KOMPAS.com- Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan produksi padi pada 2024 melalui pemanfaatan potensi rawa tadah hujan di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel)
"Kita akan melakukan akselerasi dari salah satu potensi terbesar di Indonesia, yakni lahan rawa mineral. Sebelumnya, akselerasi ini sudah pernah dilakukan di Sumsel dan Kalimantan Selatan (Kalsel)," kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (3/11/2023).
Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Ali Jamil pun berkoordinasi dengan Provinsi Sumsel untuk memaksimakan produktivitas lahan rawa dan indeks pertanaman (IP) di wilayah tersebut.
Salah satu hal konkret yang dilakukan untuk meningkatkan IP adalah dengan melakukan kunjungan ke lahan pertanian rawa tadah hujan di Desa Jukdakdak, Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten OKI.
Menurut Ali, lahan rawa lebak di Desa Judakdak memiliki karakteristik berupa cekungan yang dibatasi oleh satu atau dua tanggung sungai.
Sebagai informasi, Desa Judakdak memiliki lahan pertanian rawa tadah hujan seluas 500 hektar (ha) dengan IP rata-rata berkisar antara 100-200.
"Petani setempat bisa menanam padi hingga tiga kali dalam setahun," tutur Ali.
Lebih lanjut, Ali menjelaskan, optimalisasi tersebut dilakukan mengunakan pompa berukuran 3 inci dan sumur dengan kedalaman 15 meter.
"Genangan air pada lahan rawa lebak terjadi akibat luapan air sungai atau air hujan yang menggenang secara periodik. Dengan dilakukannya intervensi menggunakan pompa air dan sumur air tanah dangkal, potensi peningkatan IP akan terlihat," ujar Ali.
Selain itu, inisiatif swadaya masyarakat terhadap pengembangan lahan rawa tadah hujan menggambarkan teknologi yang bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas lahan dan produksi padi, khususnya lahan rawa.
Untuk diketahui, Kabupaten OKI memiliki potensi lahan rawa berupa lahan rawa pasang surut dan rawa lebak dengan luas mencapai 65.000 ha yang pengelolaan tata airnya perlu ditingkatkan.