KOMPAS.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa swasembada pangan bukan lagi cita-cita, tetapi target realistis yang akan tercapai pada akhir 2025.
“Insyaallah, tahun ini kita capai swasembada pangan. Tidak ada lagi impor beras,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (17/10/2025).
Amran menekankan komitmen kehadiran negara untuk petani dengan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah menjadi Rp 6.500 per kilogram, memastikan pupuk subsidi 100 persen tersalurkan, dan menjaga stok beras tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Pernyataan optimistis tersebut disampaikan Amran saat menanggapi hasil survei publik terbaru yang menempatkan dirinya sebagai salah satu menteri dengan kinerja terbaik di Kabinet Indonesia Maju.
Baca juga: Mentan Amran Pastikan Stok Pupuk Subsidi Aman meski Ada Kios Nakal
Berdasarkan survei terbaru dari Strategic and Political Insight Network (SPIN), Amran menempati peringkat kedua sebagai menteri berkinerja terbaik dengan tingkat apresiasi publik mencapai 67,3 persen.
Survei tersebut dilakukan terhadap 1.600 responden di 38 provinsi pada 1–9 Oktober 2025 menggunakan metode multistage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 2,45 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasil survei menempatkan Amran di klaster menteri berkinerja terbaik dengan selisih 0,2 persen dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’thi yang berada di posisi pertama dengan tingkat kepercayaan 67,5 persen.
Direktur Eksekutif SPIN Mawardin Sidik menjelaskan bahwa klaster tersebut terdiri dari para menteri yang berhasil menjalankan program prioritas secara nyata, komunikatif, dan capaiannya dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya di bidang pelayanan publik.
Baca juga: Apresiasi Kinerja Menteri, Presiden Prabowo: 10 Bulan Penuh Karya, Kerja, dan Prestasi
Posisi Amran di klaster itu menegaskan konsistensi kebijakan Kementerian Pertanian ( Kementan) yang berhasil menjaga stabilitas pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Peningkatan daya beli dan kesejahteraan petani juga terbukti dari meningkatnya nilai tukar petani (NTP) pada September 2025 yang mencapai 124,36. Angka ini merupakan tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, stok beras nasional juga tembus 4,2 juta ton, tertinggi sejak Badan Urusan Logistik (Bulog) berdiri.
Tingginya stok beras mendorong terjadinya deflasi beras 0,13 persen pada September 2025. Hal ini merupakan capaian pertama dalam lima tahun terakhir.
Baca juga: Mentan Sebut Stok Beras yang Mutunya Tak Layak Bisa untuk Pakan Ternak
Produksi beras nasional pada 2025 menunjukkan lonjakan signifikan dan mendekati proyeksi lembaga internasional, seperti Food and Agriculture Organization (FAO) dan United States Department of Agriculture (USDA).
BPS memperkirakan produksi beras periode Januari–November 2025 mencapai 33,19 juta ton, naik 12,62 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 29,47 juta ton.
USDA menyebut, produksi beras Indonesia diperkirakan mencapai 34,6 juta ton pada 2025, sementara prediksi FAO mencapai 35,6 juta ton pada masa tanam 2025/2026.
Angka produksi Januari–November 2025 ini tidak hanya melampaui capaian 2024, tetapi juga menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Sebelumnya, capaian produksi beras nasional tertinggi tercatat pada 2022 sebesar 31,54 juta ton.
Baca juga: Produksi Beras Diproyeksi Tembus 34 Juta Ton, Mentan Yakin RI Swasembada Tahun Ini
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Lilik Sutiarso, menilai tren positif sektor pertanian membuktikan bahwa target swasembada pangan 2025 sudah di depan mata.
“Target swasembada pangan yang semula empat tahun kini dipercepat menjadi satu tahun oleh pemerintah. Produktivitas pertanian meningkat dan dukungan infrastruktur sudah menyeluruh,” kata Lilik.
Selain diapresiasi akademisi, sektor pertanian juga menuai apresiasi publik. Hal ini tercermin dari survei Litbang Kompas Oktober 2025 yang menyatakan 71,5 persen masyarakat puas terhadap kinerja Kementan.
Peneliti Litbang Kompas Agustina Purwanti menjelaskan, kepuasan publik muncul karena kebijakan pangan pemerintah dinilai efektif dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Baca juga: Survei Litbang Kompas Ungkap Masalah Infrastruktur Jalan di Jateng, Apa Langkah Pemprov?
“Kepuasan responden terhadap kinerja Kementerian Pertanian di angka 71,5 persen. Ini karena banyak hal yang sudah dilakukan Kementan berkaitan dengan pangan yang memang diturunkan oleh program pemerintah,” ujarnya.
Dengan dukungan kebijakan yang terukur, peningkatan produksi yang berkelanjutan, serta kepercayaan publik yang tinggi, sektor pertanian di bawah kepemimpinan Amran menunjukkan kebangkitan.
Indonesia kini berada di ambang sejarah baru menuju swasembada pangan 2025 sekaligus meneguhkan kedaulatan pangan sebagai pilar kesejahteraan nasional.