KOMPAS.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L.P. Marsudi mengatakan, keberhasilan Indonesia dalam memberdayakan perempuan merupakan hasil kolaborasi yang baik antara pemerintah dan dan masyarakat.
Kolaborasi tersebut kemudian terwujud melalui program-program kolaboratif, yang diimplementasikan dalam dua program besar.
Program pertama, Pemerintah Indonesia menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian dan toleransi. Mereka ditempatkan sebagai motor perdamaian dalam komunitas.
“Program Peace Village Initiative adalah contoh nyata kolaborasi masyarakat madani dengan Pemerintah dalam rangka mempromosikan peranan perempuan di dalam keluarga, komunitas, dan pemerintah lokal,” papar Retno.
Baca juga: Bertemu DK PBB, Menlu Retno Sampaikan Tiga Poin Pemberantasan Terorisme
Untuk diketahui, Peace Village Initiative merupakan program yang digagas oleh Wahid Institute untuk menangkal bahaya radikalisme melalui pemberdayaan komunitas.
Kedua, perempuan sebagai agen kesejahteraan. Saat ini, terang Retno, akses keuangan kepada perempuan merupakan salah satu isu utama membangun kesejahteraan.
Dia menjelaskan, untuk mendukung hal itu, Pemerintah telah menyiapkan program untuk membuka akses keuangan.
“Program Ultra Mikro (UMi) dan Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (MEKAAR) telah memberikan akses keuangan untuk keperluan entrepreneurship kepada 10 juta perempuan di Indonesia,” imbuhnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (28/9/2019).
Baca juga: Di New York, Menlu Retno Curahkan Pandangannya Soal ASEAN-Indo Pasifik
Karena keberhasilan program-program tersebut, lambat laun pola pikir yang mengganggap perempuan sebagai kaum yang lemah dan tidak mandiri berubah.
“Di Indonesia pemberdayaan perempuan telah berhasil mengubah pola pikir mengenai perempuan, dari perempuan sebagai korban lemah, menjadi perempuan kuat dan berani,” kata Retno.
Hal itu disampaikannya saat menjadi panelis dalam diskusi panel tingkat menteri, di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB) di New York, Amerika Serikat, Kamis (26/9/2019).
Kegiatan itu dihadiri oleh Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet, sejumlah menteri, dan pejabat tinggi dari berbagai kawasan.
Baca juga: Di Sidang PBB Menlu Retno Bahas 3 Isu
Tidak hanya ditingkat lokal, Indonesia juga mendorong pemberdayaan perempuan di Palestina dan Afghanistan. Untuk Palestina, Indonesia memberikan bantuan bagi perempuan di camp pengungsi di Yordania, melalui program literasi bisnis dan kewirausahaan.
Sementara itu, di Afghanistan, pada 2019 Indonesia telah memberikan program pembangunan kapasitas untuk 100 orang Afghanistan, 12 diantaranya perempuan. Selain itu, tahun ini Indonesia akan menyelenggarakan Konferensi Perempuan untuk Perdamaian di Afghanistan.
Sebagai informasi, diskusi panel bertajuk “Cerita Baik HAM” tersebut, merupakan upaya khusus mendorong penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) di seluruh dunia.
“Cerita Baik HAM” merupakan inisiatif Indonesia bersama Uni Eropa dan 12 negara lainnya. Tujuannya untuk menampilkan contoh baik dari penghormatan dan implementasi HAM.
Baca juga: Di Forum PBB, Wapres JK Tawarkan 2 Solusi Atasi Penurunan Harga Kopi
Tahun ini, Uni Eropa menjadi tuan rumah untuk diskusi bertema “menciptakan hidup yang lebih baik dari kandungan: promosi dan perlindungan hak-hak perempuan dan anak”.
Adapun negara-negara yang turut berpartisipasi adalah Uni Eropa, Argentina, Burkina Faso, Cape Verde, Chile, Georgia, Indonesia, New Zealand, Norway, Peru, Korea Selatan, Gambia, Tunisia, dan Uruguay.