KOMPAS.com - Direktorat Jendral (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak El Nino yang diperkirakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih terjadi hingga akhir 2023.
Salah satunya upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan optimasi lahan kering guna meningkatkan produksi pertanian di berbagai wilayah Indonesia.
Direktur Jenderal (Dirjen) PSP Kementan Ali Jamil mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi lahan sub-optimal cukup luas.
Pria jebolan University Of The Philippines (Soil Science) itu menyebut, lahan kering merupakan lahan sub-optimal yang mempunyai penyebaran paling luas.
Baca juga: 138 Kebakaran Terjadi di Semarang, Mbak Ita Minta Camat dan Lurah Petakan Lahan Kering
"Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang mempunyai potensi besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman tahunan dan peternakan," ujar Ali dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (13/10/2023).
Meski demikian, ia mengatakan, tidak semua lahan kering sesuai untuk pertanian, terutama karena adanya faktor pembatas tanah dan ketersediaan air.
"Oleh karena itu, kegiatan optimasi lahan kering untuk pertanian dapat dikembangkan dalam upaya peningkatan produksi pertanian serta indeks pertanaman melalui perbaikan infrastruktur lahan dan air," jelas Ali.
Sementara itu, Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan Ditjen PSP Kementan Baginda Siagian mengatakan bahwa permasalahan utama lahan kering adalah akses terhadap ketersediaan air sehingga dapat dimanfaatkan jadi lahan pertanian.
Baca juga: Upeti untuk Sang Mantan Menteri Pertanian, Diduga untuk Bayar Kartu Kredit dan Cicil Alphard
"Maka melalui program optimasi lahan kering dengan bantuan Ditjen PSP kepada petani, salah satunya bertujuan untuk mengupayakan air sampai ke lahan sehingga pemanfaatan lahan pertanian dapat dilakukan secara optimal," tuturnya.
Baginda menyebut kegiatan optimasi lahan kering telah dilakukan di Desa Nonbes, Amarasi, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dikerjakan oleh Kelompok Petani (Poktan) Tunas Harapan.
Kegiatan yang dilakukan di lokasi tersebut, salah satunya adalah membangun atau melakukan pemeliharaan saluran irigasi tersier dan pembuatan pintu-pintu air.
“Dengan mengoptimalkan kembali infrastruktur lahan dan air, harapannya di Desa Nonbes ini pertanaman dapat dilakukan sampai tiga kali yang sebelumnya hanya satu kali, dan pada musim kering ini tetap tersedia air di jaringan, “ imbuh Baginda.