KOMPAS.com - Kementerian Pertanian ( Kementan) bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri),menjaga kondisi pangan agar tidak bergejolak, terutama pada Agustus, September, dan Oktober 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan Prihasto mengatakan, Kementan memastikan bahwa pertanaman nasional cukup untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
"Paling tidak harus tertanam minimal setiap bulan, kurang lebih 1 juta hektar sebulan secara nasional, untuk memenuhi kebutuhan pangan 3-4 bulan kemudian," tutur Prihasto melalui siaran persnya, Jumat (3/5/2024).
Hal tersebut disampaikan Prihasto saat melakukan kunjungan kerja (kunker) di Desa Buayan, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Kamis (2/5/2024).
Baca juga: KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL
Menurutnya, pertanaman harus digenjot agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor.
"Kita kan tidak ingin semua ada impor-impor lagi. Supaya tidak ada impor, kita dorong pertanamannya. Maksimalkan, manfaatkan sumber air seperti ini," ungkapnya.
Perlu diketahui, Kecamatan Buayan merupakan satu dari lima Kecamatan yang dilewati sungai Jatinegara. Empat kecamatan lainnya, yakni Sempor, Gombong, Kuwarasan, dan Puring.
Melihat potensi sungai Jatinegara yang bagus, Prihasto mengajak masyarakat untuk melakukan akselerasi pemanfaatan sumber air tersebut untuk mengoptimalkan lahan sawah tadah hujan melalui pompanisasi.
"Tinggal didorong sedikit saja. Hanya jarak 5-6 meter ke sini, sudah bisa air, daripada ini dibuang ke laut, kenapa nggak kita manfaatkan budi daya tanaman, ya, kan? Untuk ketercukupan pangan khususnya beras," imbuhnya.
Baca juga: Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi
Selain Kebumen, Prihasto juga meninjau instalasi pompa hidran hasil kolaborasi TNI, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas dan Kementan di Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.
Pompa tersebut mampu mengalirkan air untuk areal persawahan seluas 900 hektar. Dengan demikian, diharapkan indeks pertanaman (IP) yang semula berada di angka 1, bisa meningkat menjadi 3.
Pada hari yang sama, Prihasto melanjutkan kunjungannya di Desa Bunton, Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap.
Di sana, Prihasto mengungkapkan bahwa ada berbagai sumber air sawah tadah hujan yang bisa dimanfaatkan untuk mengerek produktivitas.
"Ada air permukaan yang dangkal, ada air sungai, dan air hujan. Kalau pilihan petani biasanya air hujan. Cuma kalau air hujan, kan, kadang ada, kadang tidak ada. Jadi pilihannya tinggal air permukaan dan dari sungai," pungkasnya.
Meski demikian, Prihasto mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan kondisi hidrologi ketika memanfaatkan sumber air permukaan dangkal.
Sebagai informasi, Jateng memiliki potensi sawah tadah hujan sebesar 267.655 ha yang dapat ditingkatkan produksinya.
Wilayah dekat sungai bisa memanfaatkan pompanisasi dari air sungai, sementara wilayah yang jauh dari sungai dapat memanfaatkan air dari tanah, embung, dan sumber air lainnya.