Seychelles pada 2020 mencapai 546.428 dollar Amerika Seikat (AS).
Jumlah tersebut mengalami kenaikan sekitar 733 persen dari periode 2019 yang hanya sebesar 74.449 dollar AS.