KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menggelar kegiatan “Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok” di Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) secara blended learning.
Pelatihan tersebut diharapkan dapat membantu peserta untuk menerapkan cara budi daya ikan yang baik (CBIB) sehingga menghasilkan ikan yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Adapun pelatihan itu difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang pembudidaya ikan di Kota Prabumulih.
Acara yang digelar pada 15-16 September 2021 tersebut dilaksanakan di Balai Besar Ikan (BBI) Kota Prabumulih dengan menerapkan prokes secara ketat.
Kegiatan itu juga sejalan dengan program prioritas Kementerian KP dalam pembangunan kampung-kampung budi daya dengan kearifan lokal. Salah satu implementasi program ini diwujudkan melalui pelatihan bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
Baca juga: Kementerian KP dan Menteri Trenggono Boyong Dua Penghargaan pada Anugerah Humas Indonesia 2021
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BRSDM Kementerian KP Kusdiantoro mengatakan, keberhasilan program-program prioritas membutuhkan terobosan, khususnya pada aspek pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Menurut dia, SDM memiliki peran strategis dalam mencapai pembangunan kelautan dan perikanan secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendukung sektor perikanan budi daya berkelanjutan agar dapat menghasilkan ikan siap konsumsi.
“Pelatihan ini juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam mengembangkan usaha di bidang budi daya,” ujar Kusdiantoro dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Minggu (19/9/2021).
Hal senada juga disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada Rapat Paparan Program BRSDM, Senin (11/1/2021). Menurut Trenggono, pelatihan bagi kelompok budi daya perlu dioptimalkan.
“Pelatihan bagi kelompok budi daya harus dioptimalkan agar mereka bisa mengelola budi daya ikan dengan standar mutu yang baik. Hal ini bisa meningkatkan hasil ikan budi daya di Indonesia,” papar Menteri Trenggono.
Baca juga: IndiHome Bekerja Sama dengan Kementerian KP Luncurkan NeptuneTV
Seperti diketahui, lele merupakan komoditas unggulan yang banyak diminati masyarakat. Pasalnya, jenis ikan ini relatif mudah dibudidayakan.
Salah satu teknik budi daya yang diterapkan, yaitu sistem bioflok. Sistem ini menggunakan bakteri sebagai pendukung proses akselerasi ikan. Bakteri ini akan dimanfaatkan ikan sebagai sumber makanan.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, penggunaan probiotik sistem bioflok dapat meningkatkan padat tebar dan kualitas air.
“Dalam pelatihan tersebut, peserta akan mendapatkan probiotik. Bakteri ini berperan untuk menghasilkan limbah yang tidak membahayakan lingkungan. Dengan demikian, pembudidaya tidak perlu mengganti air terlalu sering,” jelas Lilly.
Lilly menambahkan, keberhasilan budi daya ikan lele dipengaruhi oleh pakan yang berkualitas. Sementara itu, pakan merupakan elemen yang membutuhkan biaya paling besar.
Baca juga: Menteri Trenggono: Tambak Udang Kementerian KP di Aceh Timur Ciptakan Multiplier Effect
“Oleh sebab itu, pembudidaya harus jeli dalam pemberian pakan ikan lele, termasuk ketika mengganti pakan pelet dengan pakan ikan buatan sendiri,” kata Lilly.
Dia berpesan, penggantian pakan hendaknya tetap memperhatikan komposisi protein dan mineral yang dibutuhkan ikan lele. Dengan begitu, ikan lele akan tumbuh dengan baik dan bernilai jual tinggi.
Penting diketahui, kegiatan tersebut diapresiasi oleh Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Daerah Pilihan (Dapil) Sumsel Amaliah yang turut hadir secara daring. Dia menilai, pelatihan ini berdampak positif bagi pembudidaya ikan lele di Kota Prabumulih.
“Saya sangat menghargai dan mengapresiasi terselenggaranya pelatihan tersebut. Sistem bioflok dapat mengurangi penggunaan air dan pembuangan limbah,” jelas Amaliah.
Selain itu, lanjut Amaliah, lingkungan menjadi tidak tercemar serta ikan yang dihasilkan pun lebih sehat dan banyak.
