KOMPAS.com – Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Wayan Adnyana mengatakan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of 20 (G20) memberikan harapan besar untuk seluruh bumi beserta isinya.
Tida hanya itu, kata dia, KTT G20 juga menjadi momentum sejarah yang besar demi keberlanjutan nasib dunia ke depannya. Hal ini tergambar dari hadirnya kayon dalam logo Presidensi G20 Indonesia.
“ Gunungan atau kayon juga menunjuk wujud gunung. Gunung merupakan sumber energi vulkanik, yang mampu menyuburkan alam dengan maha dahsyat,“ kata Adnyana melansir kemenparekraf.go.id, Selasa (8/11/2022).
Masyarakat Bali menyebutkan, gunungan dalam pewayangan adalah kayon. Kayon merupakan simbolik alam semesta dengan segala isinya yang juga berkonotasi dengan gunung melambangkan kelestarian alam, budaya, hingga ekonomi.
Kayon dalam logo Presidensi G20 Indonesia mewakili semangat dan optimisme masyarakat Indonesia, khususnya untuk pulih dari pandemi dan segera memasuki babak baru kehidupan.
Baca juga: Riset UI: Tamu Negara G20 Diprediksi akan Belanja hingga Rp 10 Triliun di Indonesia
Filosofi kayon menggambarkan simbol kehidupan di alam semesta, khususnya perpindahan waktu menuju babak baru.
Bentuk gunungan yang seperti segitiga adalah simbol dari purwa, madya, dan wasana, yakni siklus kehidupan dari awal sampai akhir.
Gunungan juga merupakan lambang pergantian lakon atau cerita tentang bagaimana manusia berjuang dan berusaha untuk mengubah jalan hidupnya.
Bentuk gunungan yang mengerucut ke atas bermakna bahwa segala daya dan upaya manusia diserahkan kepada Yang Maha Kuasa.
Kayon mewakili lambang alam di pewayangan. Bagi kepercayaan Hindu, secara makrokosmos gunungan yang diputar-putar sang dalang menggambarkan proses bercampurnya benda-benda menjadi satu dan terwujudlah alam beserta isinya.
Baca juga: Promosikan Presidensi G20, LPS Ingin Indonesia Jadi Pusat Perhatian Dunia
Benda-benda tersebut dinamakan Panca Mahabhuta sebagai unsur elemen atau zat dasar dari alam beserta isinya. Panca Mahabhuta, yaitu akasa, bayu, teja, apah, dan perthiwi.
Sumber dari Warta Hindu Dharma Nomor 527 November 2010, laman resmi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali yang ditulis I Made Sumarya menjelaskan, alam semesta disusun dari lima anasir dasar Panca Mahabhuta.
Akan tetapi, unsur yang paling dominan adalah perthiwi sehingga batu adalah padat. Air juga dianggap paling dominan anasir dasar panca. Matahari adalah teja, udara adalah akasa, dan sebagainya.
Sumarya menyebutkan, kandungan akasa yang dominan menyebabkan keberadaan sesuatu dalam bentuk ruang menyebar.
“Kandungan bayu yang dominan menyebabkan keberadaan sesuatu dalam bentuk gerak atau benda bergerak, kandungan apah yang dominan menyebabkan keberadaan sesuatu dalam bentuk benda padat,” tulisnya.
Kandungan yang dominan itu bisa lebih dari satu anasir Mahabhuta dalam suatu benda atau isi alam, misalnya kandungan apah dan prethiwi yang dominan menyebabkan keberadaan dalam bentuk padat cair (kental).
Baca juga: Putin Tak Hadir, Ini Daftar Pemimpin Dunia yang Akan Hadir di KTT G20
Demikian pula keberadaan beraneka ragam isi alam yang ditentukan kandungan yang berbeda-beda dari anasir Panca Mahabhuta.
Panca Mahabhuta sebagai anasir dasar penyusun alam semesta atau Buana asas Agung diciptakan causa prima (Tuhan Yang Maha Esa) melalui proses penciptaan.
Penciptaan tersebut merupakan pertemuan antara dua asas, yaitu asas kesadaran dan maya yang bertingkat dari atas ke bawah yang berperan menentukan keberadaan alam semesta beserta isinya.
Oleh karenanya, masyarakat Bali pun berharap segala hasil KTT G20 di Bali mampu memberikan jalan kesejahteraan dan harmonisasi untuk manusia serta alam semesta.
Guru besar dan dosen sastra budaya Universitas Udayana, I Nyoman Darma Putra menyebutkan, gunungan adalah simbol kehidupan serta kelestarian alam semesta.
Gunungan juga menjadi pengharapan bagi manusia dunia untuk keberlanjutan kehidupannya.
Baca juga: 7 Fakta Tari Pendet, Tarian untuk Sambut Delegasi KTT G20
“Harapan yang disimbolkan dengan logo gunungan ini bagian dari upaya mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs),” katanya.
Demikian pula slogan “Recover Together, Recover Stronger” (Pulih Bersama, Bangkit Lebih Kuat), kata Darma, menjadikan optimisme masa depan cerah bagi seluruh bangsa demi pencapaian SGDs.
”Tentu di dalamnya ada Bali dan Indonesia,” ujar Darma.
Dia menambahkan, hasil-hasil dari KTT G20 bisa mewujudkan SDGs. Sejumlah hal terkait SDGs adalah isu pembangunan sosial dan ekonomi, termasuk mengenai kemiskinan, kelaparan, kesehatan, pendidikan, perubahan iklim, air, sanitasi, energi, lingkungan dan keadilan sosial.
Bagi masyarakat Bali, gunung dalam simbol gunungan dapat merujuk kepada arti Wana Kerthi, yaitu, upaya menjaga kesucian dan kelestarian hutan dan pegunungan. Wana Kerthi diartikan sebagai gunung-laut atau nyegara gunung.
“Itu simbol kolaborasi yang menentukan kesuburan alam sebagai sumber kehidupan makhluk hidup di bumi ini,” ujar Darma.
Baca juga: Persiapan SPKLU untuk KTT G20 Diklaim Sudah 100 Persen
Gunungan juga dianggap sebagai sumber inspirasi yang berorientasi pada kesejahteraan dan kebahagian alam semesta.