KOMPAS.com - Menteri Sosial ( Mensos) Saifullah Yusuf merayakan bulan suci Ramadhan 2025 dengan menekankan pentingnya kesalehan sosial yang diwujudkan melalui berbagi.
Menteri yang akrab disapa Gus Ipul itu menyebutkan bahwa bulan Ramadhan memiliki banyak sebutan, seperti bulan kesabaran, bulan ampunan, hingga bulan berbagi atau syahrul muwaasaat, sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Pada bulan berbagi ini, orang kaya bukan saja harus berbagi kekayaan dengan orang miskin, tetapi harus ikut berempati dengan penderitaan mereka,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (3/3/2025).
Gus Ipul menjelaskan, Tuhan berfirman, "Puasa itu hanya untuk-Ku." Puasa dipersembahkan hanya untuk Tuhan. Tidak ada persembahan yang paling agung selain perkhidmatan kepada makhluk-Nya.
Menurutnya, mencintai Tuhan hanya dapat dilakukan dengan mencintai sesama manusia.
“Oleh karena itu, amal yang paling dicintai Tuhan pada "bulan berbagi", bukanlah saja ibadah ritual yang bersifat individual, tetapi ibadah yang membagikan kebahagiaan kepada orang banyak. Islam mendorong pemeluknya untuk juga saleh secara sosial,” katanya.
Baca juga: Istri Mensos Gus Ipul Dukung Pemberdayaan Komunitas Mangrove di 8 Titik di Indonesia
Gus Ipul menegaskan, pekerjaan sosial harus berpedoman kepada landasan-landasan filosofis tersebut.
Kelompok-kelompok yang sering disebut dalam 12 klaster (terangkum dalam 12 PAS) merupakan kelompok yang berhak mendapatkan perlindungan negara.
“Hak-hak mereka dijamin oleh konstitusi. Lebih-lebih dalam usaha membantu memberdayakan mereka agar mampu berpindah dari kondisi yang menghimpit menuju kehidupan yang lebih mandiri dan bahagia,” jelas Gus Ipul.
Sebagai contoh, perlindungan, rehabilitasi, dan pemberdayaan anak-anak bermasalah juga memiliki dasar keagamaan, yang menuntut perhatian penuh dari masyarakat.
Untuk itu, kata Gus Ipul, semua pihak perlu memberikan perhatian serius kepada mereka.
Baca juga: Mensos Gus Ipul Bantah Anggaran KND Sisa Rp 500 Juta, Efisiensi Tak Ganggu Bansos
Ia juga mengutip ayat Al-Qur'an yang menegaskan perhatian terhadap generasi mendatang.
“Sebab, Tuhan jauh-jauh hari mengingatkan bahwa anak bermasalah akan menjadi persoalan serius dalam proses penyiapan generasi yang tangguh jika tidak segera ditangani,” sebutnya.
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” [Nisa: 9]
Gus Ipul mengatakan, masyarakat Indonesia yang dikenal religius perlu memahami kesadaran keagamaan. Dalam hal ini, ajaran bahwa orang beriman yang kuat lebih Tuhan sukai dari pada yang lemah.
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan." (Al Hadis).
Menurut Gus Ipul, ajaran terebut mengingatkan bahwa orang yang disukai Allah adalah mereka yang mau beralih dari penerima menjadi pemberi.
Baca juga: Mensos Gus Ipul: Anggaran KND Dipangkas Jadi Rp 3 Miliar
Lebih lanjut, Gus Ipul menambahkan bahwa Al Quran mengajarkan khidmat atau jihad dapat dilakukan dengan dua hal, yakni harta dan jiwa.
"...dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS: At-Taubah:41).
Gus Ipul menjelaskan, ayat tersebut menekankan pentingnya berjuang dengan harta terlebih dahulu, sebelum jiwa.
“Tidak sedikit di antara kita yang sering rela mengorbankan nyawa, tetapi tidak rela mengorbankan hartanya. Kita kerap mengorbankan kesehatan, tubuh bahkan jiwa, demi harta,” katanya.
Gus Ipul menjelaskan bahwa Islam mendahulukan jihad dengan harta sebelum dengan jiwa, karena perkhidmatan dengan harta adalah salah satu rukun Islam, yaitu zakat.
Dalam Al-Qur'an, ciri-ciri orang yang bertakwa selalu dikaitkan dengan bagaimana mereka memberikan zakat atau infak di jalan Allah.
Ayat-ayat awal Al-Qur'an menyebutkan bahwa orang bertakwa adalah mereka yang mengimani yang gaib, menegakkan salat, memberikan infak, dan mengimani kitab-kitab terdahulu.
Baca juga: Pengusaha Bali Berdayakan Penyandang Disabilitas, Mensos Gus Ipul Berikan Apresiasi
Di akhir bulan Ramadhan, sebelum melaksanakan salat Idul Fitri, semua umat Islam, baik yang kaya maupun miskin, yang sakit atau sehat, laki-laki maupun perempuan, tanpa terkecuali, diwajibkan untuk membayar zakat fitrah. Ini termasuk bayi yang baru lahir, serta mereka yang tinggal di daerah terpencil.
“Ibadah dan kewajiban membayar zakat fitrah menunjukkan bahwa umat Islam diwajibkan memberdayakan diri, meskipun hanya dengan sekian liter beras,” jelasnya.