KOMPAS.com - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini membagikan pengalaman pemerintah Indonesia menangani bencana alam dalam forum Infrastruktur Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) di Paris, Prancis, Rabu (10/4/2024).
Pada kesempatan tersebut, Risma memaparkan bagaimana pihaknya memastikan ketahanan infrastruktur terhadap cuaca untuk seluruh kelompok masyarakat.
Bertajuk “Critical Infrastructure Resilience”, forum tersebut hadir seiring dengan peningkatan bencana terkait global warming, seperti badai, banjir, longsor, kebakaran, dan gempa bumi.
Bencana alam tak dapat dipandang sebelah mata karena dapat memengaruhi kemampuan infrastruktur dalam menjalankan fungsinya. Selain itu, bagaimana akibat dari kegagalan infrastruktur, bencana alam, pandemi, dan serangan cyber.
“Kementerian Sosial ( Kemensos) Indonesia telah menyiapkan sistem lumbung sosial sebanyak 613 yang tersebar di 29 provinsi. Selain itu, kami juga menyiapkan buffer stock atau stok penyangga yang tersebar di 328 kota/kabupaten untuk membantu logistik di saat terjadi bencana dan pascabencana,” ujar Risma dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (11/4/2024).
Baca juga: Kemensos Klaim Program Pena Bisa Atasi Kemiskinan Ekstrem
Adapun isi stok penyangga tersebut beragam, mulai dari makanan, pakaian, tenda, pengolahan air minum, hingga dapur umum.
Selain itu, ada pula sarana kebersihan, seperti mesin cuci, sistem penerangan menggunakan energi matahari, dan toilet portabel.
“Logistik tersebut dibutuhkan untuk kehidupan keseharian dapat tetap berlangsung,” kata Risma.
Risma menjelaskan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di kawasan ring of fire atau gugusan gunung berapi.
Baca juga: Kemensos Gelar Pelatihan 3 Bulan bagi Penyandang Disabilitas di Bogor
Pemanasan global pun membawa dampak bagi Indonesia, seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, badai, hilangnya potensi ekonomi di bidang pertanian dan pariwisata serta ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
Selain itu, Indonesia menghadapi berbagai bencana alam, seperti gempa bumi, erupsi gunung api dan tsunami.
Selama 2023, lanjut Risma, Indonesia menghadapi sekitar 5.400 bencana alam, seperti gempa bumi, erupsi gunung berapi, banjir, cuaca ekstrem, longsor dan kebakaran hutan.
“Kondisi geografi dan kerentanan dalam menghadapi bencana tersebut membuat Indonesia harus punya ketahanan terhadap bencana mengingat potensi gangguan dan risiko kegagalan infrastruktur,” terang Risma.
Baca juga: Kemensos Beri Bantuan untuk Surahman, Pemulung Bantargebang yang Alami Kerusakan Mata
Di samping itu, lanjut Risma, Kemensos juga menyiapkan fasilitas berupa trauma healing, tempat ibadah sementara, dan sekolah darurat yang dapat dilaksanakan di saat penanganan bencana.
Pada penanganan pascabencana, Kemensos juga memberikan bantuan rumah tahan gempa serta pelatihan usaha guna membantu masyarakat dalam memulihkan kehidupannya.
“Dalam hal pengendalian penanganan dampak bencana, Kemensos menghimpun 25.008 Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan dibantu 49.916 pendamping sosial yang terhubung dalam sistem Command Center secara digital,” imbuhnya.
Integrasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah memungkinkan untuk menggerakkan sumber daya, seperti pemberian perintah dari direktorat-direktorat di Kemensos, 37 unit pelaksana teknis (sentra dan balai besar), hingga Tagana dan pendamping sosial.
Baca juga: Program Pena Kemensos Luluskan 21.333 KPM, Mensos Risma: Kami Akan Terus Jalankan
Hal itu memungkinkan setiap sumber daya manusia (SDM) dapat memberikan laporan secara cepat sekitar 10 menit.
Sebelum menjadi Mensos, Risma kerap diundang OECD terkait Pembangunan Kota Surabaya. Dalam tiga tahun terakhir Mensos Risma berkali-kali diundang OECD sebagai pembicara dengan topik, mulai dari inklusivitas sosial, start-up yang berdampak sosial, global value chain, hingga forum infrastruktur.
Moderator OECD Elsa Pilichowski berpendapat bahwa negara-negara OECD harus saling belajar satu-sama lain.
Indonesia adalah salah satu negara yang bisa dicontoh dan dipelajari upaya penanganan bencana.
Baca juga: Kemensos Bangun Dapur Umum dan Pasok Logistik untuk Korban Banjir Semarang
"Negara-negara anggota OECD harus belajar bersama untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Kita bisa belajar salah satunya dari Indonesia," tutur Elsa.
Elsa juga mengapresiasi upaya-upaya yang telah ditempuh Kemensos dalam penanganan bencana di Indonesia.
"Tentu saja penanganan bencana sangat menantang. Upaya yang dilakukan sangat mengesankan, seperti Command Center dan yang lainnya,” kata Elsa.