KOMPAS.com – Selama hampir 12 bulan Indonesia telah menjadi representasi Kawasan Asia di Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada posisi tersebut, Indonesia telah memenuhi janji kampanyenya untuk menjadi a true partner for world peace dengan mengedepankan pendekatan konstruktif dan menjadi penghubung negara-negara anggota DK dalam isu-isu yang sensitif.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral, Febrian Alphyanto Ruddyard menggunakan konsep film Pacific Rim untuk menggambarkan kolaborasi negara-negara yang duduk di DK PBB.
Ia mengatakan Jaeger merupakan robot pahlawan yang perlu dipiloti oleh sedikitnya dua orang, tetapi mereka harus saling koordinasi dan melihat tindakan yang akan dilakukan satu sama lain agar bisa menyelamatkan dunia.
Baca juga: Kemenlu Terus Berikan Pendampingan Terhadap Suporter yang Masih Ditahan di Malaysia
“Ini yang kami lakukan di DK PBB tetapi melibatkan 15 pilot yang tidak mudah untuk menyatukan pikiran,” ungkap Febrian saat berdiskusi mengenai kiprah Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020 di Gedung Pancasila, Jakarta (29/11/2019).
Sejak memulai keanggotaannya, lanjut Febrian, Indonesia dipercaya untuk memimpin 3 Komite Sanksi mengenai terorisme dan perlucutan senjata di DK PBB, yakni Komite 1267, Komite 1988, dan Komite 1540.
Kontribusi Indonesia di DK juga terlihat dari peran aktif Indonesia sebagai co-penholders dua isu penting, yaitu Palestina (bersama Kuwait) dan Afghanistan (bersama Jerman).
Baca juga: Kemenlu dan Kemenag Raih Penghargaan Kepatuhan Tinggi Bidang Pelayanan Publik
Ketika menjabat sebagai Presiden DK PBB selama bulan Mei 2019, Indonesia berhasil menunjukkan esensi kepemimpinan intelektualnya melalui pemilihan tema “Investing in Peace" dan penyelenggaraan 5 signature events.
Pertama, Presidensi Indonesia telah berhasil mengesahkan 4 Resolusi, 1 Presidential Statement, 3 Press Statement dan 3 Element to the Press.
Kedua, memperkenalkan working method baru yang inovatif, yaitu “Sofa Talk" dan Regional Wrap-up Session.
Ketiga, menampilkan soft power diplomasi Indonesia, melalui diplomasi batik, Tari Saman Gayo Aceh, dan lagu lagu khas daerah.
Kontribusi Indonesia di DK PBB tidak hanya sebatas partisipasi pertemuan di New York saja, tetapi juga beyond New York.
Isu-isu strategis yang turut menjadi perhatian Indonesia adalah mengenai Misi Pemeliharaan Perdamaian Dunia.
Dimisi ini Indonesia merupakan negara kontributor pasukan terbesar ke-8 dari 128 negara dengan jumlah pasukan sebanyak 2.912. Sejumlah 121 di antaranya adalah perempuan.
Baca juga: Lihat Banyak Peluang, Kemenlu Turut Perkuat Ekonomi Digital Indonesia
"Selain itu, Indonesia secara aktif mendorong pemajuan isu Women, Peace, and Security di tingkat kawasan melalui inisiatif penyelenggaraan Regional Training," jelas Febrian dalam rilis tertulis yang Kompas.com terima, Sabtu (30/11/2019).
Di sisi lain, belum lama ini Indonesia berhasil memprakarsai penyelenggaraan pertemuan Retreat DK PBB di Bali pada 26-27 November 2019 yang menghadirkan negara anggota tetap DK PBB (P5), negara anggota tidak tetap (E10) dan Incoming 5.
Posisi Indonesia dalam pembahasan di DK PBB mempertimbangkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat luas yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai saluran, termasuk masukan warganet melalui media sosial.
Indonesia memerlukan dukungan semua pihak, termasuk dukungan netizen untuk turut mendiseminasikan perjuangan dan capaian Indonesia di DK PBB.
Perjuangan diplomasi Indonesia tidak hanya dilakukan oleh para diplomat, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat Indonesia.