KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menyelenggarakan kegiatan “Temu Lapang Percontohan Magot Black Soldier Fly (BSF) sebagai Pakan Alternatif untuk Ikan Air Tawar dengan Menggunakan Solid Sawit” pada kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Handayani, Desa Sido Mukti, Padang Jaya, Bengkulu Utara, Kamis (26/8/2021).
Kegiatan tersebut bertujuan mendukung teknologi kelautan dan perikanan yang tepat guna.
Hal tersebut sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Dalam UU ini, BRSDM berperan dalam menyebarluaskan materi penyuluhan serta mengembangkan berbagai bentuk mekanisme kerja dan metode penyuluhan.
Salah satu metode penyuluhan perikanan adalah demonstrasi cara atau hasil melalui percontohan penyuluhan dan perikanan.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BRSDM Kusdiantoro menyampaikan, kegiatan percontohan penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk mendukung program prioritas KKP sepanjang periode 2021-2024 yang dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.
Kusdiantoro menambahkan, kegiatan percontohan penyuluhan yang diadakan di Bengkulu Utara merupakan perwujudan dari program prioritas KKP dalam hal pengembangan perikanan budidaya yang didukung riset kelautan dan perikanan.
“Kegiatan ini juga mendukung pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal. Salah satu penentunya adalah ketersediaan pakan,” ujar Kusdiantoro dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (29/8/2021).
Sebagai informasi, kegiatan percontohan budidaya magot BSF merupakan program kegiatan penyuluhan Satuan Administrasi Pangkalan (Satminkal) Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang. Kegiatan ini telah dikembangkan sejak Maret hingga Agustus 2021.
Adapun tujuan kegiatan percontohan tersebut adalah mengimplementasikan teknologi perikanan yang tepat guna sesuai kebutuhan sasaran penyuluhan dalam rangka meningkatkan produksi di bidang perikanan budidaya.
Kusdiantoro menambahkan, kegiatan percontohan budidaya magot BSF dilakukan untuk mengatasi permasalahan biaya produksi pakan ikan yang tinggi pada budidaya ikan.
Pada kegiatan tersebut, Satminkal BRPPUPP Palembang melakukan demonstrasi cara pembuatan pakan mandiri magot yang dibuat oleh pelaku utama. Pakan mandiri ini diujicobakan secara langsung pada budidaya ikan nila.
Pada umumnya, magot dibudidayakan menggunakan limbah organik. Namun, pada percontohan penyuluhan ini, magot dibudidayakan menggunakan media lumur sawit atau solid sawit.
Untuk diketahui, solid sawit merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit. Limbah ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Meski demikian, limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk magot tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan, konversi pakan, dan mortalitas pada magot.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan (Puslatluh) Kelautan dan Perikanan (KP) Lilly Aprilia Pregiwati mengatakan, budidaya magot memiliki potensi yang baik.
Menurutnya, daerah Sumatera identik dengan perkebunan sawit sehingga budidaya magot punya potensi besar guna memenuhi kebutuhan pakan alami yang berkualitas tinggi.
“Budidaya magot juga memiliki peluang untuk dijadikan bahan baku alternatif pembuatan pakan ikan karena memiliki kandungan nutrisi lengkap, kualitas yang baik, dan dapat diproduksi secara singkat,” kata Lilly.
Ia menambahkan bahwa jika dibudidayakan dalam skala besar, magot dapat tersedia dalam jumlah melimpah sepanjang waktu, serta tidak berbahaya bagi ikan karena bukan vektor penyakit
“Magot juga mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan, yaitu sebesar 40 persen dan lemak 25 persen,” ujar Lilly.
Kegiatan percontohan budidaya magot BSF di Pokdakan Handayani turut dihadiri Bupati Kabupaten Bengkulu Utara Mian. Pihaknya pun mengapresiasi kinerja penyuluh perikanan atas dedikasi dalam membangun sektor kelautan dan perikanan.
Ia berharap, kegiatan percontohan tersebut dapat menekan biaya pakan pabrikan karena ketersediaan bahan baku yang melimpah.
“Semoga temu lapang ini dapat menjadi daya tarik untuk pelaku utama lainnya untuk mengadopsi teknologi budidaya magot,” ujar Mian.
Sebagai informasi, pada Maret 2021, Kepala BRPUPP Palembang Zulkarnaen Fahmi menyerahkan bantuan bahan percontohan kepada Pokdakan Handayani.
Adapun bantuan tersbeut adalah media magot, 1.000 kilo gram (kg) ikan rucah, 640 kg dedak halus, 200 kg ampas tahu, vitamin, molase, probiotik, 15.000 ekor benih ikan nila, 1.000 ekor benih ikan mas, dan pakan pabrikan sebanyak 1.800 kg.
Bantuan tersebut mendapat respons baik dari Ketua Pokdakan Handayani Ewo Aprian Hidayat. Pasalnya, bantuan ini dapat menunjang kegiatan budidaya.
Ewo mewakili Pokdakan Handayani mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait atas bantuan yang telah diberikan. Menurutnya, sebelum menggunakan pakan mandiri berupa magot, pertumbuhan ikan mengalami keterlambatan dan masa pemeliharaan mencapai enam bulan.
“Setelah menggunakan pakan mandiri magot, pertumbuhan ikan cukup baik dan masa pemeliharaan lebih singkat menjadi empat bulan 15 hari dengan bobot yang sama," tutur Ewo.
Secara keseluruhan, budidaya magot mampu menghasilkan sebanyak 147 kg magot. Dari jumlah tersebut, 79 kg magot digunakan untuk campuran pembuatan pelet ikan dan 68 kg magot digunakan untuk menunjang kontinuitas budidaya magot BSF.
Dengan demikian, total budidaya magot sebanyak 215 kg dalam kurun waktu empat bulan 16 hari dan menghasilkan panen ikan nila sebanyak 1.746 kg dan 796 kg ikan mas.
Pihak KKP berharap, melalui kegiatan tersebut, penerapan inovasi teknologi percontohan penyuluhan budidaya sebagai pakan alternatif terdiseminasi dengan baik. Tujuannya, supaya para pelaku utama dapat menekan biaya pakan ikan yang cenderung mahal dengan menggunakan pakan alternatif berupa magot.