Pada kesempatan yang sama, dia tidak lupa mengapresiasi kesuksesan panen ikan lele di Kota Prabumulih pada 2020.
Baca juga: Menteri Trenggono Dorong Lulusan Satuan Pendidikan Kementerian KP Jadi Entrepreneur
“Perhatian besar terhadap sistem bioflok membuat Kota Prabumulih menjadi wilayah budi daya ikan lele yang paling optimistis,” ujar Titing.
Dia menerangkan, produksi ikan lele di Kota Prabumulih mencapai 135 ton pada 2020. Pencapaian ini didapat hanya dengan memanfaatkan lahan pekarangan di samping kanan, kiri, dan belakang rumah seluas 1,5 hektar (ha).
“Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan pemerintah pusat,” imbuh Titing.
Penting diingat, perikanan budi daya merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat dikembangkan demi meningkatkan produksi perikanan nasional serta pendapatan pelaku utama dan usaha.
Baca juga: Berkomitmen Cetak SDM Kompeten, Kementerian KP Terima Taruna Baru
Namun, subsektor perikanan budi daya masih mengalami permasalahan dalam menghadapi harga pakan yang tinggi. Pasalnya, sebagian besar bahan baku pakan masih bergantung pada bahan pabrikan.
Guna mendukung program Gerakan Pakan Mandiri (GERPARI) dalam meningkatkan perekonomian masyarakat perikanan dan daerah yang tertinggal, khususnya bidang budi daya perikanan, KKP melalui BRSDM KP juga menggelar “Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan bagi Pembudidaya Ikan” di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Adapun kegiatan tersebut juga sejalan dengan program Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Pelatihan yang digelar pada 13-14 September 2021 itu diikuti oleh 50 peserta dari pembudidaya ikan di Kabupaten Solok Selatan secara blended learning.
Pelatihan yang difasilitasi oleh BPPP Medan tersebut dilaksanakan di BBI Solok Selatan dengan menerapkan prokes secara ketat.
Baca juga: Berdayakan Rumput Laut dan Limbah Perikanan, Kementerian KP Kembangkan Pupuk Hayati
Sebagai informasi, dalam pelatihan tersebut, peserta diberikan beragam materi, mulai dari menyiapkan bahan dan peralatan pembuatan, menyusun formulasi, meramu, mencetak, mengeringkan, mengemas, hingga menyimpan pakan ikan.
Dalam sambutannya, Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan, budi daya ikan air tawar umumnya menggunakan pelet sebagai pakan ikan yang praktis dan mengandung nutrisi lengkap.
“Unsur utama pada pakan adalah protein hewani, yaitu tepung ikan. Pembuatan pakan ikan bisa menggunakan bahan baku nabati yang memiliki kandungan protein tinggi,” jelas Lilly.
Lebih lanjut, dia mengatakan, melalui pelatihan tersebut, pembudidaya diharapkan dapat memproduksi pakan ikan alternatif secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Dengan begitu, alokasi biaya pakan ikan bisa ditekan.
“Dengan pelatihan tersebut, para pembudidaya ikan bisa mengurangi alokasi biaya pakan yang biasanya mencapai 60 hingga 70 persen. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya” terang Lilly.
Baca juga: Lindungi Bambu Laut dengan Teknologi Wahana Restorasi, Peneliti Kementerian KP Ini Raih Satyalancana
Kegiatan Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan bagi Pembudidaya Ikan juga mendapat apresiasi dari Anggota Komite II DPD Dapil Sumbar Emma Yohanna yang hadir melalui sambungan virtual.
Dia mengatakan, pelatihan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan para pelaku utama budidaya di tengah pandemi Covid-19.
Menurut dia, kemajuan teknologi memudahkan peserta pembudidaya ikan untuk memanfaatkan kesempatan guna meningkatkan kompetensi diri meski berada di situasi Covid-19.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada KKP atas kesempatan yang diberikan kepada pembudidaya ikan di Sumbar untuk mengikuti pelatihan. Saya berharap, kegiatan ini dapat menghasilkan kelompok pembudidaya ikan yang bisa mengembangkan berbagai usaha, seperti pembuatan pelet,” ucap Emma.
