KOMPAS.com - Penyuluh Perikanan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), Chandra Buana berhasil meningkatkan kesejahteraan kelompok pembudidaya kepiting bakau “Harapan Jaya” di Kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Berkat sumbangsihnya, pembudidaya kepiting bakau di Desa Banggina, Kecamatan Motui, Kabupaten Konut, Sultra dapat meraup total pendapatan mencapai Rp 352 juta pada triwulan pertama usaha mereka.
Untuk diketahui, Chandra adalah salah satu dari 598 Penyuluh Perikanan (BRPBAPPP) Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
BRPBAPPP merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP).
Baca juga: Menteri Trenggono: Tambak Udang Kementerian KP di Aceh Timur Ciptakan Multiplier Effect
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) Sakti Wahyu Trenggono terus mendorong upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor kelautan dan perikanan.
Pengembangan itu termasuk di bidang perikanan budidaya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan wirausaha yang unggul di masyarakat.
Guna mewujudkan wirausaha unggul, Kementerian KP berupaya mengembangkan SDM melalui penyuluhan perikanan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BRSDM Kusdiantoro menyampaikan, pengembangan SDM dilakukan pihaknya dalam rangka mendukung program terobosan Kementerian KP pada 2021-2024. Hal ini sesuai amanat (Menteri KP) Sakti Wahyu Trenggono.
Baca juga: Ingin Lulusan AUP Jalankan Program Prioritas, Menteri KP: Kita Butuh Wirausaha Muda
“Pengembangan SDM secara khusus untuk mendukung program perikanan budi daya guna meningkatkan ekspor,” ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/8/2021).
Selain meningkatkan ekspor, lanjut Kusdiantoro, pengembangan SDM juga ditujukan untuk membangun kampung-kampung perikanan budi daya air tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal.
Pada kesempatan tersebut, Penyuluh Perikanan (BRPBAPPP) Maros, Chandra Buana menjelaskan terbentuknya pembudidaya kepiting bakau di Desa Banggina, Kecamatan Motui, Kabupaten Konut, Sultra.
Awalnya, kata dia, sebagian besar masyarakat Desa Banggina memanfaatkan potensi sumber daya daerahnya untuk budi daya ikan bandeng dan udang windu.
Baca juga: 5 Cara Keluarkan Tulang dan Daging Ikan Bandeng, Bikin Bandeng Isi
Namun, usaha budi daya ikan bandeng dan udang windu sempat merugi . Hal ini disebabkan dari ukuran bandeng yang terhambat dan kematian udang windu pun meningkat drastis.
“Dari keluh kesah warga tersebut saya terdorong untuk memberikan solusi berupa pengalihan komoditas budi daya menjadi kepiting bakau,” ujar Chandra.
Penyuluh asli Konut ini menyadari akan potensi sumber daya daerah kelahirannya. Khususnya, dalam bidang perikanan air payau.
Adapun potensi tersebut, di antaranya lahan yang luas dan melimpahnya sumber daya air payau.
Baca juga: Kapal Penangkap Kepiting Jepang dan Kapal Kargo Rusia Tabrakan, 3 Orang Tewas
Lelaki kelahiran Konut 38 tahun ini juga optimis bahwa krustasea unggul bernilai ekonomis dan berprotein tinggi itu merupakan pilihan komoditas budi daya yang tepat untuk daerahnya.
Perlu diketahui, usaha budi daya pembesaran kepiting bakau di tambak merupakan salah satu peluang usaha yang sangat menjanjikan.
Pasalnya, permintaan pasar ekspor dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tak heran, jika eksistensi budi daya kepiting bakau mulai banyak dirintis oleh masyarakat di berbagai daerah.
"Benih kepiting bakau banyak ditemukan di pesisir kami. Di Desa Banggina sendiri terdapat dua pengepul benih kepiting bakau, sehingga mudah untuk memulai usaha,” ucap Chandra.
Baca juga: Susi Imbau Warga Papua Budidaya Kepiting Bakau dengan Pertahankan Induknya
Jenis kepiting bakau, imbuh dia, juga mudah dibudidayakan. Tak hanya itu, kepiting bakau memiliki harga jual stabil dan cepat berkembang biak, sehingga pembudidaya bisa cepat mendapat balik modal.
Selain mudah dibudidayakan, Chandra mengatakan, kapasitas kepiting bakau diperluas menggunakan metode padat tebar tinggi.
Metode padat tebar tinggi, sebut dia, belum pernah dilakukan pembudidaya kepiting bakau lainnya.
“Lewat metode ini, sebanyak 1 ton benih kepiting bakau ditebarkan per 1 hektar (ha) luas tambak. Untuk hasilnya bisa memproduksi kurang lebih 10.000 ekor kepiting bakau per satu siklus panen,” imbuh Chandra.
Baca juga: Agar Ekowisata Berkembang, 10.000 Bibit Bakau Ditanam di Mandalika
Chandra menjelaskan, ide padat tebar tinggi ia ciptakan ketika bertanding dalam kompetisi “Teknologi Tepat Guna” yang diadakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra setiap tahun.
Atas inovasi buatannya, bapak dua anak ini berhasil menyabet penghargaan Juara 1 di Provinsi Sultra pada 2019 lalu dan dinobatkan sebagai Penyuluh Teladan Kabupaten Konut.
Bermaksud mengembangkan ide yang dimenangkannya dahulu, Chandra bertemu dengan pengusaha asal Sumatera. Pengusaha ini sendiri saat itu tengah merugi lantaran investasi usaha perikanannya mengalami berbagai kendala.
Kemudian, ia berdiskusi dengan pengusaha tersebut untuk memodernisasi kotak-kotak khusus.
