KOMPAS.com - Praktisi dan pegiat desa wisata mengapresiasi pelaksanaan proses pendampingan lima tahap secara langsung di tiap desa wisata dalam rangkaian program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0.
Dengan kegiatan tersebut, para pendamping desa wisata bersama masyarakat dapat menyusun langkah strategis pengembangan kepariwisataan.
Praktisi Desa Wisata Udi Hartoko mengatakan, pelaksanaan program Kampanye Sadar Wisata 5.0 sangat tepat karena mengarah pada penguatan sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan.
“Saya berharap kegiatan yang diawali dengan sosialisasi, pelatihan, dan lima tahapan pendampingan secara intensif itu mampu membangun pemahaman tentang pentingnya unsur manusia sebagai pengelola dan penggerak pariwisata,” tutur Udi yang merupakan penggerak Desa Wisata Pujon Kidul ini dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (27/11/2023).
Baca juga: Tulibot dari Indonesia, Juara Dua Workshop Regional ASEAN SEDP 2.0
Pernyataan tersebut disampaikan Udi dalam kegiatan Workshop Desa Wisata yang merupakan bagian dari acara puncak Kampanye Sadar Wisata 5.0, Sabtu (25/11/2023).
Menurutnya, tahap pendampingan program KSW 5.0 sangat bermanfaat untuk memetakan kebutuhan setiap desa agar program berlangsung optimal.
“Biasanya, pelatihan atau bimbingan teknologi (bimtek) dilakukan di tempat yang berbeda (bukan di desa wisata). Pendampingan pada KSW 5.0 dilaksanakan bertahap sampai lima kali di desa terkait sehingga manfaatnya luar biasa,” jelas Udi.
Dengan fasilitator yang tinggal di desa, kata Udi, para pendamping desa wisata dapat memahami kebutuhan dan problematika yang ada di desa. Ini penting untuk menentukan langkah berikutnya.
Baca juga: Mengenal Desa Wisata Cipta Karya di Kalimantan Barat
Lebih lanjut, Udi mengatakan, tantangan terbesar pengembangan desa wisata seringkali kurang mengutamakan sisi pemberdayaan serta penguatan SDM.
“Pembangunan desa wisata tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur, tetapi harus ditopang dengan SDM yang tepat,” imbuhnya.
Senada dengan Udi, praktisi Desa Wisata Nglanggeran Sugeng Handoko mengatakan, melalui pendampingan tersebut, fasilitator atau pendamping desa dapat melakukan evaluasi dan membimbing warga membuat inovasi.
“Desa wisata yang mendapatkan program KSW 5.0 terasa sekali perbedaannya, karena programnya berkelanjutan dan temanya disesuaikan dengan kebutuhan tiap desa wisata. Tiap desa tentu memiliki karakter yang dapat dikembangkan sesuai dengan keunggulan dan keunikan masing-masing,” ujarnya.
Baca juga: Desa Wisata Pengolah Sampah Dapat Penghargaan dari Tiketcom dan Kemenparekraf
Untuk mempertahankan dampak positif KSW 5.0 yang telah dirasakan masyarakat desa wisata, lanjut Sugeng, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong dan memantau bagaimana desa-desa wisata penerima manfaat program untuk dapat menjaga keberlanjutan program tersebut secara mandiri.
Sejalan dengan hal itu, telah dibentuk pula tim yang secara aktif menjembatani kerja sama desa dengan berbagai industri usaha, asosiasi, komunitas, korporasi, lembaga yang ingin membantu desa wisata.
Workshop Desa Wisata yang digelar sebagai salah satu agenda puncak kegiatan KSW 5.0 merupakan salah satu ajang yang memfasilitasi akses dan kolaborasi desa wisata dengan lima pilar pentahelix, yaitu pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan media.
Baca juga: Bapanas: Dibutuhkan Kolaborasi Pentahelix untuk Bisa Menciptakan Ketahanan Pangan
Sementara itu, penggerak Desa Wisata (Local Champion) dari Desa Wisata Kulati, Wakatobi, Nyong Tomia mengaku sangat bersyukur desanya dapat terlibat dalam kegiatan puncak KSW 5.0 termasuk mengikuti Workshop Desa Wisata.
“Semoga dengan kegiatan ini jadi lebih banyak yang mengenal potensi wisata yang ada di desa kami. Lalu masyarakat Desa Wisata Kulati juga jadi lebih bersemangat untuk bersama membangun pariwisata. Melalui workshop ini, kami bisa dapat informasi pendanaan dan kemungkinan kolaborasi lainnya, serta membuat jejaring dan menguatkan sinergitas antardesa wisata,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Martini M Paham mengajak peserta perwakilan dari 65 desa wisata untuk memanfaatkan dengan baik kesempatan tersebut.
“Melalui kegiatan ini kita dapat mencontoh kisah sukses dan mendapatkan inspirasi yang disampaikan narasumber. Semoga kita tidak hanya mendapatkan berkah ilmu tapi juga berkah jejaring, karena kebermanfaatan program ini adalah untuk kita semua,” ujar Diah Paham saat membuka kegiatan Workshop Desa Wisata didampingi Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Florida Pardosi.
Baca juga: Mengenal kemampuan Kolaborasi: Indikator dan Manfaat
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno sendiri menjelaskan, pesan kolaborasi merupakan salah satu strategi yang selalu ditekankan.
Sandiaga selalu mengajak semua pihak berkolaborasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di desa wisata.
"Desa wisata telah menjadi pemenang di masa pandemi yang dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan target 2024 sebanyak 4,4 juta lapangan pekerjaan,” imbuh Sandiaga.
Untuk itu, Sandiaga mengundang peran aktif semua pihak yang berkepentingan untuk turut mendukung pengembangan desa wisata secara berkualitas dan berkelanjutan.