Di samping untuk kepentingan atau konsumsi diri sendiri, Emma menilai bahwa usaha pembuatan pelet juga akan menghasilkan sumber pendapatan yang bisa membantu perekonomian peserta.
Selain itu, melalui pelatihan tersebut, peserta juga dapat membagikan ilmunya kepada pelaku utama lain.
Baca juga: Lewat Teaching Factory, Kementerian KP Cetak Wirausaha Muda di Kampus Vokasi
Untuk diketahui, kegiatan tersebut juga direspons baik oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Solok Selatan Yalasri.
Dia berharap, upaya peningkatan budi daya ikan tidak berhenti pada pelatihan, tetapi juga dapat diimplementasikan secara berkelanjutan sehingga kebutuhan pakan ikan bisa terpenuhi.
“Melalui pelatihan tersebut, kami berharap, 70 persen kebutuhan pakan ikan di Kabupaten Solok tidak dipasok dari luar (wilayah) lagi,” tutur Yalasri.
Seperti diketahui, ketersediaan pakan ikan tidak hanya bermanfaat untuk kegiatan budi daya ikan air tawar, tetapi juga berkaitan erat dengan kegiatan memancing yang menjadi kegemaran masyarakat Indonesia.
Baca juga: Ciptakan SDM Terampil di Kelautan dan Perikanan, Kementerian KP Gelar Berbagai Pelatihan
Seiring dengan perkembangan teknologi memancing, para angler atau pemancing mulai menggunakan umpan buatan atau casting.
Casting merupakan proses memancing menggunakan umpan yang menyerupai mangsa ikan tersebut. Umpan ini berfungsi sebagai pemikat agar ikan mendatangi dan memakan mata kail.
Sementara itu, Kementerian KP juga tak henti meningkatkan produksi komoditas rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi.
Hal tersebut sejalan dengan komitmen Menteri Trenggono dalam menggenjot ekspor hasil perikanan, salah satunya rumput laut.
Sebelumnya, Menteri Trenggono menegaskan komitmen peningkatan kualitas dan kompetensi SDM yang berkapasitas, eksplorasi bahan mentah menjadi pengolahan, peningkatan nilai tambah dari sumber daya alam, dan inovasi teknologi sebagai alat bantu yang dapat memproduksi nilai tambah.
Baca juga: Cegah Penurunan Populasi Ikan Selar Bentong, Kementerian KP Lakukan Penelitian
Komitmen tersebut kemudian diwujudkan dalam kegiatan bertajuk “Pelatihan Pembuatan Cendol Dawet Rumput Laut” yang digelar Kamis (9/9/21) secara online.
Adapun pelatihan tersebut diikuti oleh 812 peserta dari 34 provinsi yang difasilitasi oleh BPPP Tegal. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah pada rumput laut agar bernilai jual lebih tinggi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BRSDM KKP Kusdiantoro mengatakan, rumput laut merupakan salah satu produk unggulan Indonesia. Pada 2020, nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai 279,58 juta dollar Amerika Serikat (AS) dengan volume ekspor sebesar 195.574 ton.
Nilai tersebut menempatkan Indonesia sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China.
Kusdiantoro menuturkan, dengan nilai produksi yang besar, Kementerian KP ingin Indonesia tak hanya mengekspor bahan baku mentah, tetapi juga bisa memproduksi beraneka ragam produk bernilai jual tinggi.
“Kementerian KP ingin mendorong pengolahan rumput laut di dalam negeri sehingga dapat memaksimalkan manfaat ekonomi yang bisa dirasakan langsung masyarakat dan pembudidaya rumput laut,” jelas Kusdiantoro.
Sebelum mengolah rumput laut, pembudidaya harus mengenali tipe-tipe rumput laut yang akan digunakan sebagai bahan baku.
Sementara itu, Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan bahwa pelatihan tersebut tidak hanya diikuti oleh pelaku utama kelautan dan perikanan, tetapi juga masyarakat umum yang tertarik mencoba mengembangkan usaha baru.
Sebelum memulai budidaya, peserta dibekali dengan pengetahuan mengenai rumput laut, mulai dari jenis, karakter, hingga cara membersihkannya.
