KOMPAS.com – Untuk menjawab persoalan tentang penurunan harga jual kopi di pasar global, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) menawarkan dua langkah utama guna memperbaiki harga jual kopi di tingkat internasional.
Pertama, melalui pengendalian jumlah pasokan kopi ke pasar global, yang diharapkan dapat mempengaruhi faktor fundamental harga kopi.
"Agar berhasil, langkah ini perlu dilakukan secara terstruktur dengan melibatkan negara-negara penghasil kopi utama dunia," Wapres JK seperti dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/9/2019).
Kedua, melalui penambahan nilai produk-produk kopi. Caranya melalui program pengembangan kapasitas petani, serta tambahan kucuran dana investasi untuk peningkatan produktivitas kopi oleh Pemerintah.
Usulan tersebut Wapres sampaikan dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB) bertajuk “Aksi Bersama Mengatasi Krisis Harga Kopi Dan Mencapai Produksi Kopi Berkelanjutan" (Joint Actions to Face the Coffee Price Crisis and Achieve its Sustainable Production).
Baca juga: Pimpin SDG Summit di PBB, Wapres JK Ceritakan Prioritas Pembangunan Indonesia
Pertemuan itu diselenggarakan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-74, di Markas Besar PBB, di New York, Amerika Serikat, Rabu (25/9/2019).
Sontak, kedua usulan itu memicu diskusi di antara para peserta pertemuan. Mereka akhirnya sepakat untuk membicarakan usulan-usulan itu, serta usulan lainnya secara lebih mendalam pada pertemuan lanjutan.
Harga kopi dunia saat ini memang tengah mengalami penurunan. Berdasarkan laporan International Coffee Organization (ICO), harga komoditas kopi mengalami penurunan sejak 2011.
Pada 2011, jenis kopi Arabica harganya berkisar 2,6 dollar Amerika Serikat (AS) per pon dan terus menurun hingga menyentuh harga rata-rata 1,27 dollar AS per pon pada 2018.
Baca juga: Kopi Geisha Capai Rp 28 Juta, Kenapa Begitu Mahal?
Begitu pula dengan jenis Robusta. Harga rata-ratanya pada 2011 mencapai 1,09 dollar AS per pon dan turun menjadi 0,84 dollar AS per pon tahun 2018.
Indonesia, sebagai negara penghasil kopi terbesar keempat dunia, setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia, merasakan dampak langsung dari penurunan harga tersebut.
Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, volume ekspor kopi Indonesia tahun 2018 menurun 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2017, nilai ekspor kopi asal Indonesia tercatat 1,6 miliar dollar AS. Jumlahnya merosot pada 2018 menjadi 1,3 miliar dollar AS.
Baca juga: Ketika Kopi Membantu Veteran Vietnam Membesarkan Keluarganya
Tak hanya berdampak pada ekspor, Jusuf Kalla mengungkapkan, penurunan harga jual kopi berdampak langsung pada hidup 1,8 juta petani kopi Indonesia dan kurang lebih 25 juta petani kopi di seluruh dunia.
Untuk diketahui, pertemuan PBB tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari upaya bersama mencapai target-target Sustainable Development Goals (SDG). Sektor pertanian dinilai berkaitan terhadap 14 dari 17 tujuan SDG.
Menyadari keterkaitan erat antara pertanian dengan SDG, Pemerintah Indonesia banyak meluncurkan program-program di bidang pertanian, termasuk replanting, bantuan bibit kepada petani, pelatihan, maupun akses permodalan.