Baca juga: Hutan Mangrove Delta Mahakam di Kaltim Rusak karena Tambak
Penggunaan kotak-kotak khusus sendiri berfungsi untuk mengawasi pemberian pakan kepiting bakau dengan padat tebar tinggi. Namun, cara ini dinilai kurang efektif karena menghabiskan terlalu banyak pakan dari seharusnya.
Setelah mengetahui kelemahan itu, Chandra pun berinisiatif merombak kotak-kotak khusus dengan desain baru.
Optimis akan menghasilkan, ia akhirnya merangkul pengusaha tersebut untuk bekerja sama dalam usaha budi daya kepiting bakau.
Usaha budi daya kepiting bakau awalnya hanya menyewa 1 ha tambak airpayau milik Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Harapan Jaya, Zainuddin Tia.
Baca juga: Mengapa Rajungan, Udang, dan Kepiting Berubah Kemerahan Saat Dimasak?
"Dari situ, kami mulai menyiapkan lahan tambak dikelilingi waring kualitas baik. Kemudian, menggunakan paralon sebagai tiang, dan memulai penebaran 1 ton benih kepiting pada awal Mei 2021. Rata-rata penebaran berat benih per kilogram (kg) berisi 10 ekor," imbuh Chandra.
Dari penebaran benih kepiting nantinya tidak langsung dipanen sekaligus. Untuk pemanenan sendiri akan berlangsung selama satu setengah tahun.
Ketua Pokdakan Harapan Jaya, Zainuddin Tia mengatakan, target panen kelompoknya sekitar 400 kg dalam tiga bulan setelah penebaran awal. Namun, hasil yang didapat ternyata menyentuh angka 3,2 ton.
Harga terakhir produksi, kata dia, tercatat hingga Rp 110.000 per kg atau totalnya menembus omset Rp 350 juta.
Baca juga: Garam Tak Laku Lagi, Buruh Angkut di Pesisir Demak Alih Profesi Cari Kepiting
Hasil produksi dan omset kepiting bakau pun membuat Zainuddin merasa kagum dan puas.
"Bukan hanya di kelompok kami, keuntungan ini juga menjadi bara semangat bagi kelompok lainnya. Kelompok lain langsung ingin ikut memulai usaha setelah melihat hasil nyata," ujar Zainuddin bangga.
Selain kelompok Zainuddin, keuntungan dari budi daya kepiting bakau pun terbukti nyata pada kelompok binaan Chandra lainnya.
Salah satunya Ketua Kelompok Mappasiddi Sangkala. Kelompok ini hanya mengeluarkan modal usaha Rp 1 juta.
Baca juga: 4 Spesies Kepiting Baru, dari Berbulu Banyak hingga Seperti Perhiasan
Selang tiga bulan, Mappasiddi Sangkala berhasil meraup pendapatan senilai Rp 8 juta setelah memulai usaha budi daya kepiting bakau padat tebar tinggi.
"Awalnya saya membudidayakan bandeng dan windu, tapi ukuran bandengnya tidak besar jadi harganya miring dan windunya banyak yang mati. Ya sudah, saya mulai budidaya kepiting bakau dengan modal terbatas, ternyata sangat untung,” tutur Sangkala girang.
Dalam kesempatan itu, ia turut berterima kasih atas bimbingan Chandra yang telah membantu kelompoknya meloloskan akses modal sebesar Rp 150 juta melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).
Sementara itu, Bupati Konut, Ruksamin juga memberikan apresiasi terhadap kerja keras penyuluh perikanan terkait.
Baca juga: Tekan Biaya Produksi Budi Daya Ikan dengan Maggot, Penyuluh Perikanan Ini Dianugerahi Satyalancana
"Perlu sangat diapresiasi bahwa di Kabupaten Konut, ada usaha yang dapat disebut sangat kuat dan melejit. Kami harap, Pak Chandra dan tim penyuluhan lainnya dapat bersama-sama membuat komoditas ini menjadi produksi perikanan unggulan di Kabupaten Konut," tuturnya bangga.
Guna mendukung usaha kepiting bakau di Desa Banggina, Ruksamin menunjuk Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja (Disnakertran) Kabupaten Konut untuk membantu mengembangkan dan memberikan dua kelompok bantuan alat kepiting bakau indoor.
Alat kepiting bakau indoor tersebut berupa alat panen, perlengkapan tambak, dan sebanyak 70 set kotak-kotak khusus untuk pemberian pakan kepiting bakau.
Dalam kesempatan tersebut, Chandra mengatakan, pihaknya berupaya menjadikan Desa Banggina sebagai desa percontohan untuk usaha budidaya kepiting bakau.
"Proposal sedang kami siapkan dan akan kami ajukan di tahun depan. Semoga berjalan lancar," ujarnya tersenyum puas.
Chandra mengaku, adanya pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangatnya dalam melakukan pendampingan sekaligus menjadi jembatan antara kelompok dengan stakeholder.
Menurutnya, apabila jerih payah membawa kesuksesan usaha bagi daerah, maka ia akan terus melakukan berbagai upaya mewujudkannya.
Baca juga: Menkop UKM Dorong KSP Jadi Konsolidator dan Agregator bagi Usaha Kecil
“Ke depan, saya optimis bahwa dapat membawa Desa Banggina ke tingkat yang lebih baik lagi,” imbuh Chandra.
Seperti semangat Chandra, Penyuluh Perikanan Kementerian KP lainnya juga akan selalu mendukung kegiatan usaha bagi masyarakat di berbagai daerah.
Dukungan tersebut dilakukan melalui pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan berbasis kearifan lokal. Hal ini sesuai dengan peran penyuluh sebagai kepanjangan tangan dari Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) BRSDM di lapangan.