KOMPAS.com – Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) Sjarief Widjaja menyatakan Indonesia dan Australia memiliki hubungan saling menguntungkan.
Hubungan saling menguntungkan itu, kata dia, dituangkan dalam beberapa kerja sama sejumlah lembaga penelitian dari masing-masing negara.
Atas dasar itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) bersama Australian Center for International Agriculture Research (ACIAR) menggelar simposium virtual bertajuk “The Role of Research in Problem Solving to Support Aquaculture Industry Development" dari Senin (12/7/2021) hingga Kamis (15/7/2021).
Simposium tersebut merupakan bagian dari program ACIAR FIS/2016/130 Accelerating the Development of Finfish Mariculture in Cambodia through South-South Research Cooperation with Indonesia dan ACIAR Project FIS/2018/115 - Evaluating Processes and Outcomes in South-South Research Collaboration.
Dalam simposium itu, Sjarief Widjaja menyampaikan, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mencetuskan tiga program prioritas yang dicanangkan teraksana pada 2021-2024.
Baca juga: KKP: Benih Lobster Boleh Ditangkap tetapi Hanya untuk Riset
Pertama adalah program penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan.
Kedua, program pengembangan perikanan budi daya untuk peningkatan ekspor. Lalu ketiga, yakni pembangunan kampung-kampung perikanan budi daya tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal.
Ia mengungkapkan, Indonesia sangat menghargai dukungan dari pemerintah Australia melalui ACIAR. Menurutnya, lembaga ini sangat mendukung kegiatan penelitian subsektor budi daya, sebagaimana program prioritas KKP saat ini.
“Kami menyambut baik terselenggaranya simposium untuk mendukung pembangunan berkelanjutan perikanan budi daya di kawasan Asia-Pasifik,” tambahnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/7/2021).
Baca juga: KKP Siapkan Skema Klaim Kerugian Kerusakan Terumbu Karang di Raja Ampat
Sjarief pun berharap bahwa hasil dari simposium virtual tersebut dapat memberikan kontribusi berarti yang dapat berguna sebagai daya ungkit pengembangan akuakultur.
“Output dari kegiatan simposium virtual ini adalah penerbitan monograf berisi extended abstracts dari keseluruhan presentasi,” ungkapnya.
Sebagai informasi, dalam simposium itu, ada 19 judul makalah yang dimasukkan, dengan cakupan aspek budi daya transfer capacity building.
Komoditas yang akan dibahas dalam simposium tersebut adalah ikan baronang yang menjadi objek penelitian di Australia dan Indonesia. Lalu Kakap Putih dan Kerapu yang menjadi objek penelitian di Kamboja dan Indonesia.
Sementara itu, untuk aspek budi daya perikanan, simposium virtual akan membahas tentang pembenihan, pembesaran, nutrisi, penyakit, pakan alami, serta lingkungan.
Baca juga: KKP Buka Formasi CPNS 2021 Lulusan SUPM/SMA/SMK, Cek Infonya di Sini
Sedangkan untuk aspek budidaya perikanan yang akan didiskusikan terkait pembenihan, pembesaran, nutrisi, penyakit, pakan alami serta lingkungan.
Adapun sejumlah pihak yang terlibat dalam kegiatan itu, yakni Balai Riset Perikanan Budi Daya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros, Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol, dan BRSDM KKP.
Tak ketinggalan, ada juga Fisheries Administrator (FiA) Kamboja, University of Tasmania, University of Sunshine Coast (USC) Queensland, serta New South Wales (NSW) Department of Primary Industries.
ACIAR sendiri memiliki sejarah panjang dalam mendukung penelitian kolaboratif antara lembaga penelitian milik Australia dan Indonesia, khususnya dengan BRPBAP3 Maros dan BBRBLPP Gondol yang merupakan unit pelaksana teknis (UPT) BRSDM KKP.
Baca juga: KKP Buka 521 Kuota Formasi PPPK Tahun 2021, Ini Syaratnya
Kapasitas penelitian yang sangat baik di dua balai tersebut kini diberdayakan untuk membangun riset budi daya laut dan pengembangan kapasitas di Kamboja.
Hal itu dilakukan mengingat budi daya ikan laut merupakan industri yang sedang berkembang di Kamboja. Indonesia sendiri sudah bisa menjalankan penelitian budi daya ikan laut secara baik.
BRPBAP3 Maros dan BBRBLPP Gondol pun dinilai telah menyediakan dukungan pelatihan dan penelitian terkait nutrisi ikan, larva pemeliharaan, dan diagnosis penyakit bagi para peneliti dari Cambodian Fisheries Administration.
Dari pelatihan tersebut, telah dihasilkan sejumlah peningkatan metode pemeliharaan larva yang kini dikembangkan Marine Aquaculture Research and Development Center (MARDeC) Kamboja.
Baca juga: KKP Buka 521 Kuota Formasi PPPK, Simak Rinciannya
Sementara itu, di Australia, para peneliti telah mengevaluasi penggunaan suplemen rumput laut dalam aqua feeds untuk Ikan Baronang dan Salmon. Dari sini diharapkan dua spesies dapat menunjukkan peningkatan kesehatan.
Hasil tersebut juga diharapkan bisa memberi potensi dan manfaat untuk Indonesia yang merupakan salah satu negara pembudidaya rumput laut global.