KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data produksi beras tahun 2018 berdasarkan metode penghitungan baru. Hasilnya, diketahui Indonesia memilliki surplus produksi beras sebesar 2,8 juta ton.
BPS menyampaikan hasil penyempurnaan penghitungan produksi beras ini dalam rapat lintas Kementerian dan Lembaga di Kantor Wakil Presiden, Senin (22/10/2018) kemarin.
Terkait data tersebut, anggota DPD RI asal Sumatera Utara, Parlindungan Purba mengapresiasi kerja keras Kementerian Pertanian ( Kementan) yang telah mengupayakan penyediaan stok pangan di Indonesia.
"Apabila ini dilanjutkan dengan bersinergi dengan daerah, maka cita-cita Indonesia Lumbung Pangan Dunia bisa dicapai. Fondasi sudah dipasang oleh Kementan di bawah kepemimpinan Pak Amran," ujar Parlindungan, dalam siaran resmi yang Kompas.com terima, Selasa 23 Oktober 2018.
Mengenai angka surplus beras 2,8 juta ton yang berada di bawah angka perkiraan surplus beras Kementan sebesar 13,03 juta ton, Parlindungan menyampaikan, ini artinya klaim surplus beras Kementan selama ini terbukti.
"Yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan pangan terpenuhi, bahkan surplus," tambahnya.
BACA JUGA: Tahun Ini Indonesia Surplus Beras 2,85 Juta Ton, Ini Kata Pengamat...
Secara garis besar, tahapan dalam perhitungan produksi beras dimulai dari perhitungan Luas Lahan Baku Sawah Nasional, perhitungan Luas Panen dengan metode baru Kerangka Sampel Area (KSA), serta perhitungan Tingkat Produktivitas Lahan Per Hektar.
Keseluruhan tahapan ini kata Parlindungan, dilakukan oleh BPS bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga terkait.
Parlindungan menambahkan, publik sebaiknya tidak membanding-bandingkan perbedaan besaran angka surplus beras Kementan dengan BPS. Karena selama ini Kementan menggunakan data yang juga diolah BPS.
“Tidak wise membanding-bandingkan data Kementan dengan BPS. Karena sejatinya Kementan selama ini tidak mengolah dan menyajikan data. Tetapi menggunakan data BPS dengan metode lama," tambahnya.
BPS mencatat, dengan memperhitungkan potensi sampai Desember 2018, luas panen sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai 10,9 juta hektar (ha).
Berdasarkan hitungan ini diperkirakan produksi Gabah Kering Giling (GKG) hingga September 2018 sebanyak 49,65 juta ton. Sampai akhir tahun, diperkirakan total produksi GKG tahun 2018 mencapai 56,54 juta ton atau setara dengan 32,42 juta ton beras.
BACA JUGA: Kementan: Persediaan Beras Nasional Masih Surplus
"Intinya dengan luas panen dan produktivitas, hasil perhitungan BPS yang terakhir adalah total produksi berasnya adalah 32,4 juta ton. Nah, di pihak lain, konsumsi kita terlalu rumit untuk saya ceritakan satu satu, totalnya tahun ini 29,6 juta ton," ujar Darmin Nasution, Menteri Koordinator Perekonomian usai rapat.
Dengan demikian ada surplus produksi beras sebanyak 2,8 juta ton di tahun ini. Angka surplus produksi beras, kata Darmin, juga susut akibat banyaknya keluarga petani yang menyimpan beras.
"Sekarang 2,8 juta ton dan Anda tahu petani kita berapa banyak? 4,5 juta keluarga, mereka pasti menyimpan”, katanya.
Keluarga petani diketahui biasa menyimpan beras dalam jumlah yang cukup banyak untuk kebutuhan jaga-jaga. Petani biasanya akan menjual untuk memenuhi kebutuhan setahun dan membayar biaya sekolah anak serta lainnya.
Menanggapi hasil rapat ini, Kementan menyampaikan ke depan program-program terobosan untuk meningkatkan produksi dan surplus beras akan terus diupayakan.
Cara adalah melalui perbaikan produktivitas dengan mendorong petani menerapkan inovasi teknologi. Maupun dengan peningkatan luas tanam atau panen, seperti pemanfaatan lahan rawa dan lahan kering yang potensinya sangat besar.