KOMPAS.com - Perkins Internasional bekerja sama dengan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Taman Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Bandung menggelar diklat layanan pendidikan bagi siswa dengan hambatan majemuk, MDVI/DB.
MDVI/DB adalah kepanjangan dari Multi Disability with Visual Impairment/Deafblindness atau yang dikenal dengan ketunaan ganda. Orang yang menderita ini akan mengalami hambatan penglihatan yang disertai dengan hambatan lain.
PPPPTK TK dan PLB Bandung sendiri bertanggung jawab untuk meningkatkan akses layanan pendidikan melalui guru yang mengajar pada ketunaan ini. Tercatat ada 150 guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Indonesia yang mengikuti diklat layanan terebut.
Asal tahu saja, sejak tahun 2016, Perkins International yang berpusat di Boston Amerika Serikat adalah partner bekerja untuk mengupayakan peningkatan kompetensi guru SLB di Indonesia yang memiliki siswa MDVI.
Sebagai informasi, kerja sama dengan Perkins dilakukan melalui program pelatihan yang akan dilaksanakan dalam 4 tahap selama 4 tahun. Pelatihan ini pun telah berjalan mulai tahun 2017.
Perkins Internasional sendiri merupakan organisasi yang memiliki program melatih guru-guru SLB yang memiliki siswa MDVI di seluruh dunia.
Dalam rilis yang Kompas.com terima, Senin (1/10/2018), pada 2017 dan 2018 total ada 5 kelas dengan peserta 30 orang guru SLB setiap kelasnya yang mengikuti tahap pertama pelatihan tersebut.
BACA JUGA: Australia Bantu Indonesia Terapkan Pendidikan Inklusi TK Berkualitas
Setelah mengikuti pelatihan tahap pertama selama 10 hari, tim Perkins dan Widyaiswara PPPPTK TK dan PLB Bandung melakukan pendampingan, berupa monitoring, mentoring dan coaching selama minimal 6 bulan kepada mereka.
“Pendampingan ini penting agar peserta dapat menerapkan hasil diklat dengan baik dan membantu para guru dalam mengajar anak-anak MDVI/DB di kelas,” ungkap Weningsih, Spesialis Pendidikan Wilayah Asia Pasifik Perkins Internasional.
Lebih lanjut, Weningsih mengatakan bahwa setiap peserta dinilai secara terus menerus sebagai proses seleksi untuk naik ke tahap dua. Adapun pada tahap kedua akan diselenggarakan dalam dua gelombang yang berlangsung pada Oktober dan November 2018.
Sebenarnya kerja sama dengan Perkins Internasional tidak hanya sebatas melakukan pelatihan kepada guru. Ini terlihat dari usaha Perkins yang memberangkatkan dua orang dari PPPPTK TK dan PLB Widyaiswara ke Boston untuk belajar.
Dua orang tersebut adalah Lina Kurniati dan Dede Suprianto. Lina mengikuti diklat di Boston selama 3 minggu, sementara Widyaiswara menjalani Educational Leadership Program (ELP) di Kampus Perkins Schools for Blind di Boston selama 9 bulan. Perkins pun menanggung semua biaya keduanya.
Dengan mengikuti ELP itu, Dede bisa mendapatkan pengalaman belajar langsung, baik di dalam maupun di luar kelas. Dia juga menghadiri ceramah, konferensi, lokakarya, dan mengunjungi sekolah umum.
Dengan begitu, baik Dede dan peserta ELP lainnya bisa mengamati dan mengajar di ruang kelas Perkins. Mereka juga dapat membantu siswa yang tinggal di asrama dalam kegiatan sehari-harinya.
BACA JUGA: Program Kemitraan GTK Jadi "Kunci" Pemerataan Mutu Pendidikan
“Usai mengikuti itu, mereka diharapkan dapat berbagi pengetahuan baru dan melakukan perbaikan besar untuk layanan untuk anak-anak dan dewasa muda di seluruh dunia yang mengalami ketunaan ganda,” ujar Direktur Program Wilayah Asia/Pasifik Perkins Internasional Deborah Gleason.
“Peserta yang telah lulus dalam mengikuti ELP ini mendapat lisensi untuk mengajar di berbagai negara lainnya di seluruh dunia,” tambahnya.