KEI BESAR, KOMPAS.com - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menyerap aspirasi para tokoh masyarakat lokal saat melakukan rangkaian bakti sosial ( baksos) di Pulau Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, Rabu (24/7/2024).
Salah satu aspirasi yang diserap adalah tentang pemberdayaan masyarakat di Kei Besar. Risma berharap, masyarakat dapat membuat packaging yang menarik untuk beberapa produk olahan ikan, terutama dendeng tuna.
“Tadi ada beberapa produk yang menurut saya sudah bisa dipasarkan. Bukan hanya di Kei Besar, tetapi juga di tempat-tempat lain. Produk ini butuh packaging supaya tidak terkena kuman,” ucapnya saat sesi doorstop dengan media di Pelabuhan Elat, Rabu.
Risma pun meminta bantuan kepada Penjabat (Pj) Bupati Maluku Tenggara Jasmono untuk mengurus masalah packaging tersebut.
Baca juga: Di Markas Besar PBB, Mensos Risma Sosok Langka yang Membanggakan
Ia berharap, produk yang keluar dari Pulau Kei Besar sudah bukan lagi bahan mentah, tetapi sudah barang jadi atau barang hasil olahan.
Dengan demikian, harga jualnya bisa lebih mahal sehingga memberikan dampak ekonomi dan sosial yang lebih baik kepada masyarakat.
Pada kesempatan itu, Mensos Risma juga menyerap keluhan masyarakat tentang sering terjadinya bentrokan antaranak sekolah.
“Ini tadi saya coba ketemu dengan tokoh-tokoh masyarakat dan para kepala desa. Kami diskusi bagaimana menangani permasalahan itu dan masalah lainnya yaitu untuk lapangan pekerjaan,” imbuh Risma.
Baca juga: Mensos Sebut Data DTKS Penerima Bansos Aman dari Peretasan PDN
Menurutnya, lapangan pekerjaan bisa diciptakan. Apalagi, Kei Besar memiliki berbagai potensi ekonomi yang luar biasa, seperti kelapa, ikan, dan hasil laut lainnya.
"Dengan potensi yang ada, seharusnya Kei Besar tidak banyak membutuhkan pasokan dari luar daerah. Justru kalau bisa, produk dari Kei Besar ini dikirim ke luar daerah,” jelasnya.
Pada sesi itu, Risma juga membahas soal permasalahan kesehatan di Kei Besar, utamanya katarak. Berdasarkan data Kementerian Sosial ( Kemensos), pengidap katarak di Kei Besar dan Kei Kecil sebanyak 195 pasien. Mereka sudah melalui skrining oleh 24 dokter fungsional di 21 puskesmas wilayah tersebut.
Permasalahan lain yang dibahas adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Risma menekankan metode long-acting atau pemberian obat sebulan sekali untuk menangani masalah ODGJ.
Baca juga: Bertemu Desida Si Penulis Buku Pakai Kaki, Mensos Ajak Warga Ubah Nasib
"Jadi tidak perlu setiap hari. Daerah lainnya itu ada dokter umum yang menyuntikkan obatnya dan dosisnya juga sudah disesuaikan. Tidak harus dokter spesialis untuk menerapkan metode ini,” imbuh Risma.
Pembahasan lain yang diungkapkan adalah permasalahan kusta. Penyakit ini, menurut Risma, masih memiliki stigma negatif di tengah masyarakat. Akibat stigma ini, pengidap kusta sering kesulitan beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari.
"Di sisi lain, penyakit ini mudah menular. Jika tidak diobati, pengidap kusta secara perlahan bisa kehilangan bagian tangan atau kaki sehingga menimbulkan kecacatan," ungkapnya.
Kemensos, disebut Risma, menaruh perhatian khusus pada persoalan kusta di Tanah Air. Program bakti sosial dan pengobatan bagi pengidap kusta pun digelar di sejumlah daerah.
Baca juga: Curhat Feeling Lonely Pelajar Berprestasi dari Saumlaki Tanimbar ke Mensos...
Tak hanya itu, Kemensos pun membangun banyak Lumbung Sosial di berbagai daerah khusus untuk penderita kusta. Lumbung ini menyediakan kebutuhan pribadi pengidap kusta, seperti peralatan makan dan peralatan mandi.
“Peralatan mandi dan peralatan makan pengidap kusta tidak boleh digunakan bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain untuk mencegah penularan. Penderita kusta juga tidak boleh tidur bersama anggota keluarga lain agar mereka tidak tertular,” kata Risma.