JAKARTA, KOMPAS.com - Memberi apresiasi bagi anak didik menjadi suatu hal krusial bagi seorang guru. Dengan begitu, murid dapat lebih terpacu untuk mengeluarkan potensi terbaiknya.
Lebih kurang itulah benang merah sesi Lokakarya Nasional dalam Rangka Hari Guru Sedunia 2018, Selasa (2/10/2018), di Jakarta.
Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri I Pandak Yogyakarta Titik Sunarti mengatakan, pihaknya memiliki metode tersendiri dalam menggenjot pendidikan muridnya.
Metode itu disingkat sebagai ABRI. Di dalamnya, terdapat empat aspek besar, yaitu apresiasi karya siswa, bangun kedekatan, jadi teladan (role model), serta pelatihan (in house training).
"Kami punya pohon apresiasi. Jadi, murid-murid dapat membaca karya tulis teman-temannya di pohon itu. Bentuknya bebas, boleh puisi, cerpen, atau lain-lain," ujar Titik.
Selain itu, terdapat pula panggung ekspresi di perpustakaan. Di sana, murid dapat menunjukkan bakatnya dalam bercerita.
"Sarana-sarana semacam itu berguna agar murid dapat mengekspresikan minat dan bakatnya sehingga kelak mereka dapat bertumbuh lebih baik lagi," imbuhnya.
Pentingnya mengapresiasi murid juga diutarakan guru SD YPPSB 1 Kabupaten Kutai Timur Imam Wahyudi.
Baca juga: Mendikbud Ungkap 3 Ciri Guru Profesional
Imam menuturkan, sekolahnya berupaya melejitkan kompetensi murid dalam hal menulis melalui metode bernama Menemu Baling.
"Menemu Baling adalah singkatan dari menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga," ungkapnya.
Menurut dia, acap kali ada murid yang lebih gemar berbicara dibandingkan menulis. Karena itulah, muncul gagasan untuk menciptakan aplikasi digital untuk merekam ucapan murid dan mengubahnya secara otomatis menjadi narasi teks.
"Setelah narasi jadi, kami memberi apresiasi maupun komentar terhadap karya murid bersangkutan. Tujuan akhirnya bisa sampai dicetak jadi buku," tambah Imam.
Hingga kini, ia menyebutkan, sudah ada 4 buku yang diterbitkan sekolah dari kumpulan narasi tersebut.
"Ini tentunya menjadi kebanggaan bagi murid, guru, dan pihak sekolah," pungkasnya.