KOMPAS.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) kembali mengembangkan aplikasi Laut Nusantara melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM).
Hal tersebut dilakukan demi mempermudah para nelayan menangkap ikan di laut.
Lewat aplikasi Laut Nusantara yang berbasis android tersebut, nelayan dapat merencanakan kegiatan penangkapan ikan dengan lebih baik.
Hanya dalam satu genggaman saja, nelayan dapat menentukan lokasi penangkapan ikan terdekat secara mandiri, serta mengestimasi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM).
Semua itu dapat dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kondisi cuaca dan gelombang saat bekerja di laut.
Baca juga: XL Kenalkan Aplikasi Laut Nusantara ke Nelayan Banyuwangi
“Kita harus punya program cerdas untuk atasi berbagai hambatan, dengan percepatan arus komunikasi melalui riset dan inovasi serta bekerja secara efektif dan efisien,” kata Kepala BRSDM Sjarief Widjaja dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Senin (19/7/2021).
Menurutnya, sumber daya kelautan dan perikanan telah menjadi tumpuan dan masa depan bangsa.
“Dengan riset dan inovasi, kita dapat menggali potensi tersebut demi mewujudkan kesejahteraan rakyat, kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan, serta meningkatkan peran sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan ekonomi nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) BRSDM I Nyoman Radiarta menjelaskan, aplikasi Laut Nusantara merupakan hasil kerja sama antara PT. XL Axiata dengan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) di bawah supervisi Pusat Riset Kelautan (Pusriskel).
Baca juga: XL Luncurkan Aplikasi Laut Nusantara, Bedanya dengan mFish?
Ia memaparkan, aplikasi Laut Nusantara terus mengalami pengembangan, sehingga kini mampu mendeteksi keberadaan ikan tuna sirip kuning, tuna sirip biru, dan albacore.
Ketiga komoditas tersebut merupakan ikan primadona di pasar dunia yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Pembaharuan pada aplikasi Laut Nusantara tersebut sudah dapat diunduh melalui Google Play Store.
“Keberadaan fitur baru pendeteksi ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi merupakan terobosan dalam upaya meningkatkan pendapatan para nelayan dengan mengubah paradigma nelayan dari mencari ikan menjadi menangkap ikan,” jelas Nyoman.
Dalam aplikasi Laut Nusantara, lanjut Nyoman, semua informasi ditampilkan secara sederhana demi memudahkan para nelayan.
Baca juga: Jaga Keberlanjutan Ikan Banyar, Kementerian KP Lakukan Riset dengan Analisis Otolith
Adapun perwakilan dari BROL, Eko Susilo mengatakan, cara kerja fitur pendeteksi ikan-ikan tersebut adalah dengan mendeteksi lokasi daerah penangkapan ikan berdasarkan kesesuaian kondisi laut, yang menurut berbagai penelitian merupakan area tempat ikan berkumpul.
Kesesuaian tersebut, kata Eko, didasarkan pada kriteria front suhu dan tingginya kesuburan perairan.
Untuk diketahui, front suhu adalah daerah pertemuan antara massa air hangat dan dingin, sedangkan kesuburan perairan yang tinggi berasosiasi dengan tersedianya makanan ikan, berupa plankton yang melimpah.
Eko mengatakan, kedua kriteria tersebut dianalisis menggunakan data citra satelit.
“Untuk pelikan tuna dan cakalang, (fitur pendeteksi) dihasilkan melalui pendekatan kesesuaian habitat ikan. Kriteria kesesuaian habitat ikan tersebut dianalisis menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan statistik non linear,” paparnya.
Baca juga: KKP Kerahkan Kapal Pengawas untuk Evakuasi Korban Kapal Nelayan di Kalbar
Ia menekankan, lokasi-lokasi keberadaan ikan tuna sirip kuning, tuna sirip biru, dan albacore telah ditampilkan sesederhana mungkin di dalam aplikasi Laut Nusantara, sehingga mudah digunakan oleh nelayan.
Sebagai informasi, saat ini aplikasi Laut Nusantara sudah memiliki 55.000 pengguna aktif.
Mayoritas pengguna merupakan nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka menggunakan itu berkat sosialisasi yang diselenggarakan Kementerian KP, XL Axiata, dan instansi lainnya.
Meskipun kerja sama dilakukan dengan XL Axiata, semua provider bisa menggunakan aplikasi ini.
Aplikasi Laut Nusantara dan inovasi pelayanan digital Kementerian KP telah memperoleh Anugerah Keterbukaan Informasi Publik pada 2020.
Baca juga: Ekspor Benur Dilarang, KKP Jamin Siapa Pun Boleh Budi Daya Lobster
Sebelumnya, aplikasi Laut Nusantara sudah memiliki fitur pendeteksi ikan bernilai ekonomi tinggi lainnya, yaitu ikan Lemuru Bali, Tuna Mata Besar, dan Cakalang.
Seperti diketahui, ikan Tuna Cakalang memiliki nilai permintaan yang tinggi di Indonesia dan pasar internasional.