TULUNGAGUNG, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ( Kemenko PMK) bersama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Revolusi Mental di Desa Sidomulyo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
KKN yang berlangsung 20 Juli - 27 Agustus 2018 menerjunkan langsung mahasiswa IAIN Tulungagung ke desa tersebut.
Di sana mereka berupaya mengimplementasikan nilai dan gerakan Revolusi Mental. Contohnya, seperti mengubah perilaku masyarakat setempat supaya lebih bersih dan mandiri.
Kemudian meningkatkan akses pelayanan publik yang lebih optimal dengan bersinergi bersama perangkat desa.
Tak cuma itu, mahasiswa berusaha pula mewujudkan gerakan Indonesia Bersih dengan
mendorong masyarakat desa terutama orangtua dan siswa untuk selalu hidup sehat.
Hasilnya perubahan pun terjadi. Siswa-siswi di Desa Sidomulya sekarang sudah membawa bekal makanan dari rumah untuk dimakan di sekolah.
Padahal dahulu mereka lebih memilih membeli jajanan yang biasanya tidak bersih dan sehat di sekitar lingkungan sekolah.
“Semenjak KKN tematik ini diselenggarakan, siswa kami himbau untuk membawa bekal sendiri. Selain sehat, hal ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan MSG atau junk food” jelas Fiqih Ananda Ardi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, Selasa (28/8/2018).
Lagipula, kata dia, dengan anak-anak membawa bekal sendiri, jumlah sampah plastik yang dihasilkan dapat dikurangi. Ini sesuai dengan implementasi dari Gerakan Masyarakat Sehat (Germas).
(BACA JUGA: Kemenko PMK: Revolusi Mental adalah Aksi Nyata Bukan Sekedar Proyek)
“Kami dampingi setiap perkumpulan warga untuk membuat packaging sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi sagon. Kami juga di akhir akan mendampingi usaha yang dilakukan warga untuk memasarkannya,” imbuh Fiqih.
Lebih lanjut, Fiqih menyatakan mahasiswa IAIN Tulungagung juga ikut mengimplementasi Gerakan Indonesia Melayani dalam KKN tersebut.
Mereka bersama perangkat Desa Sidomulyo membantu berbagai kegiatan administrasi kependudukan, seperti pencatatan database penerima bantuan sosial, BPJS dan perekaman e-KTP. Tujuannya supaya masyarakat lebih mudah mendapatkan pelayanan dasar kependudukan.
Dalam kegiatan di Desa Sidomulyo, mahasiswa IAIN Tulungagung mendorong pula semangat belajar pada anak-anak. Mereka bekerjasama dengan perpustakaan keliling mengadakan kegiatan membaca di balai Desa Sidomulyo.
Tidak lupa, Fiqih dan kawan-kawan mahasiswa IAIN Tulungagung mengimplementasikan tiga nilai revolusi mental dalam seluruh kegiatan KKN tersebut. Tiga nilai itu adalah gotong royong, integritas dan etos kerja.
(BACA JUGA: Ingin Indonesia Lebih Baik, 11 Tokoh Ini Lakukan Revolusi Mental)
Untuk nilai gotong royong, Figih mengatakan bisa terlihat dalam setiap kegiatan KKN. Contoh seperti bakti sosial di Desa Sidomulyo yang bisa terselenggara karena ada sinergi antara mahasiswa, warga dan perangkat desa.
"Sementara itu, untuk integritas dapat terlihat dari pelayanan publik yang transparan serta kegiatan jemput bola kepada masyarakat. Dengan demikian kepercayaan terhadap perangkat desa dapat terus ditingkatkan,” jelasnya.
Adapun terkait etos kerja, Figih mengatakan hal ini terlihat dari sinergi antara masyarakat dan perangkat desa dalam berbagai kegiatan. Dia pun berpesan agar masyarakat di Desa Sidomulyo tetap menjaga nilai tersebut.
“Etos kerja harus dijaga dan tetap dimiliki masyarakat Desa Sidomulyo sehingga nanti dapat tumbuh dan maju di masa depan,” paparnya.
Sebagai Informasi, selain dengan IAIN Tulungagung, Kemenko PMK juga telah bekerjasama dengan 33 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) untuk menggelar KKN Tematik Revolusi Mental.