“Hal tersebut penting dilakukan agar peserta bisa menghasilkan cendol tidak berbau anyir dan memiliki tampilan yang menarik untuk dijual,” ujar Lilly.
Baca juga: Menteri Trenggono Minta Politeknik Kementerian KP Perkuat Potensi Wirausaha Peserta Didik
Dia menjelaskan, prinsip dasar pembuatan cendol adalah mengolah rumput laut menjadi tepung sebagai bahan dasar pembuatan cendol.
Pihaknya pun berharap, pelatihan tersebut dapat menciptakan pengusaha-pengusaha baru yang dapat mengolah rumput laut menjadi es cendol bernilai jual tinggi.
Selain itu, dia juga meminta peserta untuk membangun kreativitas dan membuat produk yang tidak biasa guna menarik minat konsumen.
Lebih lanjut, Lilly menyampaikan bahwa pengemasan produk juga menjadi hal yang penting dalam penjualan. Menurutnya, tampilan makanan yang menarik akan mendatangkan konsumen.
Dengan inovasi dan tampilan yang menarik, rumput laut dapat menjadi sumber penghasilan utama dan membantu perekonomian pelaku usaha di masa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Selain dapat diolah menjadi produk bercita rasa tinggi, rumput laut juga memiliki beragam kandungan yang baik bagi tubuh, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan serat.
Tumbuhan itu juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K.
Kemudian, makromineral, seperti nitrogen, oksigen, kalsium, dan selenium, serta mikromineral, seperti zat besi, magnesium, dan natrium.
Untuk diketahui, rumput laut memiliki kandungan asam amino, vitamin, dan mineral sebesar 10 hingga 20 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di darat.
Rumput laut juga dapat membantu mencegah gejala osteoporosis, mengurangi tekanan darah tinggi, dan menjadi makanan diet sehat.
Sebagai informasi, Kementerian KP juga terus berupaya meningkatkan produktivitas nelayan agar dapat menghasilkan tangkapan ikan yang melimpah.
Hal tersebut merupakan salah satu implementasi program prioritas KKP dalam meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap yang digagas oleh Menteri Trenggono.
Baca juga: Dukung Ekonomi Biru, Kementerian KP Dorong Riset Olahan Rumput Laut Nirlimbah
Adapun implementasi itu diwujudkan BRSDM KKP melalui BPPP Bitung dengan menggelar “Pelatihan Pembuatan Alat Tangkap Rawai Dasar Bahan Monofilament” pada Selasa, (7/9/2021). Kegiatan ini diikuti oleh 243 peserta dari 34 provinsi di Indonesia secara online.
Untuk diketahui, rawai dasar merupakan alat sederhana yang terdiri atas rangkaian tali bercabang yang diikatkan sebuah pancing di setiap ujungnya. Alat ini terbilang murah dan mudah dioperasikan untuk menangkap ikan.
Pelatihan tersebut mendapat respons positif dari para peserta. Hal ini dituturkan oleh salah seorang peserta yang berasal dari Gorontalo, Agustha.
Dia mengaku sangat puas dengan materi pelatihan yang diberikan. Dia berharap, KKP akan kembali menyelenggarakan pelatihan yang berkaitan dengan alat tangkap.
Sementara itu, Noula Stevi, peserta asal Sulawesi Utara, menyebut bahwa pelatihan pembuatan alat tangkap memberikan banyak manfaat bagi pelaku utama.
“Melalui pelatihan tersebut, kami mengetahui cara yang lebih baik dibandingkan cara yang selama ini digunakan. Pelatihan ini juga memotivasi para nelayan untuk menggunakan alat tangkap yang beragam," ujar Noula.
Baca juga: Peringati Hari Anak Nasional, Kementerian KP Bagikan 1,2 Ton Ikan di Kampung Pemulung dan Lapas Anak
Selain itu, pelatihan tersebut juga diharapkan dapat menumbuhkan usaha rintisan baru (startup) dengan hasil tangkapan yang melimpah sehingga meningkatkan perekonomian pelaku utama di subsektor perikanan tangkap.