KOMPAS.com - Kementerian Sosial ( Kemensos) menggandeng platform penggalangan dana berbasis digital, kitabisa.com untuk membantu tiga anak penderita penyakit berat.
Adapun tiga anak penderita penyakit serius tersebut, yaitu Karina Putri Denias (10 bulan), M Parhan Kulyubi (3 tahun), dan Fransiska Junita Priscilla (24 tahun).
Denias diketahui mengidap penyakit atresia bilier sejak usia 3 bulan. Parhan mengidap hidrosefalus atau penyakit otak akut, sedangkan Fransiska menderita cerebral palsy atau lumpuh otak.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengungkapkan, anggaran Kemensos tidak bisa diandalkan untuk memberikan bantuan medis secara terus-menerus.
Baca juga: Kemensos Usul Tambahan Anggaran Rp 11 Triliun, Risma Sebut untuk 4 Program Ini
Apalagi, sebut dia, proses penyembuhan membutuhkan waktu tidak sebentar dan anggaran Kemensos tidak didesain untuk bisa membantu selama tindakan medis dilakukan.
”Oleh karena itu, saya bersama kitabisa.com membantu adik-adik kita tadi yang mengidap penyakit berat. Saya mengucapkan terima kasih kepada para dermawan dan orang baik yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu mereka,” katanya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (12/5/2022).
Pernyataan tersebut disampaikan Risma saat mengunjungi penderita penyakit serius, yaitu Denias dan Parhan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2022).
Di lokasi terpisah, Risma juga mengunjungi kediaman Fransiska di Perumahan Duta Kranji, Kelurahan Kranji, Kecamatan Bekasi Barat.
Baca juga: Mensos Risma Tawari Keluarga Penderita Lumpuh Otak Tinggal di Rusun Bekasi
Selain anak, ia juga memberikan motivasi kepada para orangtua penderita agar tetap tegar, tidak pantang menyerah, dan rajin memeriksakan kesehatan anaknya ke rumah sakit (rs).
Pada kesempatan yang sama, CEO kitabisa.com Alfatih Timur menyatakan, bantuan terhadap tiga anak tersebut dilakukan dengan berkoordinasi dengan Kemensos.
“Kitabisa.com menyalurkan donasi sebesar Rp 474 juta untuk Denias dan Rp 83 juta untuk Parhan,” kata pria yang akrab disapa Timi.
Baca juga: 4 Penyakit Berat yang Disebabkan Kadar Kolesterol Tinggi
Untuk diketahui, derita yang dialami anak-anak tersebut cukup berat. Pertama, Denias dilahirkan secara normal, tetapi pada usia 3 bulan, ia didiagnosa mengalami gangguan aliran cairan empedu.
Cairan empedu terakumulasi di dalam hati. Denias pernah mendapatkan perawatan di RSCM pada Januari 2022 dan RS Hermina Karawang pada Maret dengan menggunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Mandiri.
Denias tinggal bersama sang ibu, Suryani Triwidia Ningsih, di rumah dengan ukuran kurang lebih 5x10 meter (m) di Dusun Bakti Jaya, Desa. Batujaya, Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang.
Keseharian Suryani adalah seorang ibu rumah tangga. Sementara suaminya, Deni, adalah pekerja cuci mobil yang tinggal mengontrak di Jakarta.
Baca juga: Apa Saja Fasilitas di RSCM Kiara Setelah Selesai Direnovasi?
Saat di RSCM, Denias melakukan persiapan operasi cangkok hati. Menunggu kondisinya stabil, dokter telah memasang selang untuk mengeluarkan cairan di perutnya.
Kedua, Parhan, lahir dalam kondisi normal dan sehat. Namun sejak usia 5 bulan nampak ada benjolan di hidungnya.
Parhan sering mengalami demam dan muntah. Ia berada dalam asuhan ibunya, Rosita, dan kakaknya, sejak sang ayah meninggalkan mereka tanpa kabar.
Rosita bekerja serabutan, mulai dari menjadi tukang ojek sampai tukang cuci mobil dan motor dengan upah Rp 30.000 per hari.
Baca juga: Rutin Cuci Mobil Bisa Cegah Karat
Dengan penghasilan tidak menentu, penanganan terhadap penyakit Parhan tidak memadai.
Mensos Risma sendiri telah berkunjung ke kediaman Parhan di Kecamatan Pabuaran, Sukabumi pada Januari 2022.
Terakhir yaitu Fransisca. Dia telah didiagnosis menderita kelumpuhan otak sejak usia 2,5 bulan. Sang ibu, Irene, banting tulang menghidupi dan merawat Sisca seorang diri, setelah ayahnya pergi meninggalkan mereka.
Selain ketiga anak tersebut, Kemensos juga memberikan asesmen untuk Almahyra Khawla Rachma (9 bulan). Bocah asal Malang, Jawa Timur (Jatim) ini didiagnosis menderita obstruksi bilier atau penyumbatan saluran empedu.
Baca juga: 6 Penyebab Penyumbatan Saluran Empedu dan Faktor Risikonya
Sebagai langkah lebih lanjut, Risma menginstruksikan jajarannya untuk memberikan penanganan sebaik mungkin kepada anak-anak tersebut.
Menanggapi arahan Risma, jajaran Kemensos melalui Sentra Phala Martha Sukabumi telah memberikan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) kepada ibunda Parhan, Rosita.
Atensi tersebut diberikan berupa dukungan pemenuhan hidup layak yang terdiri atas beras, telur, minyak, kecap, tepung terigu, kacang hijau, gula merah, susu, biskuit, makanan ringan, kasur, selimut, bantal, dan mainan anak.
Sentra Phala Martha juga memberikan dukungan psikososial kepada Rosita agar tetap semangat dalam menghadapi kondisi yang dialaminya.
Baca juga: Korban Kebakaran di Jakarta Barat Dapat Penyuluhan Psikososial untuk Obati Trauma
“Kami akan beri bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) untuk orangtua Parhan. Kemudian, diberi modal usaha warung,” kata Risma.
Untuk Denias, Tim Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi melakukan pendampingan rujukan ke RS Hermina Karawang bersama Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), aparat Desa Batujaya, dan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Karawang.
“Sentra juga memberikan motivasi kepada Suryani agar selalu optimistis dan rajin dalam melakukan pemeriksaan Denias ke rs,” ujar Risma.
Tak hanya itu, Kemensos juga memberikan bantuan Atensi berupa kebutuhan nutrisi untuk ibu dan anak berupa susu, biskuit bayi, bubur bayi, kurma, madu, kacang kacangan.
Baca juga: Kemensos Salurkan Bantuan ATENSI Rp 961 Juta untuk Penerima Manfaat di Lampung
Selain itu, diberikan pula kebutuhan perawatan diri bagi anak berupa sabun, sampo, bedak, baby oil, minyak telon, pampers, tisu basah, tisu kering, handuk, pakaian, jaket, topi, kaus kaki, mainan serta stroller.
Guna menggerakkan ekonomi, Kemensos telah memberikan bantuan kewirausahaan kepada Suryani berupa warung sosis bakar dan goreng, sembilan bahan pokok (sembako), serta kebutuhan sehari – hari.
Sementara suami Suryani, Deni, tetap melaksanakan pekerjaannya di Jakarta. Kemensos memberikan bantuan lain berupa biaya transportasi dan akomodasi selama perawatan sang anak di rs.
Untuk Fransisca, Kemensos juga menyalurkan bantuan Atensi berupa bantuan kewirausahan kepada sang ibu, Irene, dan bantuan terapi serta pengobatan Fransisca dengan total sebanyak Rp 17 juta.