KOMPAS.com - Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Endang Setyawati Thohari menyambut baik upaya Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memperkuat hilirisasi produk pertanian.
Menurutnya, upaya yang dilakukan BSIP Kementan bisa berdampak besar terhadap kemajuan dan kesejahteraan petani di Indonesia.
"Saya menyambut positif kehadiran BSIP sebagai instrumen standarisasi produk hilirisasi. Kebetulan saya lama di penelitian dan pengembangan (litbang), jadi saya sangat menghargai peran BSIP untuk menambah kesejahteraan petani kita. Jadi saya mendukung sekali penguatan hilirisasi ini," ujar Endang dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (22/9/2023).
Pernyataan tersebut disampaikan Endang saat menghadiri Gebyar Agrostandar di Lapangan Balai Besar (BB) Biogen Komplek BSIP Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar), Kamis (21/9/2023).
Baca juga: Dorong Hilirisasi dan Isu Keberlanjutan, AII Pertemukan Inventor dan Industri
Endang mengungkapkan, produk hilirisasi pertanian Indonesia selama ini belum tersentuh secara optimal mengingat banyaknya pengembangan yang dilakukan jajaran Kementan.
Namun setelah adanya BSIP, ia yakin, produk yang memiliki potensi ekspor dapat dikembangkan secara cepat.
"Bagaimanapun juga hilirisasi harus kita kembangkan karena banyak sekali hasil-hasil penelitian kita yang sudah bagus dan belum dimanfaatkan secara optimal. Apalagi kita memiliki teknologi yang mumpuni," imbuh Endang.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa kehadiran BSIP harus mampu menjaga produk pangan Indonesia menjadi lebih aman, memiliki kualitas tinggi, dan siap memenuhi pasar ekspor.
Baca juga: Mentan Lepas Ekspor Mangga Gedong Gincu ke Arab Saudi
"Oleh karena itu standarisasi menjadi penting sebagai pintu masuk kita untuk memperkuat ekspor. Jadi apa yang dilakukan BSIP merupakan tugas dan fungsi yang sangat penting untuk Indonesia ke depan," katanya.
Sebelumnya, Mentan SYL melepas ekspor mangga gedong gincu sebanyak 700 kilogram (kg) ke Arab Saudi.
Pada saat yang sama, ia juga melepas ekspor ayam Kampung Unggulan Balitbangtan (KUB) sebanyak 5.000 anak ayam usia sehari atau Day Old Chick (DOC) ke Timor Leste.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian puncak satu tahun berdirinya BSIP Kementan sejak keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 117 Tahun 2021.
Baca juga: Pengamat: Rencana Revisi Perpres Pengolahan Sampah Kemunduran bagi Jakarta
Menurut SYL, ekspor kali ini sangat membanggakan karena mangga yang dikirim merupakan hasil petani binaan BSIP Kementan yang sudah melewati proses standarisasi tinggi sehingga mampu menembus pasar luar negeri.
Apalagi, kata dia, mangga yang dikirim merupakan mangga berkualitas dan sudah terbebas dari lalat buah ataupun partikel penyakit lainnya.
Sementara itu, DOC KUB merupakan ayam kampung unggul yang dilepas Kementan melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian (Mentan) Nomor 768.
"Saya kira peran BSIP ini sangat penting karena berkaitan dengan peningkatan ekspor. Apalagi kita memiliki beberapa komoditas hasil binaan BSIP, di antaranya pisang kepok tanjung yang juga diekspor sebanyak 40 ton dengan nilai transaksi 80.000 dollar Amerika Serikat (AS) ke Malaysia. Ada juga buncis dan selada air sebanyak 467 KG dengan nilai ekspor sebesar 1.500 dollar AS," kata SYL.
Baca juga: Harga Jual Lebih Mahal, Komoditas Pertanian Warga Perbatasan Dijual ke Malaysia
Sementara itu, Kepala BSIP Kementan Fadjri Djufri mengatakan bahwa selama berdiri, BSIP berhasil meningkatkan standar komoditas pertanian Indonesia untuk kebutuhan pasar ekspor.
Selain itu, kata dia, BSIP juga menerima penyerahan tiga Standar Nasional Indonesia (SNI) dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan menyelesaikan Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang akan diserahkan ke Komite Akreditasi Nasional (KAN).
"Dalam waktu dekat kami akan segera menyelesaikan LSPro perkebunan, tanaman pangan, peternakan, hortikultura, dan lembaga sertifikasi produk utama kita, yaitu LSPro personal sebagai ukuran kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang kita miliki," jelas Fadjri.