KOMPAS.com – Menteri Kelautan Prancis Annick Girrardin mengapresiasi kerja sama yang terjalin dengan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Annick mengatakan, kerja sama itu merupakan kepentingan antara Indonesia dan Prancis dalam mengupayakan perlindungan kelestarian laut.
“Oleh karenanya, ini menjadi tantangan terbesar untuk menangani polusi laut, termasuk sampah plastik yang menjadi permasalahan terbesar,” ujarnya saat mengunjungi Kantor BRSDM di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/6/2021).
Dia juga mengapresiasi upaya Indonesia mengurangi sampah plastik sekitar 70 persen sampai pada 2025. Pihaknya mengaku siap membantu Indonesia untuk mencapai target tersebut melalui kegiatan Marine Debris Project.
“ Sampah plastik harus dilawan dengan tidak memproduksi plastik. Hal ini tentu memerlukan berbagai pendekatan untuk melawan dan mengurangi plastik ini. Sampah plastik menjadi tantangan terbesar juga untuk Prancis,” ujarnya.
Baca juga: KKP Minta Tambahan Anggaran Rp 8,04 Triliun untuk Belanja Tahun 2022
Annick menegaskan, dukungan Prancis untuk Indonesia tidak hanya berkisar soal penanganan polusi laut, tetapi juga terkait perikanan dan pengelolaan sumber daya laut.
"Saya senang sekali bisa melihat apa yang sudah ada di Indonesia,” tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (10/6/2021).
Pada kesempatan ini, dia juga mengaku senang dengan kerja sama yang telah terjalin, terlebih ketika melihat kerja sama riset yang dipamerkan dan menyaksikan peluncuran Atlas of Marine Debris.
“Saya merasa senang sekali bisa hadir di lembaga ini. Prancis adalah negara dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) terbesar di dunia dan Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia dengan ZEE yang luas,” sebutnya.
Institut de Recherche pour le Développement (IRD) Director for Indonesia Edmond Dounias menambahkan, proyek ini didukung Agence Française de Développement (AFD) dengan pendekatan pemantauan sampah plastik yang mengalir ke laut.
Baca juga: Menteri Trenggono Optimistis KKP Bisa Tingkatkan Nilai Tukar Nelayan
Kemudian, dilakukan pula pendekatan permodelan yang dilakukan berdasarkan beberapa model sampah plastik yang digunakan untuk memantau penyebaran sampah plastik, arus, dan penyumbatan di perairan dan pesisir Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengaku turut senang atas peluncuran Atlas of Marine Debris sebagai hasil kerja sama antara Indonesia dan Prancis.
“Saya berharap untuk fase berikutnya kita dapat menekankan pada kebersamaan peneliti Indonesia dan Prancis dalam setiap tahapan project penelitian,” ungkapnya.
Selain mengenai sampah plastik, bidang kerja sama antara BRSDM dengan mitra Prancis mencakup riset dan inovasi ikan pelangi, ikan botia, dan maggot sebagai pakan ikan alami. Berbagai kerja sama tersebut pun sudah berlangsung sejak lama.
Sjarief mengatakan, kerja sama BRSDM dengan IRD dan AFD telah terjalin sejak pertengahan tahun 2000, ketika sejumlah penelitian bersama di bidang pakan ikan dan produksi perikanan menghasilkan beberapa inovasi yang disaksikan Annick dan delegasi Prancis pada pameran di acara tersebut.
Baca juga: Kembangkan Riset Perikanan dan Kelautan, BRSDM Siap Dukung 3 Program Prioritas KKP
“Adapun kerja sama terbaru dan yang aktif dilakukan antara IRD dan BRSDM adalah riset dan peningkatan kapasitas terkait dampak penggunaan rumpon atau fish aggregating device terhadap perikanan tuna,” tambahnya.
Selain itu, kerja sama juga dilakukan untuk pemantauan serta pemodelan sampah laut yang terinspirasi dari kepentingan bersama kedua negara dalam menemukan solusi praktis penanganan sampah laut.
Pada kesempatan tersebut, Annick dan delegasi Prancis bersama Sjarief melakukan pelayaran dari Dermaga Marina Ancol ke muara Sungai Cisadane di Tanjung Burung, Teluk Naga, Tangerang. Di lokasi ini, dilakukan pelepasan drifter sebagai alat pendeteksi aliran sampah di laut.
Tak hanya berlayar ke berbagai dermaga, dalam kegiatan itu, rombongan Prancis pun ikut berpartisipasi dalam pelepasan pelacak sampah laut yang dilakukan di Sungai Cisadane.
Baca juga: Dorong Produktivitas Budidaya Perikanan di Pasaman, KKP Galakkan Program Pakan Mandiri
“Akhir kata, sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kunjungan Ibu Annick Girardin hari ini. Saya senang sekali bahwa selama kunjungan di Indonesia, Ibu Menteri berkenan melihat dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat,” tutur Sjarief.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono kerap menyinggung penanganan sampah di laut sebagai salah satu cara KKP mewujudkan kesehatan laut.
Dia mendorong agar penanganan sampah di laut melibatkan seluruh stakeholder melalui sinergi dan kolaborasi program atau kegiatan, termasuk melibatkan masyarakat pesisir.
KKP sendiri pada tahun ini tengah mengembangkan lokasi-lokasi percontohan di wilayah pesisir untuk pusat daur ulang sampah.
Turut hadir pada kesempatan tersebut, Duta Besar Republik Prancis untuk Indonesia Olivier Chambard, Kepala Kantor Kementerian Kelautan Prancis Xavier Ducept, Kanselir Diplomatik Menteri Kelautan Alexandra Bonnet, Economic Counsellor Dominique Lebastard, Director AFD Indonesia Emmanuel Baudran, Director IRD Indonesia Edmond Dounias, Director CLS Indonesia J.B. Voisin, serta para pejabat eselon II lingkup KKP.
Baca juga: Kembangkan Perikanan Budidaya, KKP Latih Masyarakat Banten dan Jatim