KOMPAS.com - Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti menghadiri Orasi Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Sumatera (ITERA) di Lampung, Sabtu (3/5/2025).
Orasi Ilmiah tersebut disampaikan Profesor Harkunti Pertiwi Rahayu dan Profesor Ibnu Syabri yang dikenal atas kontribusinya dalam bidang kebencanaan dan tata ruang juga dihadiri Plt Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
“Pengukuhan ini tentu bukan hanya pencapaian pribadi, melainkan juga menggambarkan kontribusi nyata bagi kemajuan pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan, dan tentunya pembangunan bangsa,“ kata Wamen Diana dalam rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu.
Baca juga: Mengenal Wamen PU Diana Kusumastuti, Srikandi di Dunia Konstruksi
Ia menegaskan bahwa adanya dua profesor ini, Indonesia bisa benar-benar mempersiapkan diri ketika terjadi bencana. Tujuannya untuk mengurangi jumlah korban serta mengantisipasi dan mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana gempa.
Menurut Wamen Diana, Indonesia harus senantiasa mewaspadai kondisi dari posisinya yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik yang dikenal rawan terhadap gempa bumi besar.
"Tidak seperti bencana lain, gempa bumi tidak dapat diprediksi dan bisa terjadi kapan saja. Seperti tadi disampaikan oleh Profesor Harkunti bagaimana kita hidup berdampingan dengan risiko serta dampak bencana seperti gempa bumi,” ujar Wamen Diana.
Kerusakan akibat gempa, lanjutnya, bisa berupa keruntuhan bangunan, pergeseran tanah, longsor, hingga deformasi struktur.
Dari semua risiko tersebut, kerusakan bangunan adalah yang paling mungkin dikendalikan. Pengendaliannya dilakukan melalui penerapan desain bangunan tahan gempa yang sesuai standar.
Baca juga: 31 Tahun Berkarier, Diana Kusumastuti Didapuk Jadi Wamen Pekerjaan Umum
“Saya sangat sependapat dengan pernyataan Profesor Harkunti dan Profesor Ibnu Syabri bahwa tata guna lahan dan rencana tata ruang memiliki peran penting dalam mendorong penerapan standar bangunan tahan gempa yang dapat diwujudkan melalui Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan penerapan building code yang konsisten,” tambah Wamen Diana.
Wamen Diana menjelaskan upaya peningkatan ketahanan gempa mencakup penerapan rekayasa struktural berbasis SNI terbaru. Retrofitting juga diperlukan untuk bangunan lama yang belum memenuhi standar ketahanan gempa saat ini.
Ia juga mengatakan bahwa dibutuhkan juga sistem manajemen bencana preventif berbasis data, teknologi dan regulasi terkini. Hal ini tentunya membutuhkan kolaborasi lintas sektor meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat.
“Pada kesempatan ini, saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada ITERA yang telah memanfaatkan momentum ini untuk membangun jembatan kolaborasi antara dunia akademik dan pemerintah demi mewujudkan pembangunan yang tangguh dan berkelanjutan,” sambung Wamen Diana.
Rektor ITERA, Profesor I Nyoman Pugeg Aryantha mengatakan bahwa orasi ilmiah tersebut merupakan wahana pertukaran pengetahuan.
“Orasi Ilmiah Guru Besar hari ini akan memberikan makna bukan hanya seremoni akademik melainkan juga wahana untuk membuka ruang dialog berbagai isu untuk pembangunan masa depan,” jelasnya.
Turut hadir mendampingi Wamen Diana, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Susan Novelia, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung Roy Panagom Pardede dan Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Lampung Ahmad Irwan Kusuma.