KOMPAS.com - Demi mendukung percepatan penguasaan teknologi guru, pemerintah mengkampanyekan agar guru melek literasi. Setidaknya, guru menguasai literasi bahasa, numerik, digital, budaya, dan finansial.
Saat ini, baru sekitar 25 persen guru yang menguasai teknologi. Sebagian besar guru di perdesaan masih terkendala akses informasi untuk bisa menguasai teknologi.
"Keterbatasan akses teknologi di perdesaan juga menjadi hambatan," kata Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Anas M. Adam saat membuka Seminar Nasional Guru Pendidikan Dasar di Hotel Ambara, Kamis (23/11/2017).
Menurut Anas, guru tak perlu menguasai teknologi yang terlalu rumit. Cukup melalui media pembelajaran sederhana yang mampu dipahami siswa. Namun, kreativitas guru diperlukan untuk bisa menyampaikan materi ajar.
"Tidak perlu juga di setiap tempat harus mengajar dengan teknologi canggih. Tidak selalu harus memaparkan materi pelajaran dengan teknologi tinggi," katanya.
Salah satu peserta seminar kategori pemrasaran dari Kota Tasikmalaya Ema Astri mengatakan budaya literasi merupakan prasyarat yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila ingin maju.
Menumbuhkan minat baca penting dilakukan para guru. Selain itu, membangun sinergi antara ekosistem pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat tak kalah penting.
"Keluarga, sekolah dan masyarakat dapat saling bersinergi dalam tri sentra literasi. Hal ini sesuai konsep pendidikan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara," kata guru SD Negeri Sukamulya Tasikmalaya, Jawa Barat itu.
Oleh karena itu, membudayakan literasi sejak dini akan lebih efektif dengan adanya sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. "Keluarga sebagai lingkungan masyarakat terkecil harus mulai membiasakan aktivitas membaca, salah satunya dengan mengunjungi berbagai komunitas baca atau taman bacaan masyarakat, agar kesadaran literasi generasi penerus tumbuh sempurna," ujarnya.
Guru terpilih
Kepala Subdit Bidang Kesejateraan dan Perlindungan A. Hendra Sudjana mengatakan, para guru yang terpilih mengikuti seminar tersebut telah menjalani berbagai seleksi.
Tahapan yang dilalui yaitu seleksi administrasi dan penyaringan karya tulis yang dilakukan secara daring, kelayakan naskah, kemiripan tulisan, dan kutipan dengan toleransi maksimal 30 persen.
Selanjutnya, para peserta yang lolos tahap administrasi menjalani seleksi abstrak yang dilakukan secara daring.
Para peserta seminar nasional ini, lanjut Hendra, dapat memilih berbagai subtema.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menyediakan sejumlah tema yaitu pengembangan karir guru, pengembangan kompetensi guru, penguatan pendidikan karakter, peningkatan mutu pembelajaran, pengembangan literasi dasar, pedagogik literasi digital, pembelajaran berbantuan teknologi informasi, pembelajaran teknologi digital bergerak (mobile learning), perlindungan guru, serta pengembangan keterampilan abad 21.
Tahap selanjutnya adalah seleksi makalah dan poster untuk dipresentasikan.
Hendra berharap para guru dapat membagikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang diperoleh dari seminar tersebut pada para guru lainnya di daerah.